"Kau terbius." sahut Deardin.
"Ya, aku terbius. Lalu, aku berjanji ingin menikahinya. Aku berjanji ingin menjadi suaminya sepanjang masa. Maka ia membawa ku kemari. Tapi pada waktu itu aku nggak tahu kalau dia itu udah mati, Dear. Kalau aku tahu dia udah mati, aku mikir-mikir kalau harus mengucapkan janji padanya." kata Bozas.
"Jadi kalau kau tahu aku sudah mati, kau pun akan mikir tujuh ratus kali untuk hidup berdua dengan ku, begitu?" tanya Deardin memastikan.
Bozas diam tersudut. Tangannya mengusap-usap kepala Deardin. Lembut dan mesra. Seakan usapan itu meresap sampai ke dasar hati. Tulus dan murni.
"Dear." Bozas berusara lirih.
Deardin masih tetap berbaring di dada pria tampan itu dengan wajah seakan memunggungi Bozas. Tapi gerakan lembut dari kedipan mata Deardin terasa sebagai jawaban yang di salurkan lewat permukaan dada Bozas.
"Apa benar kau belum mati, Dear?" tanya Bozas memastikan.
"Belum." jawab Deardin singkat.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください