)))))(((((
Sasuke bangun saat sinar mentari yang menerobos horden putih jendelanya mengenai wajahnya. Sasuke segera bangun lalu duduk dan melihat sekelilingnya. Keadaan kamarnya sepi. Bagian ranjang di sisinya kosong. Tadinya dia berharap Naruto masih tidur di sampingnya saat dia bangun. Sasuke sangat kecewa ketika tidak mendapati sosok pemuda pirang yang sangat dicintainya itu dan hanya menemukan secarik kertas di bawah gelas berisi air putih di atas meja di samping ranjangnya.
" Selamat tinggal. "
Itulah yang tertulis di kertas itu. Tidak ada ucapan cinta atau sekedar ungkapan sayang dari Naruto. Naruto bahkan memilih menuliskan kata selamat tinggal daripada kata sampai jumpa untuknya. Apakah itu artinya Naruto akan melupakan semua yang terjadi di antara mereka berdua semalam itu begitu saja? Tidak adakah kesan di hati Naruto setelah semua yang mereka lakukan semalam?
Sasuke benar-benar kecewa karena mengira Naruto tidak pernah menganggap serius atas ungkapan cintanya dan juga semua hal yang dilakukannya untuk menarik perhatian pemuda pirang itu. Dan Sasuke juga sedih karena mulai saat ini dirinya tidak akan bisa melihat senyuman Naruto, merasakan hangat genggaman tangan besarnya, juga perasaan hangat dan nyaman saat pemuda pirang itu memeluknya. Semua tidak akan bisa Sasuke rasakan lagi karena Naruto sudah pergi jauh ke ibukota, tempat pemuda pirang itu melanjutkan kuliahnya. Sasuke tidak tahu berapa lama lagi dirinya akan bisa berjumpa dengan Naruto lagi.
" Paling tidak aku sudah bisa memilikimu meski hanya semalam, Naruto.. " ucap Sasuke lirih.
Air matanya mengalir membasahi wajahnya. Disusul isakan lirih yang keluar begitu saja dari mulutnya. Tenggorokannya tercekat dan dadanya terasa sesak. Dan Sasuke hanya bisa menangis, meluapkan kesedihan dan kekecewaannya.
Setelah puas menangis, Sasuke mengusap air mata di wajahnya. Dia melihat sekelilingnya lalu mendapati dirinya terbaring di kamarnya. Tubuhnya sudah berbalut piyama tidur. Keadaan kamarnya pun sudah bersih dan rapi, bahkan bed cover dan selimutnya pun sudah diganti dengan yang bersih. Apakah semua itu Naruto yang melakukannya? Tentu saja. Hanya ada dirinya dan papanya yang menghuni rumah ini, dan papanya tidak pernah mau melakukan pekerjaan rumahan seperti bersih-bersih saat pembantu yang biasa mengerjakan semua itu libur pada hari Minggu seperti hari ini. Selama ini Sasuke lah yang melakukan semua pekerjaan rumah setiap hari Minggu.
" Apakah kau melakukan semua ini sebagai ucapan terima kasihmu, Naruto? Aku lebih suka kau tetap di sini dan membuatku lebih berantakan lagi. " ucap Sasuke sambil tersenyum miris.
Sasuke segera bangkit dari ranjangnya dan keluar dari kamar untuk menyiapkan makan siang saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 siang. Ternyata dirinya sudah tidur sangat lama. Papanya pasti akan segera bangun dari tidur Minggu paginya dan akan marah jika tidak ada makanan di meja makan. Dan benar saja, Sasuke baru saja meletakkan masakan terakhirnya di meja makan saat papanya keluar dari kamar dan langsung duduk di salah satu kursi di meja makan. Sasuke segera mengambil dua piring dan peralatan makan untuk papanya. Setelah itu dia menuang air putih di gelas dan meletakkannya di hadapan papanya.
" Ini minumnya, Pa. " ucap Sasuke.
Mata Fugaku melirik Sasuke, menatap paras manis putranya yang begitu mirip dengan sang istri yang sudah meninggal. Hatinya berdenyut sakit setiap kali melihat wajah Sasuke yang selalu mengingatkannya pada mendiang istrinya. Karena itu lah selama ini dirinya menghindari segala kontak dengan Sasuke dan jarang sekali mau bicara pada putra bungsunya itu.
Fugaku baru saja akan mengalihkan pandangannya dari Sasuke saat matanya melihat noda merah yang terlihat di leher putih Sasuke. Fugaku terbelalak kaget. Dia langsung tahu noda merah itu adalah kissmark. Kemarahan mulai muncul di dalam hati Fugaku melihat kissmark di leher Sasuke yang tidak hanya satu, tapi terlihat hampir di setiap sisi leher putranya itu. Bahkan Fugaku melihat ada kissmark lain di dada Sasuke yang terlihat sekilas dari celah piyama tidur yang dikenakan Sasuke saat putranya itu mendekatkan piring berisi lauk ke arahnya.
" Apa kau sudah mulai berani pacaran dan melakukan seks, Sasuke?! " tanya Fugaku yang membuat Sasuke terlonjak kaget.
Sasuke langsung menutupi lehernya saat menyadari papanya terus melihat ke arah lehernya. Apakah Naruto meninggalkan jejak di lehernya? Sasuke merutuki keteledorannya yang langsung keluar dari kamar tanpa melihat penampilannya di kaca terlebih dulu. Itu karena Sasuke percaya Naruto sudah membersihkan dirinya dengan menyeluruh mengingat betapa teliti dan cekatan Naruto saat mengerjakan sesuatu. Tapi Sasuke baru tahu jika kissmark tidak bisa hilang dalam waktu singkat.
" I-Ini karena bekas gigitan serangga, Papa.." jawab Sasuke asal karena terlalu gugup.
Bagaimana Sasuke tidak gugup? Selama ini papanya tidak pernah melihat ke arahnya. Bicara padanya pun jarang. Tapi kenapa tiba-tiba saja papanya memperhatikannya pada saat dirinya sehabis bercinta dengan Naruto dengan tubuh penuh kissmark seperti saat ini?
" Cih! Kau pikir aku lahir kemarin sore hingga tidak bisa membedakan gigitan serangga dan gigitan manusia?! " teriak Fugaku yang membuat Sasuke melonjak dari kursinya karena kaget.
" Dasar menjijikkan! " Fugaku membanting piringnya ke meja hingga makanannya tumpah berserakan di meja makan.
Sasuke hanya bisa menunduk dengan air mata mengalir dari kedua matanya saat melihat kemarahan papanya. Setelah itu Fugaku pergi dengan langkah menghentak meninggalkan Sasuke yang masih menangis sedih.
Naruto baru saja pergi dan entah kapan akan kembali. Dan baru saja papanya sendiri mengatakan bahwa dirinya menjijikkan. Hal itu membuat Sasuke semakin terpuruk. Sasuke meletakkan sendoknya. Selera makannya lenyap begitu saja. Akhirnya Sasuke masuk ke kamarnya dan menangis mengingat perpisahannya dengan Naruto hingga kelelahan dan akhirnya tertidur.
Sasuke masih terlelap ketika papanya menerobos masuk ke kamarnya yang memang tidak pernah dikunci. Sasuke terkejut saat papanya langsung menarik dan melempar selimutnya ke lantai kamar.
" Pa-Papa?! Ada apa, Pa?! " tanya Sasuke saat melihat papanya tiba-tiba sudah berada di ranjangnya. Bukannya menjawab, Fugaku malah menindih tubuh Sasuke.
" A-Apa yang Papa lakukan?! " ucap Sasuke gugup dan ketakutan saat papanya mulai menciumi lehernya.
" Kau harus bertanggung jawab karena sudah membunuh istriku, Anak brengsek! Sekarang kau lah yang harus melayaniku! " teriak papanya sambil merobek piyama tidur Sasuke.
Fugaku langsung murka melihat banyaknya kissmark dan bitemark di leher, pundak dan dada Sasuke.
" Kau sudah menjadi jalang rupanya! " teriak Fugaku murka.
Sasuke bergidik ngeri melihat tatapan mata papanya yang terlihat mengerikan saat melihat tubuh bagian atasnya yang terbuka. Sasuke kaget saat papanya mencengkeram kedua pergelangan tangannya hingga dia tidak bisa bergerak saat papanya mulai mencium dan kemudian menjilati leher dan kemudian dadanya. Sasuke mendesah dan menggeliatkan tubuhnya saat merasakan lidah papanya yang basah dan sedikit kasar itu menjilat dan menghisap putingnya.
" Papa! Apa yang kau.. Ahh! " Sasuke tersentak saat papanya tiba - tiba menghisap putingnya dengan kuat.
Sasuke mengerang dan berteriak merasakan kedua putingnya yang terus dihisap dengan kuat bergantian hingga terasa perih. Tapi Sasuke juga merasakan sensasi geli dan nikmat saat papanya mengemut dan menghisap putingnya.
" Berhenti, Papa! Jangaan! " teriak Sasuke saat papanya menarik paksa celananya sekaligus celana dalamnya hingga tubuhnya kini telanjang bulat. Dengan segera Sasuke menutupi penisnya dengan tangannya.
" Kau bilang jangan, Sasuke?! Kau bersedia mengangkang untuk pacarmu tapi kau bilang jangan padaku?! " teriak Fugaku.
" Aku lebih berhak atas tubuhmu ini dari pada pacarmu, Sasuke! "
Sasuke tersentak kaget mendengar bentakan papanya itu. Benar juga. Papanya tentu lebih berhak atas dirinya. Lagi pula Naruto juga sudah meninggalkannya. Naruto tidak akan kembali padanya. Naruto sudah membuangnya. Tiba-tiba Sasuke kehilangan niat untuk melawan keinginan papanya.
Dengan pasrah Sasuke membuka tangannya dan memperlihatkan tubuhnya. Fugaku menyeringai melihat kejantanan mulus Sasuke. Fugaku langsung mendorong Sasuke hingga anaknya itu terbaring di ranjang. Dengan mata berkilat penuh nafsu, Fugaku membuka kedua kaki Sasuke lebar, membuat kejantanan mungil dan lubang berkerut Sasuke terlihat jelas.
" Kau jangan melawan dan menurut saja atau aku akan mencekikmu sampai mati! " ancam Fugaku.
Sasuke menatap papanya dengan perasaan takut yang amat sangat. Meskipun selama ini papanya memang tidak pernah bersikap baik padanya, tapi kali ini papanya terlihat sangat berbeda. Sasuke bahkan hampir tidak bisa percaya bahwa lelaki yang sedang mencengkeram kedua kakinya sambil melihat ke organ intimnya dengan sorot mata lapar itu adalah papanya sendiri. Saat ini papanya terlihat sangat jahat dan juga buas.
" Enghh! Papa! Apa yang .. Ahhh!! " Sasuke mengerang saat papanya mulai mengulum penis mungilnya lalu menghisapnya dan kadang menjilatnya.
Ada rasa sakit tapi juga ada rasa geli yang terasa nikmat saat papanya melakukan entah apa dengan penisnya karena Sasuke menutup matanya rapat - rapat karena takut sekaligus jijik dengan apa yang diperbuat papanya itu. Jijik pada dirinya sendiri.
" Ahk! Sakit papa! Hentikan! " Sasuke menjerit kesakitan dan membuka matanya saat ada sesuatu yang memaksa masuk ke dalam lubangnya. Sasuke melotot kaget saat melihat papanya memasukkan jarinya ke lubang analnya. Sasuke bangun dan berusaha menjauhkan tangan papanya dari lubang analnya tapi dengan mudah papanya membuatnya kembali terlentang dengan mendorong dadanya dan menekannya.
" Sudah kubilang kau jangan melawan! " bentaknya.
" Karena kau berani melawan perintahku, kini terima hukumanmu, Anak sial! " teriak Fugaku.
Sasuke terkejut saat melihat papanya membuka dan melepas celananya. Sasuke mengerjap kaget melihat kejantanan papanya yang besar dan panjang yang terlihat mengacung tegak. Sasuke langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain karena malu hingga Sasuke tidak tahu saat Fugaku langsung melesakkan penis besarnya itu ke lubang mungilnya.
" AARGHHH! SAKIIT! PAPA SAKIIT! KELUARKAN! "
Sasuke berteriak sekuat tenaga saat Fugaku memaksakan penis besarnya memasuki lubang kecilnya. Fugaku bahkan tidak peduli saat lubang Sasuke mengeluarkan darah pertanda apa yang dilakukannya itu telah melukai bagian dalam tubuh anaknya itu.
" AARGHH! SAKITT! BERHENTI! AKU MOHON, PAPA! " teriak Sasuke.
Sasuke merasa sangat kesakitan saat Fugaku mulai menggerakkan penisnya keluar masuk lubang kecil itu.
" Argh! Kau sangat nikmat! " teriak Fugaku. Fugaku terus menyerukan kata nikmat saat dia menggagahi Sasuke malam itu.
Dan malam itu Sasuke memulai penderitaannya sebagai pemuas nafsu bagi papanya sendiri. Liburan musim dingin yang seharusnya dihabiskan Sasuke dengan bermain salju dengan teman sebaya atau pergi berlibur ke onsen atau tempat menyenangkan lainnya malah dihabiskan dengan terkurung di dalam rumah dengan papa nya yang sudah tidak bersikap selayaknya orang tua. Papanya yang malah memperlakukan dirinya sebagai pemuas nafsu nya.
Sasuke bahkan tidak ingat lagi berapa kali papanya melakukan perbuatan bejat itu padanya. Tapi bagaimana Sasuke mau mengingat tatapan mata nyalang papanya saat menggagahinya dengan brutal? Bagaimana Sasuke ingin mengingat rasa sakit saat lubang kecilnya dimasuki benda besar panjang papanya yang seakan terasa ingin membelah tubuhnya? Bagaimana Sasuke sudi mengingat teriakan kasar, hinaan dan juga makian papanya yang selalu diucapkannya saat mencumbunya? Bagaimana Sasuke akan mengingat sosok papa yang sengaja menahannya agar tidak pernah berpikir untuk kabur dengan ancaman akan membunuhnya hanya agar bisa mencumbunya dan menjadikannya sebagai pemuas nafsu bejatnya?! Tidak! Sasuke tidak akan mau mengingat semua itu.
Dan sejak saat itu perbuatan dosa yang dilakukan Fugaku pada Sasuke itu pun terus berlanjut. Tidak ada seorang pun yang tahu betapa papanya itu sangat menyukai menggenjot lubang Sasuke sambil mabuk sepulang dari kantor dengan memecat satu-satunya pembantu yang bekerja di rumahnya. Selain karena papanya ingin membuat Sasuke mengerjakan semua pekerjaan rumah untuk menyiksanya, lelaki tua itu juga tidak ingin perbuatan bejatnya pada Sasuke diketahui orang lain. Ternyata meskipun suka berbuat dosa, manusia masih tetap mempunyai rasa malu jika perbuatan bejatnya dilihat oleh orang lain, pikir Sasuke. Benar – benar menjijikkan.
Lama kelamaan, perbuatan bejat Fugaku itu membuat Sasuke terbiasa saat lubangnya dimasuki oleh kejantanan papanya. Meskipun Sasuke tahu hal itu adalah dosa, diam – diam Sasuke mulai menikmati saat papa kandungnya sendiri itu mencumbunya. Sasuke bahkan mulai menikmati rasa sakit saat papanya memasuki lubangnya lalu mencumbunya dengan kasar dan brutal. Seperti saat ini.
" Hhh.. Papa.. enghh.. " Sasuke terus mendesah sambil mencengkeram meja dapur saat Fugaku mencengkeram pinggang rampingnya sambil menggenjot lubangnya yang sudah penuh dengan sperma papanya yang sudah mengeluarkan benihnya itu tiga kali di dalam lubangnya. Tubuh Sasuke sudah lemas kelelahan tapi kenikmatan yang dirasakannya saat ujung penis papanya menyodok titik di dalam lubangnya yang membuatnya merasa sangat nikmat membuat Sasuke bertahan. Sasuke sudah ketagihan dengan sensasi nikmat dari klimaksnya akibat sodokan penis besar papanya di lubangnya.
" Nghh.. Papa.. lebih cepathh.. " desah Sasuke yang merasa hampir mencapai klimaksnya lagi.
Tiba – tiba Fugaku menarik penis besarnya dari lubang Sasuke lalu menarik tangan Sasuke dan menghempaskannya dengan kasar hingga Sasuke jatuh terbanting di lantai dapur. Fugaku langsung menduduki dada Sasuke sambil mencekik leher anaknya itu.
" Jangan berani memerintahku, Anak sial! Sekarang puaskan aku dengan mulut kotormu itu! " teriak Fugaku sambil melesakkan penis besarnya ke mulut Sasuke.
Sasuke hampir saja tersedak dan muntah saat ujung penis panjang itu menyodok tonsilnya. Selanjutnya Sasuke hanya bisa pasrah saat papanya terus menyiksa mulut dan tenggorokannya dengan menggerakkan penisnya keluar masuk secara brutal.
" Aarghhh!! " Fugaku berteriak keras saat mencapai klimaksnya.
Lelaki itu melesakkan penisnya jauh ke dalam tenggorokan Sasuke dan memancarkan spermanya di sana, memaksa Sasuke untuk menelan semuanya. Fugaku menusukkan penis besarnya itu jauh ke dalam mulutnya sambil mencengkeram wajah Sasuke mendekat hingga pubis ayahnya itu menempel di wajah Sasuke. Sasuke tidak bisa bernafas, tubuhnya mengejan dan air matanya mengalir bersama spermanya saat dia juga mengalami klimaks. Sasuke merasa sangat hina dan rendah bisa mengalami klimaks saat mendapat siksaan seperti itu dari papanya.
Setelah merasa puas, Fugaku meninggalkan tubuh telanjang Sasuke yang terkapar di lantai dapur dalam keadaan kotor dan basah oleh keringat dan juga spermanya.
" Cepat selesaikan masakanmu, Jalang! Aku sudah lapar! " ucap Fugaku sebelum melewati pintu dapur.
Sasuke telentang sambil memandang langit – langit dapur dan membiarkan air matanya mengalir membasahi wajah putihnya.
" Setelah mencumbuku papa juga ingin aku memasak makanan untukmu? Jadi papa benar – benar menggunakanku sebagai pengganti mama ya? Hahaha.. " tawanya miris.
"Aku telah menjadi seorang jalang bagi Papa, Ma. Apakah kau tidak marah padaku, Ma? " tanya Sasuke dengan air mata yang makin membanjiri wajah putihnya.
" Maafkan Sasuke, Ma.. Maaf.. " Sasuke menangis dan terus menangis. Hingga akhirnya dia tertidur dengan tubuh masih dalam keadaan masih telanjang bulat di lantai dapur yang dingin.
TRING-TRING!
Sasuke membuka mendengar dering teleponnya. Sasuke bangun dari tidurnya dan langsung menggigil. Dia melihat sekeliling dan mendapati dirinya masih terkapar di lantai dapur yang dingin. Seluruh ruangan dapur sudah gelap, hanya bayangan cahaya bulan yang samar terlihat di balik jendela dapur yang tinggi. Pasti sudah malam.
" Di-dingin sekali.. " keluh Sasuke sambil memeluk tubuhnya sendiri yang masih dalam keadaan telanjang bulat.
" Issh! " Sasuke berjengit saat merasakan pinggang dan lubangnya terasa begitu sakit saat dia mencoba bangun. Dengan susah payah Sasuke melangkah untuk menghidupkan lampu dan melihat ke arah pemanas di sudut ruang dapur yang ternyata memang mati.
" Dingin! " Sasuke langsung mengerutkan kakinya yang menyentuh lantai keramik dingin. Kini seluruh tubuhnya menggigil hebat.
TRING-TRING!
Ponselnya kembali berdering. Sasuke langsung mengambil ponselnya yang ada di meja makan dan melihat nama Itachi di layarnya. Dengan tangan gemetar Sasuke menggeser layarnya ke arah tombol jawab.
" Ha-halo.. Kak.. " Suara Sasuke bergetar menahan dingin.
" Sasuke? Kau kenapa? " Suara Itachi di seberang sana terdengar cemas.
" Di-dingin.. Ka-kak.. Urghhh.. " Tubuh Sasuke semakin menggigil.
" Sentuh keningmu! Apakah terasa panas? Cepat Sasuke! " seru Itachi panik.
Sasuke segera menyentuh keningnya.
" Iya.. sedikit.. panas.. Hehehe.." Sasuke tertawa sambil terus menyentuh keningnya yang panas dan berkeringat.
" Tapi.. di-dingin.. " Sasuke menggunakan sebelah tangan kirinya yang bebas untuk memeluk tubuhnya.
" Cepat ambil obat berwarna putih di laci meja kamarmu! Laci kedua dari atas! Minum satu butir saja! Kau sudah makan malam kan? Aku akan segera pulang! " Terdengar suara panik Itachi dengan suara grasak grusuk di seberang.
" Ka-Kakak mau pulang? Benarkah? Aku senang sekali! Hahaha! " Sasuke sangat bahagia akan segera bertemu dengan Itachi.
Sementara itu di ibukota, tepatnya di kamar asrama tempat Itachi tinggal, pemuda itu tampak sibuk memasukkan beberapa pakaian dan beberapa barang ke ranselnya.
" Jangan tertawa dan cepat minum obatmu, Sasuke! " teriak Itachi kesal mendengar tawa aneh adiknya. Itachi semakin khawatir karena Sasuke tidak pernah terdengar sesenang itu mendengar kepulangannya. Itachi ingin segera pulang dan melihat keadaan Sasuke.
" Kau mau pergi, Itachi? " Seorang pemuda berwajah hiu masuk ke kamar Itachi.
" Aku akan pulang, Kisame. Sasuke sakit. " jawab Itachi sambil menutup zipper ranselnya.
" Tapi kita sudah janji mau mengerjakan proyek kelompok kita sekarang kan? Kau sudah janji! " sahut pemuda lain berambut merah yang juga ikut masuk ke kamar Itachi.
" Adikku sedang sakit, Nagato. Kita bisa mengerjakannya lain kali. " jawab Itachi sambil berdiri dan menyandang ransel di bahunya.
" Aku akan mengantarmu! Dengan mobilku pasti akan sampai di rumahmu lebih cepat. Ayo! " putus Kisame. Itachi mengangguk lalu mengikuti langkah Kisame dan Nagato yang berbalik keluar dari kamar asramanya.
" Aku ikut. " ucap Nagato lalu mengekori kedua sahabatnya setelah Itachi mengunci kamarnya.
' . '
)))(((
Sasuke sedang tertidur setelah meminum obat saat Fugaku masuk ke kamarnya. Tanpa basa-basi lelaki tua itu langsung naik ke atas ranjang Sasuke dan mencekik leher putranya.
" Ahk! Pa.. pa! " Sasuke langsung terbangun. Pemuda itu gelagapan saat jalan nafasnya tiba-tiba terputus. Tangannya mencoba melepaskan cekikan tangan Fugaku dari lehernya.
" Dasar tidak berguna! Kau aku suruh membuat makanan malah enak-enakan tidur! Kau berani menantantangku?! Hah! " teriak Fugaku murka.
PLAK!
Fugaku menampar wajah Sasuke yang membuat Sasuke mengaduh kesakitan. Air mata mengalir dari kedua mata kelam Sasuke saat merasakan panas dan sakit di salah satu sisi wajahnya. Hatinya pun berdenyut nyeri melihat sorot mata merendahkan dari papanya.
" Bunuh saja aku kalau Papa menganggap aku tidak berguna! Bunuh aku Pa! " teriak Sasuke sambil menangis.
Sasuke benar-benar sudah bosan dengan perlakuan bejat papanya dan juga makian dan hinaan yang keluar dari mulut papanya itu.
" Bunuh saja aku, Pa! Bunuh aku sekarang juga! " tangis Sasuke semakin keras.
BRETT! Piyama tidur Sasuke langsung terkoyak menjadi dua saat Fugaku membukanya paksa. Disusul celana piyama Sasuke yang dilempar Fugaku ke lantai begitu saja, membuat tubuh Sasuke kini polos tanpa sehelai kain yang menutupinya.
" Aku memang akan membunuhmu setelah aku puas menikmatimu, Sasuke.. " ucap Fugaku sebelum melumat bibir Sasuke dan memulai mencumbu tubuh Sasuke.
" Hentikan! Papa jangaan! "
Fugaku mencium, menghisap dan melumat bibir Sasuke, kemudian langsung dilanjutkan tusukan ke lubang Sasuke, mengabaikan teriakan dan penolakan Sasuke. Fugaku menggenjot lubang Sasuke yang masih menyimpan sperma hasil cumbuannya beberapa jam lalu yang belum sempat Sasuke bersihkan. Dia menggigit dan menghisap leher, dagu dan pundak serta dada Sasuke, menambah banyaknya kissmark dan bitemark di tubuh Sasuke hasil perbuatannya beberapa jam lalu. Fugaku benar-benar sudah gelap mata saat merasakan kenikmatan ketika mencumbu tubuh Sasuke, putra bungsunya yang seharusnya dia jaga dan lindungi.
" Sakiit! Papa berhentii! " jerit Sasuke saat Fugaku mencengkeram kejantanannya sambil menggempur lubangnya tanpa ampun.
" Diam, Jalang! Ahhh.. nikmat ahh.. " desis Fugaku sambil terus menggenjot lubang Sasuke.
" Apa yang papa lakukan?! "
Fugaku berhenti bergerak dan menoleh ke arah pintu. Di sana terlihat Itachi dan dua pemuda lainnya yang terlihat sedang terbelalak kaget.
" Ka.. Kakak.. Tolong.. aku.. " pinta Sasuke sambil mengulurkan tangannya ke arah Itachi, memohon untuk diselamatkan dari kegilaan sang papa.
" Sasuke! " Itachi berjalan cepat mendekati ranjang Sasuke.
" Tunggulah giliranmu, Itachi! "
Ucapan Fugaku membuat Itachi kembali terbelalak. Itachi menatap papanya dengan pandangan tidak percaya.
" Bukankah kau juga ingin menikmati lubang adikmu? Jadi sebaiknya kau diam di sana dan menunggu dengan sabar sampai aku pu.. "
BUAGH! DUAGH! BRUGH!
Belum sempat Fugaku menyelesaikan ucapannya, pukulan dan tendangan Itachi sudah menghantam wajah dan dadanya, membuat orang tua itu jatuh terjungkal ke lantai dengan bunyi keras.
" Mati kau, orang tua brengsek! " Itachi yang kalap langsung menyambar lampu di meja di samping ranjang dan memukulkannya ke kepala Fugaku.
" MATI KAU! MATI KAU! PERGI KAU KE NERAKAA! "
Teriakan dan ungkapan kemarahan terus terlontar dari mulut Itachi yang memukuli Fugaku membabi buta. Dia bahkan tidak mendengar jeritan ketakutan Sasuke saat melihat darah yang memancar deras dari luka pukulan dan tusukan yang dilakukan Itachi di kepala dan tubuh Fugaku dan menggenangi lantai kamarnya. Itachi juga tidak mempedulikan saat kedua sahabatnya berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya dari memukul dan menusuk tubuh Fugaku dengan tongkat penyangga lampu meja yang kini sudah tidak berbentuk lagi.
" Hentikan Itachi! Papamu sudah tidak bergerak! Hentikan! Aku mohon! Papamu mungkin sudah mati! "
Teriakan Nagato itu sontak membuat Itachi menghentikan tangannya. Dia melihat Fugaku yang ada di bawahnya. Kepala orang tua itu berdarah, wajahnya hancur dan hampir tidak bisa dia kenali lagi, sementara dada dan perutnya penuh luka tusukan yang terus mengalirkan darah. Papanya itu terlihat sangat mengerikan dan tampak tidak bernafas lagi.
Itachi tersentak kaget. Dia melihat tiang lampu besi di tangannya yang berlumuran darah yang segera dia lemparkan ke sudut kamar. Lalu dia melihat kedua tangannya yang juga berlumuran darah. Apalagi saat dia menyadari bahwa dirinya masih duduk di atas tubuh papanya. Itachi langsung berdiri dan menjauhi tubuh papanya yang terbaring diam.
Kisame mendekati tubuh Fugaku lalu memeriksa denyut nadi di leher lelaki tua itu. Wajah Kisame terlihat sedih dan kemudian lelaki berwajah hiu itu menggelengkan wajahnya.
" Tidak ada. Tidak ada denyut nadinya. " ucap Kisame sambil berdiri.
" Tidak! " Itachi meremas rambutnya.
" Apa yang sudah aku lakukan?! Aku sudah membunuhnya! Aku membunuh papaku! " teriak Itachi sambil menjambaki rambutnya. Nagato langsung memeluk Itachi dengan erat.
" Kau melakukannya untuk menyelamatkan adikmu.. Kau menyelamatkan Sasuke.. " hibur Nagato.
" Aku pembunuh, Nagato! Aku membunuh papaku sendiri! " Air mata mengalir dari kedua mata Itachi.
Polisi yang berdatangan memenuhi rumah, sirine ambulan yang membawa tubuh Fugaku, pemeriksaan di rumah sakit, lalu pemakaman dan selanjutnya persidangan dan penjara tempat Itachi akan menghabiskan waktu 10 tahun untuk menebus dosanya. Semua itu bagaikan mimpi buruk yang mengikuti kehidupan Sasuke selama hampir setengah tahun ini. Sasuke bahkan tidak sanggup untuk masuk sekolah karena tidak sanggup menghadapi tatapan mata kasihan dan merendahkan serta makian dan hinaan teman sekolahnya hingga akhirnya terpaksa harus pindah sekolah.
" Kami adalah sahabat Itachi dan sudah berjanji padanya untuk menjagamu selama dia ada di penjara. " ucap Kisame saat mendorong Sasuke ke dalam mobilnya yang akan membawa Sasuke ke ibukota.
" Kau akan pindah sekolah di ibukota. Kami yang akan mengurus semuanya. " sahut Nagato sambil menoleh dari kursi pengemudi. Lelaki berwajah tampan berambut merah itu membelai kepala Sasuke lalu berbalik dan mulai menjalankan mobil setelah Kisame masuk ke mobil dan duduk di sampingnya.
" Bisakah kita ke tempat Itachi dulu? Aku ingin menemuinya sebelum pergi ke ibukota. Please? " pinta Sasuke.
" . "
)))(((
Sasuke memeluk tubuh Itachi erat. Air mata tidak dapat lagi dia tahan saat merasakan hangatnya tubuh Itachi yang memeluknya selama beberapa lama.
" Sudah. Jangan menangis lagi. Kau sudah terlalu banyak menangis. " ucap Itachi sambil mengusap air mata dari wajah Sasuke.
" Aku tidak ingin pergi.. Aku ingin tinggal bersamamu di sini.. " tangis Sasuke.
" Ssst.. Kita akan segera bersama lagi segera setelah aku keluar dari sini. Kita akan hidup bahagia berdua setelah ini.. " hibur Itachi.
" Lagi pula kau akan pergi ke ibukota. Bukankah Naruto tinggal di sana? Mungkin kau akan bertemu dengan Naruto sesampainya kau di sana. " lanjut Itachi sambil mengusap kepala Sasuke.
" Be-benarkah? "
Ucapan Itachi itu sedikit mengalihkan Sasuke dari kesedihannya melihat Itachi berada di penjara selama beberapa saat. Tapi saat Sasuke melihat kemeja seragam berwarna orens Itachi, dan juga nomor tahanan yang ada di dada kemeja Itachi, kesedihan Sasuke segera kembali memenuhi hatinya.
" Tapi aku ingin menemanimu.. Gara-gara menolongku kau menjadi pembunuh.. Kau membunuh papa karena aku.. " Sasuke menangis semakin keras. Dia merasa sangat bersalah kepada Itachi.
"Aku yang telah menjerumuskanmu ke dalam dosa ini, Kakak! Aku yang telah membuatmu jadi seorang pembunuh! "
TBC