webnovel

BAB I : CHAPTER 9 : rapat penerus

HAPPY READING AND HAPPY WRITING

"Madeleine.."

"Maafkan aku"

Tangan Oars mengambil tangan Madeleine yang berada di atas pahanya untuk digenggamnya. Ia menatap wajah Madeleine yang sedari tadi menunduk tanpa mau bertatapan dengannya.

"Minta maaf untuk apa kali ini hm?"

"Kau selalu minta maaf padaku seolah kesalahanmu banyak"

Madeleine masih menundukan wajahnya, enggan untuk melakukan kontak mata dengan Oars. Perasaannya sekarang kurang bagus untuk dengan Oars, sulit untuk mengendalikannya.

"Karena belakangan ini aku jarang mengunjungimu lagi.."

"Kau selalu melakukan yang terbaik, aku tau itu.."

Senyuman yang sebisa mungkin Madeleiene sembunyikan agar tak terlihat dipaksakan menghiasi wajah Madeleine. Kali ini wanita itu mau mengangkat wajahnya dan tersenyum lembut pada Oars seperti biasanya.

"Kau tau, selama ini aku juga menderita atas meninggalnya yang mulia sekaligus temanku, setiap hari aku merasa bersalah semakin lama semakin dalam.."

"Andai hari itu aku datang lebih cepat, mungkin yang mulia masih bisa selamat"

Madeleine membawa Oars ke dalam pelukannya. Membiarkan Oars menyembunyikan wajahnya yang penuh air mata di bahunya. Senyum itu sirna ketika memeluk Oars.

"Aku, aku sedih jika mengatakannya Madeleine.."

"Beliau adalah kaisar yang hebat dan tangguh terlepas dari reputasinya yang buruk diluar,"

Suaranya terendam akibat bahu Madeleine. Madeline menganggukan kepalanya sekali, tangannya masih mengusap lembut rambut Oars.

"Kau sudah melakukan yang kau bisa dengan sangat baik, aku percaya itu.."

Oars melepas pelukannya begitupun dengan Madeleine. Pria itu bagai seorang anak yang kehilangan mainan sekarang, Oars menyeka air matanya yang tersisa.

"Ada yang aku ingin tanyakan"

"Tanyakan saja"

"apa rencanamu yang kau beritahu padaku sebelum pesta berjalan lancar sejauh ini?"

Madeleine berusaha untuk berhati hati dalam mengeluarkan pertanyaannya itu agar tak membuat Oars salah memahami arti pertanyaannya.

"..Ya, melebihi hasil yang diharapkan"

Madeleine bisa melihat tatapan Oars yang berbeda saat mengatakannya.

"Tapi setelahnya, aku kehilangannya.." Oars kembali murung ketika mengatakannya.

"Seharusnya aku tak menjalankan rencanaku dan tak melibatkanmu dan membuatmu seperti ini.." Oars mengambil tangan Madeleine lembut untuk digenggamnya.

"Kenapa kau bertanya?"

"Aku bertanya tanya sebenarnya apa itu,"

Ucapannya seolah ia tak peduli dengan jawaban yang akan dikatakan Oars.

"Tapi kalau kau tak mau menjawabnya, aku tak mau memaksamu"

Madeleine lagi lagi tersenyum menatap Oars. Senyuman yang seolah mengatakan untuk memberitahukan jawabannya.

"Aku tau dirinya sejak usiaku 17 tahun saat itu"

"Yang mulia 2 tahun lebih muda dariku jadi aku menganggapnya seperti adik ku sendiri"

"Beliau sejak dulu memang tak pandai bergaul dan selalu menutup dirinya, saat dia benar benar membutuhkan sandaran dari sebuah keluarga, ayah dan ibunya meninggal saat usianya bahkan masih sangat muda"

"Penderitaannya bahkan belum sampai disitu karena di usianya yang muda, beliau sudah mengemban tugas kekaisaran sebagai penerus tahta"

"Maka dari itu aku memintanya untuk mengadakan pesta dan membuatnya sedikit menikmati hidup"

"Apa aku salah? atau dewa yang terlalu kejam pada yang mulia?"

"Madeleine.."

Mata Madeleine memerah berkaca kaca mendengar apa yang Oars katakan. Apa benar? Seharusnya saat ia masih bisa berbicara dengan yang mulia, Madeleine lebih banyak bicara padanya.

Madeleine lagi lagi termenung di dalam kamarnya, setelah kepergian Oars beberapa jam lalu ia tertidur dan kembali memimpikan hal yang sama. Mata pembunuh itu terus menghantuinya, meskipun wajahnya tak terlihat karena mengenakan topeng tapi tetap saja matanya merahnya yang begitu dingin ketika membunuh kaisar Lurie III masih teringat dengan jelas oleh ingatan Madeleine.

"Yang mulia.."

Meskipun apa yang dikatakan Oars tidak sepenuhnya berbohong tapi tetap saja hatinya terluka mendengar apa yang dikatakan oleh Oars.

----------

Desas desus mengenai calon kaisar baru kekaisaran Lurie telah tersebar di seluruh ibu kota bahkan sampai ke desa terpencil di ujung daerah dan kerajaan kerajaan dibawah kekaisaran Lurie.

Hampir seluruh kalangan masyarakat resah dan cemas siapa gerangan yang akan mengisi kekosongan tahta kekaisaran. Masyarakat sudah cukup tersakiti dengan pemerintahan kaisar Lurie III.

Sekarang kaisar baru yang akan memimpin entah akan lebih baik dari kaisar Lurie III atau malah lebih buruk lagi. Rakyat sudah kehilangan kepercayaan pada keluarga kekaisaran.

"Seharusnya berita ini tidak menyebar keluar,"

Meskipun Holye hamam tak menyebutkan namanya, namun seseorang merasakan rasa bersalah atasnya.

"Mohon maaf atas keteledoran saya imam besar." Ucap seseorang yang juga duduk di ruang audiensi ini.

"Karena sudah tersebar, baiknya kita bicarakan jalan keluar secepatnya untuk kelangsungan kekaisaran Lurie kedepannya."

"Rakyat bahkan sudah tak percaya lagi dengan keluarga kekaisaran," tambah pejabat bangsawan lainnya.

"Tapi Grand duke Bevol, siapa yang akan mengisi kekosongan tahta sementara mendiang yang mulia kaisar Lurie III belum memiliki pewaris bahkan permaisuri?"

Menurut hukum yang berlaku di keluarga kekaisaran, bila kaisar dari sebuah negara mati, maka yang akan menjadi penerus adalah keturunan dari kaisar yang mati tersebut. Tapi bila kaisar yang memimpin belum memiliki keturunan atau bahkan belum memiliki permaisuri, maka yang berhak mewarisi tahta adalah saudara dekat atau jauh yang memiliki hubungan darah dengan yang bersangkutan.

"Yang dikatakan oleh raja Kylo benar. Situasi ini cukup sulit, kaisar pendahulu tidak memiliki anak selain yang mulia kaisar Lurie III, beliau juga anak tunggal."

Semua pejabat bangsawan yang ada di kursi ruang audiensi terdiam beberapa saat saling memikirkan satu sama lain solusi terbaik.

"Dulu saya pernah mendengar kasus yang sedikit mirip dengan kasus ini," ucapnya membuka suara ditengah keheningan.

"Seorang raja yang belum memiliki keturunan saat itu sakit keras karena penyakit yang diderita akibat melawan kerajaan musuh, dan dia mengutus seseorang untuk membalaskan dendamnya."

"Tak disangka jika orang yang diutus itu berhasil menaklukan kerajaan lawan, dan raja tersebut mengangkatnya menjadi penerus tahta."

Para pejabat kerajaan mendengar dengan seksama apa yang diucapkan imam besar dan mulai menimbang dan menganalisis.

"Memang betul Holye hamam, saya juga pernah membacanya di dalam buku besar sejarah kerajaan," raja Elora menambahkan.

"Setelah yang mulia kaisar Lurie mati ditangan para pemberontak yang mengacau di tengah tengah pesta pada saat itu, jendral Oars lah yang memimpin pasukan untuk segera menangkap siapa saja orang yang terlibat."

"Hasilnya dalam sebulan, pemberontak itu sudah diadili.."

Semua pejabat bangsawan duduk di meja ruang rapat diam. Suasana menjadi hening. Dalam kepala mereka sudah bisa menebak siapa yang akan menduduki tahta selanjutnya.

Sebagian besar pejabat kerajaan pasti tak setuju dengan yang di dengarnya tapi mereka juga tidak bisa mengusulkan solusi yang lebih baik dari ini.

"Sesuai yang dikatakan Duke Barnold, mari kita panggil jendral ksatria Oars kemari."

Duke Barnold segera memerintahkan penjaga yang berjaga di luar untuk segera memanggil Oars agar segera ke ruang rapat para dewan pejabat bangsawan. Wajah Para bangsawan tak dapat di sembunyikan lagi atas tak menyukainya solusi dari masalah ini. Suasana ruang rapat masih terlihat canggung dan tegang. Bahkan saat Oars sudah masuk ke dalam ruangan.

"Mohon maaf Holye hamam, apa benar anda memanggil saya kemari?"

Pintu ruang rapat kembali ditutup oleh penjaga setelah Oars masuk. Oars bukannya tak peka, tapi dirinya sangat peka akan situasi yang tengah melingkupi ruang audiensi. Tempat ini adalah tempat yang paling di hindari hampir oleh seluruh bangsawan, karena tempat ini adalah ruangan rapat sekaligus ruang sidang.

-

-

-

tbc