webnovel

24. Pelukan terakhir

Setelah dua jam termenung di luar dengan kesedihan yang mendalam setelah itu baru Daffa masuk kembali ke dalam rumahnya dan langsung menuju kamar lalu menjatuhnya tubuh kekarnya di kasur yang semula ditiduri oleh istrinya.

"Baru dua jam kau pergi meninggalkan aku sayang, tetapi kenapa terasa seperti sudah lama sekali dan aku juga sudah merindukanmu sangat sangat merindukanmu." ucap Daffa yang bicara sambil memejamkan matanya dan lama-kelamaan dia pun tertidur dengan tetap menghirup aroma tubuh istrinya yang masih teringgal di bantal dan ranjang itu.

Jam lima pagi Daffa sudah terbangun, tetapi ketika bangun dia langsung pergi ke kamar mandi mencari istrinya.

"Sayang, apa perutnya mual lagi? kenapa tidak membangunkan Hubby sayang? Hubby bisa menolongmu, Hubby juga takut kau pingsan karena lemas sayang." kata Daffa dengan mata setengah terpejam, tetapi alangkah terkejutnya dia ketika membuka matanya sempurna dan tidak menemukan istrinya di kamar mandi itu.

"Sayang, kenapa kau pergi meninggalkan aku? kenapa aku juga sampai menikahi wanita itu? aku menyesal telah menikahinya dan kehilangan istri yang sangat aku cintai." cela Daffa yang berjalan gontai kembali ke kamarnya dengan wajah sedihnya seperti raga tanpa jiwa.

"Aku bingung apa yang harus aku lakukan? kupikir tadi istriku sedang muntah-muntah di kamar mandi, tetapi ternyata tidak ada istriku di sana jadi, aku hanya sedang bermmpi saja atau memang terjadi sesuatu dengannya, sebaiknya aku coba menelepon mama dulu unuk mencari tahu kebenarannya." ungkap Daffa, dia kemudian mengambil handphonenya yang ada di atas nakas.

[Bik jagain dulu Meisya, karena saya mau mengangkat teleponnya, ya hallo nak, ada apa? tumben pagi-pagi sekali kau sudah menelepon bunda.]

Tanya bunda Felicia ketika bicara dengan putranya di telepon, sedangkan Daffa bertambah khawatir mendengar ucapan bundanya di seberang sana.

"Bunda ada apa dengan istriku? apa terjadi sesuaatu dengannya? apa dia muntah-muntah dan mual lagi bunda? Daffa pergi ke sana ya bunda, Daffa sangat mengkhawatirkannya bunda dan istriku juga tidak akan hilang mualnya sebelum dia menghirup aroma tubuh Daffa, bunda."sahut Daffa lagi yang kembali bertanya pada sang bunda.

[kenapa kau bisa tahu nak? padahal dari semalam bunda dan ayah sengaja tidak mengabarimu apapun, karena memang istrimu tidak bisa tidur semalaman bahkan pagi ini dia sudah muntah-muntah hebat ketika baru saja akan memejamkan matanya.]

"Tuhkan bunda apa kata Daffa, bunda please ijinkan Daffa menemui istriku sebentar saja sampai dia bisa tidur dengan nyenyak dan kalau istriku sudah tertidur Daffa akan segera pulang." pinta Daffa pada bundanya.

[Ya sudah kita coba saja dulu, tapi kalau istrimu tidak mau jangan pernah kau memaksanya nak karena keadaannya akan bertambah buruk kalau dia terus-terusan menangis dan sedih berkepanjangan.]

"Baiklah terima kasih bunda, Daffa akan berangkat sekarang juga tolong jaga istriku dulu." pesan Daffa yang segera mematikan handphonenya, lalu mengambil jaket dan kunci mobil setelah itu dia keluar menaiki mobilnya dan langsung tancap gas menuju rumah bundanya.

Satu jam kemudian

Daffa sudah sampai di halaman rumah orang tuanya, lalu dengan memarkirkan mobilnya di sembarangan tempat dia segera masuk ke dalam rumah dan menemui orang tuanya.

"Bunda ... bunda ... di mana istriku bunda?" teriak Daffa yang menemukan bundanya di dapur, sedangkan bunda Felicia yang mendengar suara putranya hanya tersenum kecil lalu tangannya menunjuk ke arah sebuah kamar.

"Ada di atas di dalam kamarmu, kau coba saja dulu menemuinya tetapi kalau istrimu tidak mau kau jangan memaksanya, Nak ingat itu baik-baik." pesan bunda Felicia setelah diame memberi tahu keberadaan menantunya.

"Tentu bunda." tegas Daffa yang segera berlari masuk ke dalam kamarnya yang terletak di lantai atas.

Ceklek

Daffa membuka kamarnya dan melihat istrinya sedang terbaring lemah di temat tidur, lalu dengan cepat Daffa membuka jaket yang dipakainya kemudian mendekati istrinya dan ikut berbaring didekatnya.

"Apa aku bermimpi kalau Hubby telah datang dan memelukku? Hubby, aku merindukanmu bahkan dalam sedetikpun tidak bisa tidur tanpa pelukanmu, tapi tidak mungkin kau datang karena pasti sekarang kau sedang tidur sambil memeluk istri mudamu itu." gumam Meisya, kemudian dia akhirnya bisa tertidur dengan lelap, sedangkan Daffa yang mendengar ucapan dari istrinya menjadi sangat sedih sekali.

Daffa memeluk dan menemani istrinya tidur sampai satu jam lamanya dan dirasa sang istri sudah tertidur dengan sangat nyenyak baru Daffa melepaskan pelukannya, kemudian dia mencium kening istrinya sangat lama setelah itu dia keluar kamar menemui bundanya yang sedang duduk di meja makan.

"Bagaimana dengan meisya, Nak? apa dia sudah tertidur?" tanya bunda Felicia begitu melihat putranya menuruni tangga dan duduk didekatnya.

"Iya bunda, Meisya sudah tertidur dan jika dia bertanya apa aku datang menemuinya dan menemaninya tidur katakan saja kalau aku tidak melakukannya." pinta Daffa,lalu dia mulai makan sarapan yang sudah disiapkan oleh bundanya, tetapi bunda Felicia sangat terkejut mendengar ucapan dari putranya.

"Katakan pada bunda, Nak apa alasannya kau tidak mau memberi tahu istrimu tentang kedatanganmu itu?" tanya bunda dengan sangat penasaran.

"Mei masih marah sama Daffa, bunda, bahkan tadi saja dia mengira Daffa nggak mungkin datang apalagi memeluknya, tapi biarlah yang penting dia sudah bisa tidur nyenyak. Bunda, aku mau mandi dulu dan pakaianku ini jangan bunda suruh bibik cuci, tapi berikan saja pada istriku sebagai teman tidurnya nanti kalau dia benar-benar tidak bisa tidur baru bunda telpon Daffa dan aku akan datang untuk menemaninya tidur lagi." terang Daffa yang melangkah meninggalkan meja makan dan masuk kembali ke kamarnya, lalu tiga puluh menit kemudian Daffa sudah keluar lagi dengan tubuh yang lebih segar dan tangannya bungkusan paper bag.

"Kau sudah mau pergi Nak, apa tidak menunggu sampai istrimu bangun lebih dulu? karena paling tidak walaupun dia marah rindunya sedikit terobati dengan kehadiranmu." usul bunda Felicia yang memandang putranya yang sudah bersiap-siap mau pergi.

"Tidak usah bunda, aku mau ke kantor saja tolong bunda berikan ini pada istriku jangan katakan aku yang memberikannya terserah bunda bagaimana mau bilanng padanya, kalau begitu aku pergi dulu bunda dan tolong jaga anak dan istriku." pinta Daffa, kemudian dia memberikan paper bag berisi pakaian yang tadi dipakainya setelah itu dia pergi keluar rumah dan mengemudikan mobilnya ke arah perusahaannya.

Mendekati jam makan siang Meisya bangun dari tidurnya, dia merenggangkan ototnya sebentar setelah itu duduk memandang sekitar kamarnya seperti mencari sesuatu.

"Ternyata aku hanya bermimpi saja aku pikir suamiku benar-benar datang memelukku, apa dia sedikitpun tidak mengkhawatirkan aku dan anak yang ada di dalam kandunganku ini? ternyata dia memang sudah melupakan aku dan anaknya." ucap Meisya yang tertunduk lesu, kemudian dia masuk kamar mandi mencuci muka setelah itu keluar kamar menemui bunda Felicia.