webnovel

THE GIFT OF LOVE

"Rara, aku segera membuktikan Alex memang putraku, darah dagingku. Jika kau berbohong. maka tak segan aku meminta pengadilan memberi hak asuh padaku." PLAKK-! Tamparan keras menyentuh pipi Michael. Terasa pedih dan panas. Mantan istrinya berubah menjadi galak dan keras. Posisinya sedang terancam karena ucapan terakhir tadi. Mereka berperang memperebutkan putra satu-satunya. Kekuatan dan kekuasaan Michael tidak main-main membayar pengacara mahal bukan masalah baginya. Alex tinggal dengannya bersama II Nonno Marchetti sekaligus menjalankan bisnis di Italia. Test DNA akan membuktikan apakah Alex putranya atau bukan. "Kau tidak bisa menghalangi lagi, tak seorang pun!" tuding Michael segera menemukan apa yang dicari setelah perceraian mereka. Sekarang, Rara dan Alex selalu dalam pandangan matanya. Perseteruan membuat darah seorang mafia kembali mendidih. ***

RAYBASIL · 都市
レビュー数が足りません
228 Chs

PARIS

Kedatangan Ayu Saraswati dan Alexander Prasetya Nugraha mengejutkan Om Irwan dan Tante Mirna. Mereka segera menjemput di Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle.

"Mengapa tak mengabari Om dulu jika kalian ingin kemari?" tanya Om Irwan kesal. Ia sudah menduga sesuatu sedang terjadi di Jakarta hingga keponakannya Rara langsung berangkat tanpa pemberitahuan.

"Maafkan Rara, Om. Memang agak mendadak saat memutuskan ke sini, nanti Rara akan ceritakan selengkapnya," jawab Ayu gelisah. Di sampingnya, Alex sedang sibuk menikmati pemandangan kota Paris.

Tante Mirna langsung melerai. "Sudahlah, Papa ga usah marah-marah. Aku senang bertemu Rara dan cucuku yang ganteng, kalian berdua tinggal bersama kami di sini. Duh, Oma bisa bawa Alex jalan-jalan sosialita, biar kawan-kawan tahu cucuku ini blasteran Eropa!"

Ayu hanya tersenyum geli, sementara Om Irwan langsung mencibir. "Tantemu ajaib banget, Ra! Mentang-mentang istri pejabat diplomat lebih banyak bersosialita dari pada mengurus Om Irwan di rumah!"

Mulai sudah pertengkaran kecil yang lucu di antara kedua orang paruh baya. Ayu yang harus bersikap bijak sekarang, padahal ia masih muda.

"Sosialita itu bukan jalan-jalan membawa cucu, Oma. Kalau Rara dapat pekerjaan baru, mungkin kami bisa hidup mandiri di sini."

Om Irwan dan Tante Mirna langsung berhenti berdebat. Mereka tidak percaya dengan kata-kata Ayu. "No, Rara! Tante tidak mau kalian jauh dari kami, apa kata Brotoseno yang bengis itu bisa-bisa aku dan Irwan dimaki habis, dipikirnya kami menelantarkan kalian berdua!"

Ayu berkelit, saat nama papanya disebut. "Tante dan Om, jangan bilang aku ada di sini ya!" Wajahnya pias menatap kaca jendela. Ia butuh mengistirahatkan pikiran dan tenaganya.

Peristiwa semalam di Jakarta merusak suasana hati dan rencananya. Perjalanan ke Paris tidak seindah yang ia impikan.

Pelariannya ternyata membawa lebih banyak masalah.

***

Satu bulan berlalu

Anita tak bisa berkutik, ketika Michael datang ke ruang kerja milik Mbak Ayu yang sekarang ia gunakan. Pria itu langsung duduk di seberang meja. Sikapnya sangat arogan dan mengintimidasi.

Sudah sebulan Mbak Ayu pergi. Anita tak bisa menghubungi kecuali lewat email mengenai pekerjaan saja. Pimpinannya tak ingin membahas peristiwa yang terjadi di malam pernikahan itu.

"Sorry Anita, aku datang ingin menanyakan keberadaan Ayu. Kau tahu di mana dia sekarang?"

"Aku tidak tahu, Pak Michael! Dua hari sebelum pernikahan anda, Mbak Ayu hanya bilang ingin pergi dan memintaku mengawasi kantor ini."

"Lalu siapa yang mengatur manajemen di sini?"

"Untuk sementara hanya aku yang ditunjuk beliau. Mbak Ayu menutup diri setelah kejadian lalu."

"Apa Ayu pernah bilang ingin kemana?"

"Menurut info dari Pak Rahmat dan Bibi Inah di rumah, mereka pergi ke Eropa!"

"Eropa? Mereka tinggal dengan siapa di sana?"

"Mbak Ayu tidak menyebutkan ke negara apa dan tinggal bersama siapa, sampai sekarang. Tadi pagi aku menerima email, jika dirinya ingin menjual perusahaan ini. Beliau sepertinya tidak akan kembali ke Indonesia."

Ayu brengsek!

Wanita itu menghilang membawa putranya begitu saja di depan mata. Menyesal malam itu Michael tidak mengejar Ayu, ia harus kehilangan semua jejaknya.

Papa Prasojo terkena serangan jantung akibat ulah putra sulungnya lagi. Michael masih menahan diri agar kedua orang tuanya tenang. Baru sekarang mencari tahu soal Ayu dan Alex lagi.

Kedua tangannya mengusap rambutnya berkali-kali. Eropa itu luas! Di mana akan memulai mencari mereka saat ini.

Ia harus berupaya keras menemukannya kembali. Dengan langkah gontai Michael meninggalkan ruang kerja Anita tanpa mengatakan apapun lagi.

Pikirannya berkecamuk. seperti kehilangan semangat hidup.

Ayu adalah Rara, mantan istrinya. Kenyataan pahit harus diterima Michael, karma sudah mengenai sasarannya. Kebenaran itu dapat terjawab jika ia bertemu Ayu.

Di kantornya sendiri, Michael hanya duduk termangu menghabiskan waktu tanpa bekerja. Sebulan tersiksa akibat perbuatannya sendiri.

Ia tidak tahu bagaimana perasaan Ayu setelah 10 tahun berlalu.

Lalu melihat dirinya bersama Veronica, menyiapkan pesta pernikahan mewah tanpa sadar Michael juga pernah menikahi Ayu di masa lalu.

Pantas saja wanita itu selalu bersikap dingin, menghindar, dan menolak apapun dari Michael. Termasuk hadiah mahal yang dibeli di Brussel, tidak jadi diberikan ke Veronica.

Wanita jalang itu ternyata berselingkuh ketika terpergok Michael mengunjungi dirinya ke Paris. Ayu bisa membaca, hadiah itu bukan untuknya tapi tunangannya.

Kisah cintanya dengan Veronica Young kandas.

Ayu Saraswati memilih diam, mengerjakan semua sesuai kontrak yang ada. Ia tak bisa menolak karena sikapnya yang angkuh dan arogan mengatur keinginannya.

Michael melukai hatinya, untuk kedua kalinya. Manusia terkutuk itu adalah aku!

PRANKK!

Gelas minuman miliknya dilempar ke dinding, dan tak cuma itu asbak rokok yang bening dan cantik yang selalu dibersihkan sekretarisnya ikut melayang.

Tepat di saat Sebastian datang membuka pintu ruang kantornya. Kakaknya sedang mengalami krisis kepercayaan diri, setelah pernikahannya yang gagal dan seribu alasan lain yang tertutup dari publik.

"Hey Bro, kau butuh bantuan? Masih banyak gelas di meja bar sana, aku bisa ikut melempar ke semua arah yang kau inginkan!" seru Sebastian mencela kelakuannya.

Raut muka Michael tambah kesal. Adik bungsunya baru kembali lagi dari Amerika. "Sejak kapan kau di sini? Apa thesismu sudah selesai?"

Sebastian melangkah ke sudut ruangan. Michael banyak menyimpan minuman dan gelas di sana, juga asbak baru. Kebiasaan buruk putra sulung Prasojo terus saja berlangsung, ia datang ke Jakarta untuk menghentikan itu atau semua terlambat.

"Aku tiba kemarin, Mom bilang kau mulai menjadi gila. Jadi sekarang aku menagih janji mengurus perusahaan milikmu, sebelum semua jadi berantakan!"

"Kau bisa duduk di sini ambil posisiku, kapanpun kau mau!"

"Bukan begitu caranya, Michael! Aku datang bekerja, bukan untuk meminta belas kasihmu! Kau kini punya banyak waktu mencari anak istrimu, kau tahu mereka ada di mana saat ini?"

"Mereka ada di Eropa, hanya itu yang aku tahu dari asistennya."

"Eropa? Bukankah kau juga akan ke sana? Pergilah Michael, aku mendukungmu!"

"Okay, little bro. Ada satu hal lagi, aku ingin membeli usaha baru, kau tangani itu!"

Sebastian mengangguk. Michael butuh sesuatu membakar semangat hidupnya. Bekerja juga menjadi obat baginya, melihat kakaknya terpuruk seperti ini membuat Mom dan Dad emosi kesekian kali.

Lebih baik sang kakak pergi dari negeri ini. Eropa juga bagian hidup dan bisnis Michael Putra Prasojo. Seberapa jauh Ayu dan putranya bersembunyi, pasti akan diketemukan juga.

Michael terkenal sebagai petualang dan penjelajah, jika bukan karena kecelakaan balap mobil liar di negeri Paman Sam, mungkin ia menjadi mafia di sana.

Sebastian mengetahui kenakalan Michael sampai di luar batas kewajaran. Bandar narkoba, senjata dan wanita hampir digelutinya. Koneksinya melimpah ruah, dari kriminal kecil hingga kelas atas dikuasai olehnya.

Darah Sisilia II Nonno - Grandpa Marchetti mengalir deras ke tubuh Michael Putra Prasojo. Mom telah memperingatkan sebelumnya, hanya kedua putranya Alano dan Sebastian yang masih bisa dikendalikan.

Di Eropa, Michael dapat lebih berjaya dan berbahaya lagi.

***