webnovel

Surga Kecil

Alexandrite, seorang gadis remaja, dijual oleh bibinya ke tempat prostitusi. Demi membayar utang bibinya, Alexa harus menjual dirinya pada para lelaki hidung belang. Namun satu bulan berlalu, Alexa tiba-tiba ditebus dan dibeli oleh seorang pengusaha muda, lalu dipekerjakan sebagai pelayan di kediamannya. “Kenapa Tuan menjadikan saya pelayan di tempat ini?” “Apa kau berharap lebih baik ada orang lain yang menggantikan posisimu sekarang? Lalu kau tetap ada di sana, di tempat pelacuran itu?” Alexa tampak bisa melihat masa depannya yang samar di tempat ini. Tapi apakah dia akan bisa bertahan menghadapi perlakuan dingin dari tuannya? Berapa tahun yang dia butuhkan untuk melunasi semua utangnya? ---- Cover by Kyp005

Mischaevous · 都市
レビュー数が足りません
493 Chs

Ikan Parmesan

Alexa memastikan membeli semua bahan yang diperlukan. Pertama-tama, dia membeli bahan dasar seperti minyak goreng, gula, garam, merica, dan bumbu-bumbu lainnya. Dia memasukkan semua barang ke dalam keranjang sambil menghitung jumlah harga di dalam kepala.

Dalam 45 menit, Alexa sudah keluar dari supermarket dengan membawa hasil belanjaannya. Uang yang diberikan oleh tuannya masih tersisa sedikit. Dia berusaha menekan agar pengeluarannya tidak berlebihan. Alexa juga tidak ingin disangka mengambil uang orang lain dengan berdalih membeli bahan-bahan mahal. Apalagi, bahan-bahan yang dia beli hanya bisa untuk dua kali makan, yaitu makan malam dan sarapan besok pagi.

Sampai di hotel, gadis itu menarik perhatian dari para staff yang kebetulan melihatnya. Tentu saja, Alexa tidak masuk melalui pintu depan, pintu tempat para tamu keluar-masuk. Alih-alih, dia masuk melalui jalan yang biasa dilalui para karyawan. Skylar sudah memberitahunya, dan para staff pun mulai mengenal wajahnya karena insiden kecil waktu lalu.

Meski ini adalah kesekian kalinya mereka melihat Alexa keluar-masuk membawa anjing, tapi sekarang mereka lebih heran ketika gadis tersebut membawa barang belanjaan. Bahkan, beberapa dari mereka mulai berpikir kalau Alexa mulai menikmati hidupnya sebagai perempuan simpanan orang kaya. Apalagi dilihat dengan pakaian bermerek yang dia kenakan. Satu atau dua orang karyawan wanita bahkan mulai bergosip, menduga-duga kapan perempuan simpanan bos itu akan memperlakukan mereka dengan semena-mena, khas peran antagonis dalam novel dan film.

Sementara itu, Alexa hanya lewat sambil menunduk, menghindari tatapan para karyawan di sana. Dia masih merasa sungkan saat dipandang dengan tatapan menyelidik. Sedikit banyak, dia bisa menebak kalau mereka sedang menatapnya rendah karena kejadian tempo hari. Gadis itu juga sadar diri jika salah tempat. Hotel mewah ini bukan tempatnya sebagai orang miskin bermandikan utang. Tapi Alexa juga bekerja di sana. Bahkan, mungkin gajinya lebih besar daripada para karyawan itu.

Kakinya melangkah cepat menuju lift. Setelah menempelkan kartu, lift pun menutup dan bergerak cepat menuju ke lantai 51. Barang belanjaan diletakkan begitu saja di atas konter, kemudian Alexa naik ke lantai 52 untuk mengganti pakaian.

Saat ini sudah menunjukkan pukul lima sore. Alexa merasa lebih bebas karena semua pekerjaan bersih-bersihnya sudah selesai. Meski demikian, dia tidak bersantai menikmati hangatnya ruangan. Dia segera menuju dapur dan mulai memasak, karena sebentar lagi adalah waktu makan malam.

Skylar sendiri sudah memberi tahu pada karyawan di bawah agar tidak usah membawakan makan malam hari ini. Pemuda itu lantas memutuskan bersantai di ruang kerjanya, menghapus surel dengan malas. Banyak hal yang dia lakukan, termasuk menyortir sampah kertas yang ada di dalam tempat sampah.

Berhubung ruang kerjanya sangat sepi, dia bisa mendengar suara lift ketika Alexa pulang. Tak lama, Sophie pun menyalak sambil berjalan naik ke kantornya.

Mengetahui Alexa sudah pulang, dia pun melihat CCTV di lantai 51. Di layar, terlihat Alexa yang sedang membuka kantong belanjaan dan mengeluarkan isinya satu per satu. Di luar dugaan, dengan uang 50 pounds, Alexa bisa membeli bahan sebanyak itu. Skylar kira, gadis itu hanya bisa membeli empat sampai lima bahan.

Pemuda itu pun menyandarkan punggung ke kursi sambil memerhatikan layar, seperti juri Master Chef yang sedang menilai peserta.

Semua bahan-bahan sudah tertata rapi di tempatnya. Kini di depannya terdapat dua daging fillet ikan dengan tebal 2 cm yang sudah dibersihkan. Alexa pun mengambil sebuah wadah besar dan memasukkan tepung panir, keju parmesan, bubuk bawang putih, daun parsley, garam dan merica, beserta minyak sayur, kemudian mencampurnya hingga rata.

Daging ikan yang sudah dibersihkan, ditaburi garam dan merica sebagai perasa di dua sisi. Setelahnya, dia mengoleskan saus mustard di salah satu sisi. Saus mustard tersebut sebagai 'lem' untuk menempelkan campuran tepung panir di atasnya.

Setelah semuanya siap, Alexa memanaskan sebuah cast iron skillet (wajan berbahan besi tuang) yang sudah dituangkan minyak, ke dalam oven selama beberapa saat. Wajan yang sudah panas dikeluarkan dari oven, kemudian dia meletakkan ikan di sana, dengan sisi bertepung berada di bagian atas.

Sekali lagi, dia memasukkan wajan tersebut ke dalam oven dan memanggangnya. Selama memanggang, Alexa membuat kentang tumbuk dengan cepat, karena dia sudah merebus kentang sejak awal datang.

Pembuatan menu makan malam ini sangat mudah, sehingga Alexa baru sadar kalau masakannya sudah selesai sebelum jam makan malam. Dia memukul dahinya setelah melihat jam dinding.

"Masih ada 30 menit sebelum jam makan malam. Bagaimana ini…"

Dia berpikir keras. Tidak mungkin jika makanannya dibiarkan mendingin, kemudian dihangatkan lagi menggunakan microwave. Kerenyahan dari tepung panir akan menghilang jika diperlakukan seperti itu. Haruskah dia memanggil tuannya sekarang untuk turun dan menikmati makanannya?

Di tengah kebingungannya, terdengar suara lain yang mengagetkan Alexa.

"Kau buat apa?"

Gadis itu terpekik pelan karena terkejut.

Pemuda tersebut sudah berada di ruang makan, entah sejak kapan. Pandangannya melekat pada meja konter di dapur. Di atas meja terdapat satu piring yang sudah berisi makanan. Sementara itu, beberapa peralatan masak juga masih berada di sana dengan makanan yang belum dipindahkan ke atas piring.

"Ini ikan panggang dengan keju parmesan." Jeda sejenak. "S-Sekarang masih 30 menit sebelum jam makan malam. Apakah Tuan mau makan sekarang?" tanyanya ragu.

"Ya, sekarang. Bawakan makanannya ke meja." Setelah berkata demikian, dia langsung berbalik dan duduk di kursi meja makan. "Bukakan wine di kulkas juga."

Mendengar perintah itu, Alexa buru-buru mengambil nampan dan meletakkan piring di atasnya. Tak lupa juga gelas anggur pun disiapkan, sementara dia membuka kulkas dan mengambil satu botol anggur. Pemuda itu pernah mengajarinya cara membuka botol wine beberapa hari lalu, meski dari mulutnya sempat keluar larangan agar Alexa tidak menyentuh botol alkoholnya. Yah, saat itu, Skylar sedang malas saja. Makanya dia mengajari Alexa cara membukanya, supaya gadis itu bisa menyediakan segelas anggur ketika dirinya sedang malas turun ke lantai 51.

"Silakan." Gadis itu meletakkan piring, garpu, pisau, dan juga gelas berisi anggur di depan tuannya.

"Tuan, ini uang kembaliannya." Alexa merogoh saku dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dan juga koin, beserta struk belanjaan, lantas diletakkan di atas meja.

Melihat itu, alis Skylar terangkat. Dari semua barang belanjaan itu, uang 50 pounds masih memiliki sisa?

Namun alih-alih mengambil semua uang kembalian, Skylar berkata, "Simpan saja." Sesungguhnya, dia tidak terlalu senang menyimpan terlalu banyak uang kertas dengan pecahan kecil, apalagi koin-koin. Lagipula, jumlah kembaliannya tidak terlalu banyak. Mengikhlaskannya tidak akan membuat dirinya jatuh miskin saat itu juga.

"Terima kasih." Alexa mengangguk pelan dan menyimpan kembali uang-uang itu. Dia pun kembali ke dapur dan membersihkan semua peralatan masak. Di dalam hati, sebenarnya dia ingin meminta tuannya memberikan komentar akan menu makan malam hari ini, namun Alexa masih takut untuk melakukannya.

Selama Alexa mencuci peralatan masak yang sudah selesai digunakan, dia tidak mendengar tuannya mengatakan apapun tentang masakannya. Hanya terdengar suara denting pelan ketika gelas anggurnya diletakkan di meja, bahkan setelah Alexa selesai mencuci piring. Diam-diam, dia mengintip tuannya yang baru akan selesai makan, lalu menanti komentar dalam hati.

Sayangnya, ketika tuannya sudah meletakkan garpu dan pisau di atas piring, Alexa bisa mendengar suara dering ponsel di sana.

"Ada apa?" sahut pemuda itu setelah menempelkan ponsel ke telinga. Tanpa memberikan komentar maupun melakukan kontak mata dengan Alexa di dapur, pemuda itu pun berjalan begitu saja menuju tangga ke lantai 52, meninggalkan Alexa yang berkedip pelan di tempatnya.

"Jadi … bagaimana?" gumam Alexa pelan.

Tangannya kemudian terulur untuk mengambil garpu. Ikan panggang di atas piringnya pun dia cicip. Dia tidak bisa menyangkal kalau merasa sangat khawatir masakannya tidak enak, sehingga Skylar langsung pergi tanpa mengatakan apapun. Tapi di lidahnya, ikan bakar keju itu terasa enak. Apakah mungkin menu ini tidak cocok dengan selera tuannya? Namun makanan di piring tuannya sudah tandas.

Setelah meja makan kosong, Alexa membawa piringnya sendiri ke ruang makan. Dengan ditemani piring dan gelas kosong, dia menghabiskan makanannya sendirian.