webnovel

Serigala Malam

Neman menggigil, tubuhnya bergetar merasa kedinginan, dirinya merasa seperti sedang berada di dalam kulkas besar. Hawa dingin yang menggigit itu seakan membekukan dirinya, ia baru saja sadar kalau dia sedang berada di tempat yang dingin bersalju.

Neman terheran-heran, memandang sekeliling yang dipenuhi tumpukan salju putih membentang sepanjang mata memandang seolah tak berujung menguasai pemandangan. Kumpulan kristal salju kecil turun dari langit. Bahkan, setiap nafas yang keluar dari mulutnya menghasilkan asap menggumpal yang terlihat di udara. Dia tak ingin berada di sini, karena Neman sangat membenci salju. Salju membuatnya mengingat seseorang yang sangat berarti baginya.

Dia baru sadar kalau terjatuhnya ia ke jurang adalah karena seorang gadis yang memegangnya tadi, pikirnya.

Neman mendekati Vania, gadis yang ia pikir ingin membunuhnya. Neman bergerak maju mendekati Vania dengan perasaan yang tak senang lalu meremas kerah bajunya dengan erat.

"Ohh, jadi si mata empat ini yang pengen bunuh gue." Ia baru menyadari kalau gadis tadi yang bersamanya adalah Vania, baru terlihat dengan sangat jelas sekarang. Ia menyalahkan Vania tanpa mengetahui konteks yang jelas.

Vania membantah, karena dari awal niatnya adalah menolong Neman. "Nggak gituu, aku …."

Neman mengepalkan tangan kanannya selagi tangan kirinya meremas kerah baju Vania. Tatapannya yang tajam seolah mengoyak-ngoyak perasaan Vania. "Masuk akal sih kalau lu mau bunuh gue, secara, gue kan sering gangguin lu."

Kepalan tangan Neman meninggi, mendekatkan kepalan tangannya ke wajah Vania. "Tapi kenapa lo sampe pengen ngebunuh gua, hah!!!" teriak Neman dengan nada keras yang sangat tinggi, membentak wanita dengan ekspresi polos di depannya.

Air mata mulai keluar, mengalir dari kelopak mata Vania yang berwarna coklat ketika Neman membentak dirinya. Vania menangis terisak-isak.

PLAK!!!

Vania menampar pipi Neman dengan tangan kanannya dengan sekuat tenaga. "Tadi aku berniat menyelamatkan mu, dasar bodoh!!!"

Vania lalu berlari ke arah hutan bersalju yang tak diketahuinya.

Tamparan Vania tak terasa sakit menurut Neman. Neman memegang bagian pipi yang baru saja ditampar oleh Vania, ia merenung dan bingung memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

"Aghh, Sialan!" Neman mengumpat karena bingung akan apa yang terjadi.

Neman berlari, mengikuti jejak sepatu Vania yang terlihat menjeplak di dataran salju putih. Dia ingin tau penjelasan detail tentang apa yang tadi terjadi.

Vania sangat membenci Neman, padahal niatnya yang sebenarnya adalah menyelamatkannya dan membuat perjanjian seperti itu agar dia tak mengganggu siapapun lagi.

Di malam hari yang gelap dan dingin, menjadi semakin dingin karena area di sekitar penuh dengan salju dan suhu dingin yang menggigit.

Neman berlari sambil mengigil, menahan dinginnya tempat itu yang semakin dingin, giginya terus bergetar tak tahan melewati tempat itu tanpa reaksi apapun. Pandangan hutan yang seharusnya gelap meskipun di malam hari, menjadi sedikit terang karena pepohonan pinus bersalju yang saling berjarak dan bulan yang berada di atas langit-langit sedang terang menerangi.

"Kyaaa!!!"

Suara jeritan wanita tiba-tiba terdengar dari arah Utara(lurus). Neman berpikir kalau itu pasti suara dari Vania.

Neman yang mendengar jelas suara yang tak jauh itu seketika mempercepat laju larinya ke arah suara tersebut.

Selagi berlari, Neman melihat dua serigala yang sedang mengejar Vania dari kejauhan.

Cepatnya lari serigala dan lambatnya lari Vania, membuat kedua serigala itu lebih unggul.

Vania berlari sekuat tenaganya, ia melihat kebelakang sebentar untuk melihat apakah serigala yang mengejar sudah semakin dekat atau tidak, tanpa melihat kedepan.

DUG!

"Awh." Vania terjatuh oleh sebuah batu besar karena tak fokus melihat ke arah depan. Tubuhnya terjerembab, dan ketakutan semakin menyelimutinya ketika melihat jarak dia dengan kedua serigala itu semakin dekat. "Tolong!!!"

Kedua serigala itu sedang berada tak jauh di saat mereka lari. Namun, serigala yang berwarna hitam berlari lebih cepat dari serigala satunya. Tanpa pikir panjang serigala berwarna hitam yang larinya sangat cepat langsung mengigit pergelangan kaki Vania.

RAWR!!!

Vania semakin mengencangkan volume teriaknya sesaat serigala itu mengigit kaki kirinya.

Neman datang dengan tiba-tiba dan sangat cepat, lalu menendang kepala serigala yang menggigit Vania hingga terlempar beberapa meter.

Serigala hitam yang tengah terlempar itu merasa pusing. Serigala itu menggelengkan kepalanya setelah terlempar oleh tendangan Neman.

Neman kembali berlari mendekati serigala itu, lalu menendang ke depan mukanya sekali lagi dengan sangat keras disaat serigala itu selesai menggelengkan kepalanya. Ia lalu memegang serigala yang tersungkur itu dengan cara memegang lehernya dengan sangat kencang, seperti mencekik.

"Lihat di samping! Masih ada serigala satunya!!!" teriak Vania yang memberitahu Neman kalau serigala yang lain sudah sangat dekat.

Serigala hitam yang sedang dipegang oleh Neman dilemparkannya ke arah serigala berwarna abu-abu yang sedang berlari ke arahnya itu. "Eraghhh!!!" Neman mengerang saat melempar tubuh serigala hitam, yang menandakan kalau ia sedang menggunakan otot sepenuhnya untuk melempar tubuh serigala hitam dengan sangat kencang.

BUGK!

Tepat sasaran, lemparan keras Neman membuat kedua serigala itu saling berbenturan. Neman yang berpikir kalau serigala hitam yang baru saja ia lawan itu sudah kelelahan, dan serigala abu-abu yang baru datang masih memiliki tenaga. Maka ia mendekati serigala abu-abu dengan berjalan dan dengan nafas yang terengah-engah.

Neman mendekati serigala abu-abu yang tersungkur. Lutut kirinya menyentuh tanah dingin yang bersalju selagi tangan kirinya mencekek leher serigala itu. Serigala abu-abu merespon cekikan Neman dengan bergerak gelisah dengan keras sembari mencoba mencakar Neman.

"Diam anjing!!!" 

Neman memukul ke arah mata kanan serigala itu dengan sangat kencang. Tak berhenti begitu saja, Neman kembali menghantam wajah binatang buas itu dengan sekuat tenaganya, seperti memukul samsak tinju. Pukulan ketiga bukan main-main, Neman memukul ke arah mata kanan serigala itu dengan sangat kencang dan tepat sasaran, lalu ia memukul ke arah yang sama beberapa kali.

"Mati lu! Mati lu, mati lu dasar anjing!!!

Serigala itu berhenti bergerak. Merasa kalau ia sudah cukup menghantam mata kanan serigala yang baru saja ia pukul, Neman melanjutkan tindakannya dengan membuka paksa mata kiri serigala abu-abu itu dengan tangan kirinya. Jari jempol dan jari telunjuk yang berjarak menahan kelopak mata binatang itu. Lalu tangan kanannya menusuk keras dan cepat mata kiri serigala abu-abu itu dengan jari telunjuk dan jari tengah yang diapit bersamaan.

Serigala hitam sadar, lalu bergerak menjauh dari Neman. Merasa sudah sedikit jauh dari Neman, serigala itu kembali melihat ke arah Neman dengan mata melotot, alis dikerutkan, dan gigi yang menggeretak seperti memberi isyarat kepada Neman kalau ia merasa dendam.

Neman membalas tatapan serigala itu dengan senyum menyeringai dan tatapan yang melotot.

Setelah cukup untuk beberapa saat serigala itu menatap Neman, serigala itu berlari ke arah Barat Laut(kiri atas).

Neman kembali melanjutkan aksinya dengan mencekik leher serigala abu-abu dengan sekencang-kencangnya sembari tangan kanannya menghantam wajah serigala itu dengan keras berkali-kali.