Sebastian duduk bersama Michael di teras belakang usai makan pagi bersama kedua orang tuanya.
Alano pergi keluar setelahnya. Pagi yang indah tanpa kehadirannya si manusia rusuh!
Mama Catarina dan Papa Prasojo sedang menghubungi kerabat dekat mengundang ke pernikahan putra sulungnya.
Michael tidak bisa menahan kegembiraan mereka, walau pada akhirnya ia tahu perbuatannya akan melukai hati keduanya lagi.
"Apa yang terjadi semalam denganmu dan Alano, aku sempat mendengar keributan. Tapi kemudian terlelap ketiduran, perjalanan panjang dari Amerika membuatku lelah. Kau mengancamnya, atau ---?"
Pertanyaan Sebastian menggantung.
Michael hanya mengangkat bahu, menyesap hot black coffee kesukaannya dan terus mengisap rokoknya dalam-dalam. Kebiasaan buruk yang tak pernah hilang.
"Jika bukan adikku, sudah aku hajar dirinya berkali-kali memberi peringatan menjauhi Veronica. Otaknya sudah dicuci oleh nafsu bejat jalang itu!" desis Michael kesal.
Sebastian menepuk bahu kakaknya. "C'mon bro, Alano itu adikmu, juga kakakku. Jika kita tidak bisa selamatkan dia dari cengkraman tunanganmu yang gila itu, lalu siapa lagi akan membantunya?"
Akhirnya Michael harus mengalah, emosinya tak boleh bercampur baur ke dalam masalah pribadinya.
Pembicaraan harus dialihkan tentang hal-hal tidak merusak pagi yang cerah saat ini.
"Bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Michael serius.
Sebastian tersenyum sekilas wajahnya lebih menyerupai kakak sulungnya.
Namun ketampanan Michael lebih dominan dari kedua putra Tuan Prasojo lainnya.
"Aku pastikan selesai sesuai waktunya. Thesis tinggal revisi sedikit lagi. Gelar master pasti sudah di tanganku, bidang studiku sama denganmu, Michael!" sahut Sebastian sombong.
Plukkk!
Kemasan rokok milik Michael mendarat di keningnya begitu keras.
You f*cking sh*t! Sebastian mengaduh kesal.
"Kerjakan thesismu dengan benar, setelah selesai kau bekerja padaku! Beberapa proyek kerja sama di Eropa membuat aku tidak akan lama berada di sini lagi!" tutur Michael santai.
Adiknya langsung tercengang mendengar tawaran pekerjaan darinya.
"Kau sengaja ingin melarikan diri setelah kegagalan pernikahanmu, bukan? Aku bisa saja bekerja di perusahaan Papa, daripada di kantormu!"
Michael melirik mencemooh dirinya. "Setiap hari kau berkantor bersama Alano Putra Prasojo, kau yakin itu pilihan terbaik setelah lulus nanti? Aku berani bertaruh hanya sebulan bisa bertahan dengan egonya!"
Giliran Sebastian menimpuk balik kakaknya, sayangnya Michael lebih cekatan. Insting putra sulung Tuan Prasojo memang paling cepat menelaah sesuatu.
Kemasan rokok ditangkapnya dimasukkan ke saku kemejanya.
"Kau benar, aku bakal menemukan banyak kesulitan jika bekerja bersama Alano. Dari kecil dulu sikap dan tabiatnya lebih keras daripada kita berdua, membuatku enggan melakukan hal bersama walau.di perusahaan Papa," Sebastian harus mengakuinya.
Tawa Michael bergemuruh.
Sebastian jadi tambah kesall, baru saja kakaknya serius menawarkan pekerjaan tapi sekarang bergurau seenaknya. Menyebalkan!
"Jadi sebenarnya kau ingin aku bekerja di kantormu, apa tidak sih?"
"Little bro, aku butuh orang yang dipercaya selama di luar negeri. Kau salah satunya duduk memegang perusahaan milikku, mungkin aku akan kembali ke tanah kelahiran Mom, membangun bisnis baru di sana."
"Italia? Mom tahu kau akan pindah ke sana?"
"Kita lihat saja nanti. Aku butuh suasana baru setelah peristiwa ini, paling tidak meredam kemarahan Mom dan Dad karena aku berbuat ulah lagi!"
Mereka berdua tertawa keras.
Michael memang manusia super brengsek di dalam keluarga. Selalu berbuat semaunya tapi Mom selalu memaafkan, selalu begitu!
Kakak sulungnya lebih dapat diandalkan daripada Alano. Buktinya, kekuasaan dan kekayaan Michael Putra Prasojo tercapai dari hasil keringatnya sendiri.
"Okay, tawaran pekerjaanmu aku ambil nanti. Grazie bro!"
"Good! Tapi Sebastian, kau ingat kata-kataku jika berani berbuat macam-macam di kantor, aku tak segan melemparmu dari sana. Itu menjadi milikmu jika kau bisa mengelola!"
"What the hell! Michael, susah payah kau membangunnya kemudian memberikan perusahaan itu untukku?"
"Easy, little bro! Bidang perusahaan milikku bukan hanya konstruksi, tapi juga fashion, dan teknologi informasi. Lebih mudah membuka kantor utama di Eropa karena pekerjaaanku di sana. Kau bisa tangani pekerjaan di sini untuk wilayah di Asia."
Siulan kagum Sebastian begitu nyaring. Pantas saja banyak wanita tergila-gila pada kakaknya.
Michael telah memiliki segalanya, kecuali pendamping hidup dirinya.
Pandangan kakak beradik tertuju pada seorang wanita mungil yang baru saja datang didampingi asisten rumah tangga mereka.
Ayu Saraswati ada di sini!
Michael meletakkan cangkir kopinya, beranjak menemuinya. Sebastian tertegun saat melihat gelagat kakaknya sangat menaruh perhatian ke ujung sana.
"Oopss-- bro, kau suka dengannya?" tegurnya tak percaya.
Michael menjawab tanpa ragu lagi. "Wanita itu lebih baik daripada Veronica!"
Sebastian menjejeri langkahnya, mulutnya tidak berhenti bicara.
"Kau gila, bro! Bagaimana cepat berpaling dari satu wanita ke wanita lain. Apa dia single, kelihatannya Ayu itu seumuran dengan Alano!"
Michael bersikap biasa. "Alano menyukainya, tapi bukan padanannya. Ayu single parents, aku tak akan mempermasalahkan itu!"
Wow! Sebastian terkejut.
Wanita itu sungguh luar biasa, menarik perhatian dua orang kakaknya begitu saja. Ia juga cukup menyukai saat pertama kali bertemu.
Ayu begitu ramah, senyumnya pun menawan menambah cerah hari ini.
Sebastian menjabat tangannya erat. Michael langsung melirik tajam menyingkir darinya.
Adiknya membalas tatapan kakaknya. Grrrr--- relax bro!
Tapi Sebastian malah makin mendekatinya, melihat seberapa besar perbedaan wanita itu dengan tunangan Michael.
Penampilannya bukan sebagai model, tapi Ayu mampu menghipnotis kedua pria itu dengan senyum dan riasan natural di wajahnya.
Wanita Asia memang lebih eksotik dari Eropa yang dominan berkulit putih pucat, dan Ayu terlihat lebih senang ditemani Sebastian yang belum mengenal dengan baik daripada bersama kakaknya.
Michael harus mengalah lagi. Mereka bertiga kembali duduk di meja outdoor dekat tepi kolam renang, menunggu para pekerja dan asisten Anita datang membantu Ayu.
"Maafkan, datang lebih cepat mengganggu percakapan kalian pagi ini, sebaiknya aku mulai saja pekerjaan lainnya."
"Duduklah Ayu, masih terlalu pagi. Minumlah kopi atau teh bersama kami, adikku Sebastian sepertinya tertarik untuk mengenal dirimu!"
"Grrr-- Michael, aku hanya ingin berkenalan dengan penyelenggara pesta pernikahanmu, kau ini selalu berpikiran macam-macam!"
Sebastian mengelak.
Sikap kakaknya terlalu protektif ke wanita itu, ia menduga Alano pun mendapat perlakuan sama dari Michael.
Ayu sedikit gelisah. Ketiga putra tampan Tuan Prasojo dan Nyonya Catarina sekarang telah mengenalnya.
Tantangan terbesar ia harus menghadapi sendirian, jika mereka akhirnya mengetahui apa yang terjadi 10 tahun lalu.
"Kata Michael, kau single parents. Berapa usia putramu, Ayu?"
"Ya Sebastian, aku orang tua tunggal, putraku Alex berusia 10 tahun."
"Nama yang keren! Kau pasti memiliki photo putramu, boleh aku lihat?"
"Umm---- putraku bukan untuk konsumsi publik. Lagi pula tak ada yang istimewa jika kau ingin melihatnya."
"C'mon! Setiap anak pasti memiliki hal yang istimewa harusnya kau bangga memiliki seorang putra."
Ayu terpojok dengan kata-katanya. Wajahnya begitu pias menanggapi pernyataan adik bungsu Michael.
Jelas Sebastian lebih sopan dan dewasa dari Alano. Sikapnya mendesak dirinya membuat sedikit tidak nyaman.
Michael ikut menambah keruh suasana. "Aku pernah melihat photo kalian bertiga saat makan siang dengan adikku, Alano. Ku kira masih menyimpannya di gawaiku!"
Wanita mungil itu terkejut. "Bagaimana bisa kau memiliki photo tersebut, pasti Alano mengirimkan padamu?" Ayu penasaran.
"Ya saat itu aku masih di Brussel, adikku memamerkan kegembiraan setelah kalian asyik makan siang bersama. Aku pikir kedekatan dirimu dengan Alano merubah sifat bodohnya, ternyata malah memilih dengan wanita jalang, Veronica!" tukas Michael kesal.
Ayu diam tak berkomentar. Sebastian tak pantas mendengar hal-hal buruk tentang tunangan kakaknya, tapi Michael tak peduli. Mereka keluarga yang open-minded terhadap segala hal.
Michael menunjukkan photo Ayu bersama putranya dan Alano ke Sebastian dari gawainya.
Oopss! Mata adik bungsunya langsung berubah, ia menangkap sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh kakaknya.
Sebastian memegang gawai Michael, mengamati lamat-lamat kemudian menoleh ke wajah kakaknya, berganti ke wajah Ayu.
Dua, tiga kali ia mengulangi lagi.
Oh shit!
Apa kalian berdua pernah bersama selama ini? Wajah Alex mirip seperti--- !
Tapi Sebastian buru-buru mengembalikan gawai Michael. Suara Mom terdengar sangat nyaring memanggil namanya.
Ia harus menyembunyikan hal rahasia itu, Mom pasti lebih peka dari dirinya jika melihat photo tersebut.
Ayu melihat mata Sebastian, oh tidakk-kk!
Pria itu dapat mengenal siapa Alex hanya dengan melihat photonya saja. Itulah alasannya ia tidak ingin menunjukkan tadi.
Pandangan adik Michael menyoroti wajah Ayu yang menjadi kaku.
Tapi Sebastian harus pergi sebelum Mom bertambah emosi, ia meninggalkan sejuta pertanyaan yang berada di kepalanya.
***