Orion berdiri di depan mayat dari lizardman yang baru saja dia bunuh, dia mencabut {Black rover} yang tadi menancap pada tubuh lizardman tersebut. Orion mengayunkan pedangnya itu ke samping agar darah yang tertinggal di bilah itu, bersih semua.
'Sebenarnya aku tidak perlu mengeluarkan beberapa skill hanya untuk membunuh 1 ekor lizardman, tapi aku menyadari bahwa skill-skill itu siap untuk naik tingkat. Jadi lebih baik ku manfaatkan saja…' Orion melihat ke bahu kanannya.
'Ini akan sakit'
Orion duduk di atas pohon yang tumbang itu, dia mengeluarkan segulung perban, sebuah botol obat, jarum dan benang untuk pengobatan. Orion menatap ke sisa tombak yang ada di bahunya dan memegang tombak itu.
SRET
Orion mencabut sisa tombak itu, rasa sakit langsung menjalar dari bahunya itu. Orion dengan cepat bertindak, dia langsung menutup luka yang berlubang itu dan langsung meminum isi dari botol yang sebelumnya di berikan oleh Kiana dan Kiara.
Secara perlahan, darah yang mengalir keluar mulai berkurang. Orion bergerak secepat mungkin untuk mulai menjahit lukanya itu, pertama dia mulai menjahit yang bagian depan dan setelah itu bagian belakang.
'Sedikit sulit untuk mencapai bagian paling bawahnya…'
"Argus"
Argus keluar dari bayangan Orion, Orion langsung meminta Argus untuk melanjutkan pekerjaannya dengan menjahit hingga ke bagian bawah itu. Argus sedikit kesulitan, karena dia tidak pernah melakukan itu.
"Sudah selesai, tuan"
"Ah, bagus. Kalau begitu ambil core dari lizardman di sana itu" Orion menunjuk lizardman yang terbaring kaku itu.
Argus pergi ke arah lizardman itu, Orion melanjutkan pengobatannya. Dia mulai menutupi luka itu dengan perban, dia melilit perban di sekitar bahu kanannya.
'Cairan percepatan pemulihan milik Kiara bekerja sangat baik, tapi aku belum bisa menggunakan tangan kanan ku dengan baik' Orion melakukan beberapa pergerakan dengan tangan kanannya itu.
"Tuan, ini corenya" Argus menyodorkan sebuah bola biru muda kepada Orion.
"Ya, kerja bagus" Orion mengambil bola itu dan memasukan itu ke penyimpanannya.
"Tidak, tuan. Ini memang menjadi tugas ku"
"…." Orion hanya diam, dia sedang memasang seluruh indra miliknya ke batas maksimal.
"Argus…" Orion mengeluarkan {Black rover} dan mengaktifkan [Gerbang pertama].
'Aku tidak boleh setengah-setengah di hutan ini, itu hanya akan membunuh ku'
"Iya, tuan. Aku mengerti" Argus mencabut pedangnya.
SRET
Orion dan Argus saling membelakangi, beberapa makhluk mengelilingi mereka. Orion menatap ke makhluk itu, itu adalah kelinci dengan hidung yang berwarna hijau.
'Kelinci raung'
Kelinci raung adalah salah satu jenis kelinci yang berbahaya bagi manusia, tidak seperti kelinci normal dan biasa. Kelinci itu memiliki taring dan mulut yang dapat membuka jauh lebih besar dari biasanya, kelinci itu biasanya berkelompok dan tidak memiliki pemimpin.
Orion sudah tahu makhluk seperti apa kelinci raung itu, dia sudah pernah membaca mereka di salah satu buku dulu. Orion merasa bersyukur karena selalu membaca, sehingga dia tidak perlu repot-repot menebak dalam beberapa kesempatan.
'Mereka tidak begitu kuat, tapi mereka bergerak dalam kelompok yang sangat terorganisir. Koordinasi dan mobilitas adalah senjata utama mereka, tapi…' Orion merentangkan tangan kanannya ke para kelinci itu.
Dan tepat pada saat itu, beberapa pedang melayang yang berwujud air muncul entah dari mana. Argus terkejut melihat itu, dia tidak tahu bahwa tuannya bisa melakukan sihir perubahan wujud pada air.
CTIK
Orion menjentikkan jarinya dan tepat pada saat itu, pedang-pedang itu melesat menuju ke beberapa kelinci yang ada. Pedang itu menancap dan menembus tubuh mereka, menyebabkan darah bercucuran kemana-mana.
.
[Membunuh 10 Kelinci raung (C-) memperoleh +5.000 (+50%) poin pengalaman]
.
"Aku sengaja tidak membunuh mereka semua, Argus. Jadi, bereskan itu" Orion berkata, sambil kembali duduk di atas pohon yang tumbang itu.
"Baik, tuan" Argus langsung menuju ke kelinci-kelinci yang ada di hadapannya.
'[Aqua glaive]…'
'Sungguh skill yang berguna untuk melawan musuh dalam jumlah apapun, ini tidak memakan banyak Mana dan aku juga mudah untuk menciptakan pedang-pedang itu'
.
[Argus membunuh 9 Kelinci raung (D) memperoleh +0 (+150%) poin pengalaman]
.
'Ah, jadi begini. Jika aku membunuh musuh yang terlampau lemah dari ku, itu tidak mendatangkan keuntungan apapun. Itu cukup di sayangkan dan menyebalkan'
Argus kembali dengan beberapa core di tangannya dan memberikan itu kepada Orion, Orion menerima itu. Argus menuju ke kelinci yang sebelumnya Orion bunuh, tapi Orion menghentikan itu.
"Tidak ada gunanya, aku sudah menghancurkan Core itu dengan pedang-pedang tadi" Orion berkata.
Orion menyuruh Argus kembali ke bayangannya dan Orion pun melanjutkan perjalanannya. Dia belum terlalu dalam menjelajah, keinginannya adalah menjelajah setidaknya setengah dari luas hutan Tri.
Orion berjalan sambil memasang seluruh indranya pada titik maksimal yang bisa dia capai, dia tahu bahwa dirinya tidak bisa berjalan dengan santai. Selagi dia terluka dan masih terbilang lemah, Orion bergeming begitu dia melihat sesuatu di depan sana.
Orion langsung bersembunyi, dia menggunakan [Radar] untuk melihat berapa dan apa yang ada di sana. Orion yang sudah mengetahui jumlah pihak lain pun, memilih untuk tidak terlibat.
'Serigala raksasa…'
'Mereka memiliki jumlah yang lebih besar dari para lizardman sebelumnya, kekuatan mereka juga di atas dari para lizardman itu. Bahkan jika aku membawa Argus dan Rover, itu belum menjamin kemenangan'
Orion tetap disana, duduk dan tidak bergerak sedikit pun. Orion cukup tenang, karena jika serigala itu mencari keberadaan musuhnya dengan penciuman. Maka Orion aman, karena dia sudah menutupi aroma tubuhnya dengan lumpur yang dia buat tadi.
Orion terus memantau mereka dengan [Radar], memastikan bahwa jaraknya dengan mereka terbilang aman. Dia juga melakukan itu agar bisa mengetahui bahwa tidak ada apapun di dekatnya saat ini.
'Um…Mereka pergi, itu bagus' Orion membuka matanya, dia langsung berdiri.
Dia mulai berjalan kembali, namun dia memutuskan untuk mengganti arahnya. Agar kesempatan bertemu dengan serigala-serigala raksasa itu semakin mengecil, Orion terus bergerak.
...
Orion sudah bergerak jauh dari tempat pertama kali dia merubah arahnya, dia bukan berjalan semakin dalam. Tapi berjalan menyusuri hutan sepanjang perjalanan, Orion merubah rencananya.
'Menjelajah setengah dari luas hutan itu, tidak menjamin apakah aku bisa menentukan apakah hutan ini aman atau tidak….'
'Tidak ada hutan yang aman, setiap hutan memiliki ancaman masing-masing yang harus di khawatirkan. Tapi aku bisa mencari tahu, seberapa bahayanya makhluk-makhluk yang ada pada kedalaman hutan saat ini…'
'Setidaknya dari beberapa pertemuan ku dengan musuh, kedalaman hutan saat ini masih bisa di bilang cukup aman…'
'Semoga aku ben-' Orion bergeming, dia langsung menghadap ke kiri dan bersiap dengan pedangnya.
TENG
Pedang Orion bertemu dengan pedang lainnya, Orion terseret ke belakang cukup jauh. Dia langsung melihat ke makhluk yang menyerangnya, Orion terkejut sekaligus bingung.
'Makhluk apa, itu?'
Makhluk itu berdiri dengan 2 kaki, tapi kakinya seperti kaki seekor burung. Pada kedua tangannya ada bulu coklat hingga ke sikunya, ada ekor coklat seperti burung pada bagian bawah pinggang mereka dan ada sepasang sayap coklat di punggungnya.
"Siapa kau?" Makhluk itu berkata.
Orion yang mendengar itu terkejut, karena dia belum pernah bertemu dengan makhluk seperti itu yang memiliki akal untuk berbicara. Orion pun berpikir akan sesuatu.
"Aku seorang manusia, apakah aku boleh tahu makhluk apa kau ini?" Orion berkata sambil menancapkan pedangnya.
"Manusia….." Makhluk itu menatap Orion dengan tajam.
"Aku adalah ras harpie"
"Harpie?"
"Sepertinya kau tidak tahu, tapi itu tidak penting…."
"Katakan, siapa kau?" Harpie itu menghunuskan pedangnya pada Orion.
"Apa kau bertanya soal nama ku?"
"Apa manusia memiliki nama?"
"Ya, semua manusia memiliki nama. Apa harpie tidak?"
"….." Harpie itu diam beberapa saat.
"Ya, kami memiliki nama" Harpie itu mengangguk.
"Kalau begitu, apakah aku boleh tahu siapa nama mu?"
"…." Harpie itu kembali diam.
"Katakan nama mu dulu atau aku akan menyerang mu"
"Baik, baik. Tidak perlu pakai kekerasan begitu, nama ku Orion. Kau sudah puas?"
"Kay, itu nama ku" Kay berkata.
"Aku tidak bisa berkata "Senang bertemu dengan mu, Kay" atau apapun itu. Tapi aku ingin bertanya, apakah semua harpie bisa berbicara seperti mu?" Orion berkata sambil mengusap kepalanya.
"Tentu saja, kau pikir kami ini apa? Goblin? Kau pikir kami semua bodoh?" Kay menatap Orion dengan aneh.
"Aku tidak sampai berkata kalian bodoh, aku hanya ingin memastikan. Karena beberapa monster yang ku temui, semuanya tidak bisa berbicara seperti mu"
"…." Kay diam.
"Kay?" Orion melihat Kay dengan bingung.
Kay melesat ke arah Orion dengan cepat, sambil menebaskan pedangnya kepada Orion. Orion yang melihat itu langsung mencabut pedangnya dan menahan tebasan itu, suara dentuman pedang terdengar.
"Apa yang kau lakukan, aku tidak berbuat hal yang aneh!!" Orion berkata sambil mundur dari Kay.
"Kalian, para manusia sama saja!!!" Kay berkata sambil kembali mendesak Orion.
"Apa yang kau maksud?" Orion berputar dan menendang Kay, Kay mundur sejenak dari Orion.
"Justru kalian adalah monster yang sebenarnya!!!" Kay berkata dengan marah, Orion bergedik mendengar itu.
"KALIAN ADALAH MAKHLUK YANG SEENAKNYA MENYERANG MAKHLUK LAINNYA, MENAKLUKAN DENGAN KEKUATAN DAN MERAMPAS SEGALANYA!!!!" Kay kembali berkata, sambil menebas ke Orion. Orion menghindari itu.
"….." Orion hanya diam, dia menjauh kembali.
"KALIAN MERASA MAKHLUK YANG PALING SUCI DAN BAIK, MELAKUKAN APAPUN ATAS NAMA DEWA. KALIAN ADALAH MONSTER!!!!"
"Lalu kenapa?" Orion berkata.
"Kau…" Kay terlihat marah dan geram, dia mengepalkan tangannya.
"Itu kan menurut mu, manusia adalah monster. Bagi manusia, monster adalah mereka yang tidak terlihat seperti manusia. Bahkan masih ada yang menganggap Elf dan Demi-human adalah monster, meski mereka hanya memiliki sedikit perbedaan…."
"Yang barusan kau katakan kepada ku adalah monster menurut mu dan yang barusan ku katakan pada mu adalah monster menurut manusia, jadi siapa yang monster sebenarnya?" Orion menatap Kay.
"..." Kay terdiam.
"Setiap makhluk hidup memiliki penilaian masing-masing dalam sesuatu dan kau harus tahu, bahwa….Apa yang kau pikir buruk, belum tentu buruk bagi yang lainnya. Dan apa yang kau pikir baik, belum tentu baik bagi yang lainnya"
"Jika kau mengatakan pada ku bahwa manusia adalah monster yang sebenarnya, maka apa jadinya. Jika aku berkata bahwa dewa adalah monster, karena mereka menciptakan takdir yang buruk untuk mu…"
"Tapi seperti yang sebelumnya aku bilang, apa yang kau pikir baik belum tentu baik dan apa yang kau pikir buruk belum tentu buruk"
"….." Kay hanya diam.
"Kau harus tahu, bahwa baik dan buruknya sesuatu itu. Di butuhkan untuk dunia, semuanya menciptakan alasan kehadiran satu sama lain dan kau tidak bisa mengelak dari itu semua"
"Lalu, bagaimana dengan mu? Apa monster itu menurut mu?" Kay menatap Orion.
"...." Orion hanya diam, namun dia bergeming.
Dia langsung menghunuskan pedangnya ke kanannya, Kay juga bergeming dan melakukan hal yang sama. Mereka berdua merasakan adanya sesuatu yang besar menuju ke arah mereka dan itu juga memiliki kekuatan yang besar.