webnovel

MENYELAMBATKAN SATU SANDRA

"Apa kau sudah bisa tenang?"

Sempat Joe melirik name tag yang tersemat di kantung sebelah kanan dari seragam yang dia kenakan. Dari situ Joe mengetahui kalau gadis ini bernama Jesselyn.

Wanita itu mengangguk.

Dengan begitu Joe pun merenggangkan tangannya yang menutupi hampir setengah wajah Jeselyn.

Begitu tangan Joe bebas darinya, gadis itu mengambil napas lalu membuangnya. Terus dia lakukan berulang ulang sampai tiga kali. Jelas sekali kalau dia hampir kehabisan oksigen.

"Kau bisa percaya padaku. Aku bukan salah satu dari mereka," ujar Joe. Pada saat mengatakan ini, tangan Joe sambil sibuk menarik tubuh perampok yang sudah menjadi mayat, menepi ke balik dinding tempatnya bersembunyi tadi.

"Ada berapa mereka?" Tanya Joe.

"Enam orang. Satu sudah kamu bunuh," jawabnya pelan.

"Berarti tinggal lima lagi."

Memang agak sulit melawan mereka kalau sekaligus seperti itu. Apalagi semuanya memegang senjata api. Bisa mati konyol kalau menyerang begitu saja. Sambil itu Joe memikirkan strategi yang matang.

Mengandalkan pihak yang berwajib tiba tepat waktu, sepertinya itu angan angan belaka. Bahkan sudah setengah jam yang lalu Jack menghubungi mereka, namun belum satupun yang datang. Di jaman seperti ini mengandalkan pihak hukum untuk membela tanpa imbalan itu seperti memegang kawat berduri dalam genggaman. Sangat sulit.

Jadi, jangan salahkan aku mengambil tindakan sendiri, seru Joe dalam hati.

Tiba tiba terdengar suara yang berasal seperti dari alat komunikasi. Hanya saja itu terdengar samar samar. Joe pun mencari tau di mana asal suara itu. Rupanya dari tubuh pria yang sudah mati ini. Dia menggunkan HT untuk berkomunikasi dengan rekan rekannya. Dan kebetulan, salah seorang rekan sedang memanggilnya.

"Chaniago, bagaimana? Apa kau sudah mendapatkannya?" Kata orang yang berbicara dari seberang sana.

Sayangnya, temanmu sedang bertemu Tuhan, batin Joe, sambil dia mengambil mini HT milik si perampok. Karena dia tau kalau alat ini sangat berguna untuk memantau komunikasi mereka. Lalu kemudian, dia mengajak Jesselyn bergerak.

"Ayo," katanya.

Joe tidak mau ambil resiko. Dia mengantar Jesselyn ke ruangan Jack Palm yang ada di lantai tiga.

KNOK KNOK!

"Jack! Bukalah! Ini Joe!" Ucap Joe dengan suara pelan, sambil mengetuk pintu ruangan Jack. Dan tidak lama kemudian, Jack pun membukanya. Dia terkejut begitu mendapatkan satu pegawainya lagi bersama Joe.

"Kamu masuklah." Joe menyuruh Jesselyn untuk bergabung ke dalam ruangan Jack.

"Bagaimana kau mendapatkannya? Bukankah Jesselyn menjadi korban sandra mereka?" Jack nampak penasaran sepertinya.

"Apa kau pikir aku menemukannya di dalam toilet lalu mengencaninya? Kau tanya saja padanya nanti. Yang pasti dia sudah membunuh satu orang di antara mereka," sahut Joe.

Tercenganglah Jack mendengar itu.

"Benarkah?" Sampai bola matanya melotot nyaris keluar dari rongga. Kemudian Jack memalingkan pandangannya ke Jesselyn. Agak takut dia mendapatkan pegawainya yang menjadi idola di bank x karena kecantikannya ini namun ternyata berjiwa sadis.

Mendapatkan wajah Jack yang tegang setengah mati, Joe pun mendengkus. "Sebaiknya kau jaga mereka baik baik."

"Joe," panggil Jack, begitu kaki Joe baru selangkah bergerak. Joe pun menoleh.

"Take care," ucap Jack. Dia terharu dengan keberanian Joe. Sementara Joe mendengkus sambil geleng geleng kepala. Lalu kemudian, dia kembali lagi beraksi.

CEKLEK!

Pintu pun dikunci rapat rapat oleh Jack. Setelah itu, dia bergerak menuju kursi kebesarannya sambil memperhatikan Jesselyn yang sedang berpelukan dengan pegawai teller, yang juga rekannya, mereka duduk di sofa.

"Apa benar kamu sudah membunuh satu dari mereka?" Tanya Jack. Agak hati hati dia bertanya ini. Khawatir Jesselyn justru menyerangnya.

Namun Jesselyn memilih diam. Tentu saja Joe sudah berkata konyol tentang ini. Ada ada saja. Mana mungkin Jesselyn bisa membunuh pria itu.

Begitu Jesselyn membalas tatapan Jack tanpa berkata apa apa, Jack justru berpaling darinya. Sungguh, bola mata yang biasanya terlihat begitu indah dan ingin sekali mengecupnya, kenapa rasanya sekarang seperti mata pisau yang siap menikamku, pikir Jack. Dia memilih mengalihkan pandangannya pada yang lain.

Sementara Joe sudah berada di lorong dekat area transaksi yang berada di lantai satu. Dia memperhatikan sekitaran. Mereka sepertinya sudah siap untuk pergi. Hanya saja seseorang menahanya karena satu rekannya belum kembali.

"Kemana Chaniago?" Tanya salah seorang dari mereka. Sepertinya itu pimpinannya. Karena dia memegang senjata paling bagus diantara yang lain. Dan juga dia terlihat banyak memerintah.

"Dia lagi menguras harta karun terbesar di bank ini bos," sahut pria yang berada di sebelah kanannya.

"Suruh cepat! Jangan terlalu lama!"

Bersamaan dengan itu, seorang yang lain datang. "Chaniago tidak ada jawaban," lapornya.

"Pasti dia sedang bersenang senang dengan perempuan itu," sahut pria yang berada di sebelah kiri pimpinan.

"Susuli dia! Suruh cepat! Atau kita tinggalkan!" Perintahnya. Dengan begitu, pria yang memberi informasi ini pun gegas menyusuli rekannya.

Ini kesempatan bagus untuk Joe membuat anggota mereka berkurang satu lagi. Joe sudah menunggunya di tempat dia membunuh salah satu rekan mereka sebelumnya. Dengan cara yang sama, Joe pun membuat satu orang lagi harus kehilangan nyawa. Sangat cepat, Joe seperti pembunuh berdarah dingin melakukan ini. Dia menyatukan dua mayat berada dalam satu tempat yang sama. Selepas itu Joe kembali ke bawah.

Masih empat orang dan mereka berkumpul di titik yang sama. Masih sulit untuk Joe hadapi. Jadi, Joe memilih untuk menunggu saja.

Dan sekitar lima belas menit, pimpinan mereka menunggu tanpa ada kabar. Bahkan yang baru saja menyusulipun juga menghilang tiba tiba, membuat dia curiga.

Salah satu anggota mencoba mengontak rekannya yang berada di lantai dua. Hanya saja tidak ada sahutan.

"Tidak ada jawaban, bos," ujarnya.

"Dua orang menghilang tanpa kabar! Tidak mungkin mereka bersenang senang dengan satu perempuan, bukan!" Ujar si bos. Sehingga membuka nalar anak buahnya.

"Sepertinya ada yang tidak beres?" Wajah si bos sudah mulai kesal.

Joe mendengkus sambil bergumam, "apa kalian tidak tau kalau dua rekan kalian sudah lebih dulu tidur panjang, hah?"

"Kau ikut aku! Jimmy dan Aland, kau tunggu di sini!" Perintahnya.

Akibatnya, si bos sendiri yang turun tangan mencari dua rekannya ke lantai dua. Namun sayangnya si bos tidak sendiri. Dia meminta satu anak buah menemaninya. Pintar juga dia. Atau memang dianya aja penakut? Joe masih mengawasi.

Joe harus segera mengambil keputusan. Entah dia harus mengurus dua orang yang sedang naik ke lantai dua atau menghabiskan dulu dua orang yang ada di bawah sini.

Si bos dan satu anak buahnya tidak menumpangi lift untuk ke lantai dua. Mereka memilih menaiki tangga yang ada di sudut ruangan. Cerdas juga dia, pikir Joe.

Sekarang giliranku. Joe pun melempar botol sehingga memancing dua rekan yang mengawasi sandra jadi teralihkan.

"Siapa itu?"

"Apa itu kau Chaniago?"

Mereka pun penasaran karena tidak ada jawaban. Lalu salah satu dari mereka mendekati arah Joe. Sementara Joe sudah siap menyambutnya.