)))))(((((
Sasuke memandangi seluruh ruangan apartemen itu. Apartemen yang sangat sederhana. Kaki berbalut kaos kakinya melangkah masuk setelah meletakkan sepatu di rak sepatu, di antara sepatu dan sandal yang hampir semuanya berwarna orens. Sebuah ruangan yang berfungsi menjadi ruang tamu, ruang makan sekaligus ruang belajar terlihat. Ada meja permanen dari beton berlapis keramik yang menyatu dengan dinding dengan kompor di atasnya dan juga bak tempat cuci piring serta lemari dapur di sudutnya. Sementara di sisi lainnya terdapat satu set meja belajar dengan rak TV yang juga berfungsi sebagai rak buku dengan hamparan karpet di depannya. Ada meja rendah berukuran sedang di atas karpet, yang berfungsi sebagai meja makan. Ada pintu kayu berwarna coklat yang setengah terbuka di salah satu sisi dinding di samping rak TV itu. Pintu kamar yang memperlihatkan ranjang bertingkat yang terlihat.. baru? Dan satu lagi pintu yang berukuran lebih kecil di dekat lemari dapur. Pintu ke kamar mandi.
" Maaf kalau tempatnya sangat sempit. Hanya ini yang bisa aku sewa dengan uang bulanan dan gaji part time ku. Nyamankan dirimu. Okey? "
Ucap Naruto yang baru saja masuk membawa koper dan juga tas Sasuke. Pemuda pirang itu langsung membawa koper dan tas itu memasuki kamar.
Sasuke menoleh lalu memandangi Naruto, pemuda pirang yang selama enam bulan tidak pernah mengirimkan kabarnya. Seseorang yang membuatnya merasa dirinya hanya sendirian di dunia ini saat menghadapi pemeriksaan polisi berulang kali, berondongan pertanyaan wartawan, juga sorot mata menghakimi dan muak akibat kasus pembunuhan Fugaku, ayahnya, yang melibatkan kakaknya, Itachi. Seseorang yang membuat dirinya hampir putus asa dan mengakhiri hidupnya jika saja tidak ada Kisame dan juga Nagato yang selalu mengawasinya. Seseorang yang sangat dia dambakan namun telah membuatnya merasa tidak diinginkan, tidak diharapkan lagi dan dibuang selayaknya sampah. Naruto.
Sasuke hampir saja mengubah perasaan rindunya kepada Naruto menjadi kebencian. Sasuke bahkan telah memutuskan bahwa Naruto akan menjadi obyek balas dendamnya karena pemuda pirang itu telah membuangnya bagai kotoran ketika pergi tanpa berucap sepatah kata. Hampir saja Sasuke berniat mencari Naruto untuk membunuhnya kemudian membunuh dirinya sendiri begitu dia sampai di ibukota, akibat rasa sakit hati yang dirasakannya pada pemuda pirang itu. Tapi semua niat buruk itu buyar begitu saja saat Naruto menyambutnya di depan pintu asrama Itachi.
Sasuke terpaku melihat Naruto, sosok yang sangat dirindukan sekaligus mulai dibencinya itu berdiri di hadapannya dengan wajah penuh penyesalan.
" Sasuke.. "
Suara Naruto yang selama ini begitu ingin didengarnya mengalun di pendengaran Sasuke, mengirimkan getaran yang begitu dirindukannya.
Brugh!
Sasuke kaget saat Naruto langsung menjatuhkan diri di hadapannya.
" Maaf.. "
Sasuke memandang dengan perasaan tidak percaya saat pemuda pirang itu bersujud di kakinya, memohon maaf kepadanya.
Satu kata dari Naruto diiringi air mata yang mengalir dari kedua mata beriris biru pemuda itu sanggup meruntuhkan rasa sakit hati dan juga kekecewaan di dalam diri Sasuke. Sasuke tidak bisa menahan diri untuk menarik pemuda itu ke dalam pelukannya.
Naruto merasa lega luar biasa merasakan kedua tangan Sasuke melingkupi tubuhnya. Meski tidak ada satu pun kata yang terucap dari mulut Sasuke, Naruto tahu dirinya sudah dimaafkan. Dia segera membalas pelukan Sasuke tidak kalah erat.
" Tinggalah bersamaku.. Biarkan aku menjagamu.. Aku mohon.. "
Bisikan lirih disertai pelukan hangat dan nyaman Naruto pun sanggup membuat Sasuke mengikuti permintaan Naruto dan mendamparkannya ke apartemen pemuda pirang yang selalu memenuhi di hati dan pikirannya itu. Dia bahkan melupakan janjinya pada Nagato untuk tinggal di apartemen sahabat Itachi itu.
" Kemarilah, Sasuke. " panggil Naruto.
Panggilan Naruto membuyarkan lamunannya. Sasuke mengerjapkan matanya lalu menatap ke arah Naruto yang berjalan keluar dari kamar dan menghampirirnya. Sasuke kembali mengerjap saat kedua telapak tangan Naruto menangkup wajahnya. Sepasang mata beriris biru itu menatapnya dengan sorot mata cemas.
" Kau lelah? " tanya Naruto dengan suara lembut.
Sasuke tidak menjawab dan hanya memejamkan matanya menikmati kehangatan telapak tangan besar Naruto yang menangkup wajahnya. Hangat dan nyaman. Sudah lama tidak dia tidak merasakan perasaaan itu. Selama menjadi budak nafsu papanya, Sasuke hanya merasakan kesakitan, kesedihan dan juga merasa direndahkan. Lalu selama menghadapi persidangan kasus kematian papanya, Sasuke merasa dipojokkan, disalahkan dan juga dihina. Dan kini Naruto membuatnya merasakan kehangatan dan kenyamanan itu lagi, bagaikan mengantarkan dirinya ke dalam oase di tengah kehidupannya yang menyedihkan. Dan akhirnya air mata itu mengalir tak tertahankan saat Sasuke membuka mata untuk menatap wajah tampan Naruto yang sangat dirindukannya.
Naruto terkejut melihat Sasuke yang menangis dalam diam. Hatinya tersayat melihat wajah putih yang kini terlihat lebih tirus dari sebelumnya. Kulit putih itu tampak lebih pucat, dan mata kelam itu terlihat tidak lagi bercahaya. Dan tubuh itu pun terasa semakin kurus saat dia merengkuhnya. Begitu beratnya kah penderitaan yang telah dialami Sasuke? Bagaimana bisa dulu dirinya pergi meninggalkan Sasuke dan membiarkan sahabatnya ini menghadapi semuanya sendiri? Penyesalan yang sangat besar yang tiba-tiba dirasakan Naruto membuat dadanya sangat sesak.
" Maafkan aku, Sasuke.. Maaf.. "
Naruto menangis sambil memeluk tubuh ringkih itu erat. Dalam hati dirinya bersumpah akan melindungi Sasuke. Dia tidak akan membiarkan sahabatnya itu mengalami kesedihan. Tidak lagi!
" Mulai saat ini aku tidak akan membiarkan orang atau apapun menyakitimu.. Aku akan selalu melindungimu.. " janji Naruto. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh ringkih Sasuke.
)))(((
Sasuke memandangi Naruto yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua seperti biasa. Pemuda pirang itu tidak membiarkannya melakukan pekerjaan apapun di apartemen itu.
Tapi lama kelamaan Sasuke merasa Naruto memperlakukan dirinya bagaikan benda keramik yang mudah pecah. Naruto melarang Sasuke bekerja paruh waktu di mini market yang hanya barjarak beberapa puluh meter dari apartemen mereka. Naruto bahkan melarangnya membersihkan apartemen atau memasak makan malam untuknya karena Naruto selalu pulang larut karena harus bekerja setelah kuliah. Sasuke jadi merasa dirinya diperlakukan seperti seseorang yang lemah yang tidak mampu melakukan apapun. Padahal dia terbiasa melakukan semua pekerjaan rumah selama menjadi budak dari papanya sendiri. Bahkan dirinya terbiasa menjadi pelampiasan nafsu papanya sendiri setiap malam.
" Biarkan aku membantumu membersihkan rumah, Naruto! Atau aku akan pergi dan tinggal dengan Nagato. " ancam Sasuke.
" Baiklah.. " Akhirnya Naruto membolehkan Sasuke melakukan apapun di apartemennya.
" ..asalkan tidak mengganggu belajarmu.. " imbuhnya.
Naruto berbalik lalu menghampiri Sasuke.
" Maaf.. Aku hanya tidak mau kau lelah. "
Sasuke memejamkan mata merasakan usapan lembut Naruto di kepalanya. Sasuke bahagia merasakan kelembutan Naruto padanya.
)))(((
Sasuke tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi padanya? Bagaimana bisa dirinya kembali ke kamar terkutuk ini?! Dan Juga.. Sejak kapan tubuh besar papanya menindih tubuh telanjangnya?!
" Buka kakimu, Sasuke! Puaskan aku! " Sorot mata tajam itu terasa menusuk ke dalam jantung Sasuke.
" Tidak! Aku tidak mau! " Sasuke berteriak sambil mendorong tubuh besar papanya yang kini semakin rapat menindihnya.
" Kau adalah milikku, Sasuke! Selamanya kau adalah milikku! " ucap Fugaku sambil menyeringai. Penis besarnya langsung menerobos masuk ke dalam lubang Sasuke.
" TIDAAK! "
Sasuke langsung terbangun dari tidurnya. Tubuhnya gemetar dan keringat bercucuran membasahi piyama tidurnya. Sasuke melihat sekitarnya dengan panik. Sasuke langsung lega saat mengenali kamar yang ditempatinya adalah kamar di dalam apartemen milik Naruto.
" Mimpi itu lagi.. " Sasuke mendesah lelah.
Sasuke melongok ke bawah. Hatinya berangsur tenang saat melihat sosok Naruto yang tidur di ranjang di bawah ranjang bertingkat tempatnya tidur.
Sasuke turun dari ranjangnya lalu naik ke ranjang Naruto kemudian masuk ke dalam selimut pemuda pirang itu. Sasuke memeluk tubuh Naruto yang sedang terlelap sambil menyusupkan wajahnya ke dada bidang pemuda pirang itu, membuat Naruto terbangun dari tidurnya.
Naruto membuka mata dan melihat Sasuke tidur di ranjangnya sambil memeluknya sangat erat. Naruto langsung tahu bahwa Sasuke bangun karena bermimpi buruk, sama seperti malam-malam sebelumnya. Bahkan saat Sasuke sudah pindah dan tinggal bersamanya, Sasuke masih saja diganggu mimpi buruk. Naruto sangat prihatin dengan keadaan Sasuke. Naruto membelai rambut gelap Sasuke.
" Apa kau takut? " tanya Naruto dengan suara seraknya.
" Mmm.. " Sasuke hanya bergumam sambil mempererat pelukannya.
" Tidurlah.. Aku akan menjagamu.. " Naruto melingkarkan tangannya ke tubuh Sasuke, memeluknya erat.
" Pejamkan matamu dan tidurlah. " bisik Naruto. Dia mengelus punggung Sasuke dengan lembut.
" Hm. "
Sasuke memejamkan matanya, menikmati kehangatan pelukan Naruto yang selalu membuatnya merasa aman. Tapi Naruto bukan hanya memberinya pelukan, tapi juga menyiapkan semua keperluan sekolahnya, menemaninya belajar dan membantu semua yang sedang Sasuke kerjakan. Naruto selalu menyempatkan diri bangun pagi untuk menyiapkan sarapan lalu mengantarkannya hingga ke depan gerbang sekolahnya, meski Naruto tidak ada jadwal kuliah pagi. Sasuke sangat bahagia bisa berangkat sekolah bersama Naruto seperti dulu. Sebenarnya.. Apapun yang dilakukan Naruto untuknya selalu bisa membuat Sasuke bahagia. Tanpa sadar Sasuke tersenyum sambil memandangi Naruto yang berjalan di sampingnya.
" Hey! Sasuke! Kau melamun? "
Sasuke mengerjapkan matanya beberapa kali. Wajah cemas Naruto segera memenuhi pandangnya. Juga rasa hangat di wajahnya karena Naruto menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang besar.
" Kalau kau sedang tidak enak badan sebaiknya kita kembali pulang saja. " ucap Naruto.
Naruto terlihat sangat khawatir padanya dan itu membuat dada Sasuke menghangat. Sasuke bahagia karena Naruto sangat memperhatikannya.
" Aku baik-baik saja. Aku harus sekolah dan mendapat nilai bagus. Lalu aku akan kuliah di kampusmu secepatnya. " jawab Sasuke mantap.
" Apa kau yakin? " tanya Naruto.
Sasuke memandang wajah khawatir Naruto dengan perasaan berbunga. Naruto pasti sangat menyayanginya.
" Aku bukan orang lemah, Idiot! " Sasuke sengaja memasang wajah sombongnya agar Naruto tenang.
" Kalau begitu belajar yang rajin. Aku berangkat kuliah dulu. " pamit Naruto sambil mengelus kepala Sasuke dengan lembut.
" Sampai jumpa nanti malam. Chu.. " Naruto mengecup kening Sasuke sebelum berbalik lalu pergi.
Sasuke memandangi Naruto yang semakin menjauh. Jantungnya berdebar. Dia menyentuh keningnya, tepat dimana Naruto menciumnya.
" Dia sepertinya sangat perhatian padamu. "
Seorang pemuda berambut putih kebiruan muncul di depan Sasuke. Suigetsu, teman sekelas Sasuke. Seorang pemuda bertubuh besar berambut orens juga muncul. Jugo. Tentu saja. Bukankah Suigetsu dan Jugo itu selalu terlihat bersama ibarat bekas permen karet dan sepatu yang menginjaknya?
" Apakah Si Pirang itu pacarmu, Sasuke? " Lagi-lagi Suigetsu bertanya.
Sasuke hanya mendengus kesal mendengar pertanyaan Suigetsu karena mengingatkannya akan hubungannya dengan Naruto. Sasuke sangat menginginkan Naruto. Sasuke berharap seiring dengan kebersamaan mereka, perasaan cinta akan tumbuh di dalam hati Naruto untuk dirinya.
Sasuke sudah tidak sabar ingin menjadi kekasih Naruto agar bisa berciuman dan bercumbu dengan Naruto. Atau paling tidak Naruto mau menjadikannya sekedar partner sexnya hingga dia bisa menyentuh pemuda pirang itu sepuas hatinya. Sasuke bahkan rela jika Naruto menjadikannya budak sex seperti yang dilakukan oleh papanya dulu padanya. Apapun itu, Sasuke rela melakukannya untuk Naruto asalkan Naruto menjadi miliknya. Tapi harapan Sasuke itu hancur seketika pada suatu sore, Naruto pulang dengan membawa seorang gadis cantik berambut panjang ke apartemen.
" Sasuke. Kenalkan dia ini Hinata, teman kuliahku. " ucap Naruto sambil mengenalkan gadis itu pada Sasuke.
Mata Sasuke memicing tajam saat Naruto merangkul pundak Hinata dengan begitu akrab. Mereka seakan telah kenal dalam waktu yang lama.
" Hai. Aku Hinata. Kau pasti Sasuke. Naruto selalu bercerita tentang dirimu. "
Sasuke hanya melihat tangan Hinata yang terulur padanya itu. Dia tidak mau menjabat tangan orang yang dia curigai akan merebut Naruto darinya.
" Lihatlah, Sasuke. Hari ini aku membawakan makan malam kesukaanmu. Jadi kau tidak usah memasak."
Sasuke memandang bungkusan yang dibawa Naruto. Bungkusan itu di letakkan di meja rendah yang biasa mereka berdua gunakan untuk makan malam.
" Aku akan mengantarkan Hinata pulang lalu mengerjakan proyek kelompok di rumahnya. Jangan menungguku karena aku akan pulang larut malam. Jadi kau tidur lah duluan. Okey? "
Sasuke benar-benar tidak suka saat Naruto menggandeng tangan gadis itu saat mereka menuju pintu. Sasuke curiga Naruto punya hubungan khusus dengan gadis itu.
" Aku akan menyelidikinya. " Sasuke memutuskan.
Paginya Sasuke datang ke kampus tempat kuliah Naruto. Dan Sasuke harus merasakan hatinya sangat sakit melihat kenyataan yang terpampang di hadapannya. Naruto berjalan bergandengan sambil tertawa gembira bersama Hinata. Mereka makan berdua di kantin kampus dan juga pergi ke toko buku. Dan puncaknya saat melihat Naruto mencium bibir gadis itu dengan mesra saat duduk berdua di taman.
Sasuke sangat ketakutan. Apa yang akan terjadi padanya saat gadis itu benar-benar merebut Naruto darinya? Dia tidak mau lagi hidup jauh dari Naruto. Sasuke ingin terus bersama Naruto. Sasuke ingin Naruto hanya peduli padanya, menyayanginya, dan mencintainya. Sasuke menjadi sangat murka ketika melihat hubungan antara Naruto dan Hinata ternyata sudah sampai tahap sejauh itu.
" Tidak akan aku biarkan! Naruto milikku! Hanya milikku! " geram Sasuke sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.
Sasuke memungut sebatang kayu yang tergeletak di bawah sebuah pohon. Sasuke mendatangi Naruto dan Hinata dengan perasaan marah. Tanpa berkata apapun, Sasuke langsung memukul kepala Hinata dengan batang kayu yang dibawanya hingga gadis itu hingga jatuh ke tanah dengan kepala berdarah. Sasuke membuang batang kayu itu lalu menduduki perut Hinata dan memukuli wajah gadis itu membabi buta.
" Mati kau jalang! Tidak akan kubiarkan kau merebut Naruto! Naruto itu milikku!! Hanya milikku! " teriak Sasuke kalap sambil terus memukul wajah dan tubuh Hinata yang tidak bisa berkutik di bawahnya.
" Sakiit! Ampuun! Sakit! " jerit Hinata sambil berusaha melindungi wajahnya dari pukulan Sasuke. Namun bagaimana pun Hinata tidak bisa menandingi kekuatan Sasuke. Selemah apapun Sasuke, dia tetaplah seorang lelaki. Tentu saja pukulannya akan sangat menyakitkan bagi Hinata.
Naruto yang terpaku karena kaget melihat serangan mendadak Sasuke segera tersadar mendengar jeritan kesakitan Hinata.
" Hentikan Sasuke! Apa yang kau lakukan?! Berhenti kataku! " teriak Naruto sambil berusaha keras menarik Sasuke dari atas Hinata. Tapi tenaga Sasuke yang sedang kalap benar-benar sangat besar. Sasuke terus memukul dan memukul. Saat Naruto berhasil menariknya menjauhi Hinata, dia menggunakan kakinya untuk menginjak dan menendang gadis itu.
" Aku akan membunuhmu, Jalang! Mati kau! " teriak Sasuke sambil terus menendang tubuh Hinata yang sudah terkapar dalam keadaan babak belur.
PLAKK!
Tamparan keras mendarat di pipi Sasuke. Sasuke terbelalak tidak percaya karena Naruto baru saja menamparnya.
" Naruto.. Kau memukulku.. " ucap Sasuke sambil mengusap pipinya yang kini terasa sangat panas dan sakit.
" Aku.. Aku tidak bermaksud.. " Naruto mundur selangkah saat baru saja tersadar telah menampar Sasuke dengan tangannya. Dia melihat tangan kanannya yang gemetar saat mengingat telah menggunakan tangan itu untuk menyakiti Sasuke.
" Kau memukulku.. Semua ini karena Jalang itu! Aku akan membunuhnya! Akan aku bunuh kau! Mati kau! "
Sasuke kembali kalap dan menendang tubuh Hinata yang masih meringkuk di tanah. Naruto berusaha menyatu menahan Sasuke yang kembali memukul Hinata yang masih terkapar di tanah dan juga menginjak tubuh gadis itu tanpa ampun.
)))(((
" Tulang tangan kanannya patah. Ada luka kepala, banyak memar dan lebam di wajah, dada dan punggungnya. Tapi yang paling mengkhawatirkan adalah beberapa tulang punggungnya retak yang kemungkinan besar akan mengakibatkan pasien lumpuh. "
Ucapan dokter yang menangani Hinata membuat ayah, ibu dan Neji, kakak lelaki Hinata, meradang. Mereka menatap Naruto dengan tatapan menusuk seakan ingin menguliti pemuda pirang itu hidup-hidup.
" Bukankah kau berjanji akan melindunginya saat meminta kami menyerahkan Hinata?! Apakah ini caramu melindunginya?! Dengan membiarkan teman gilamu itu memukuli Hinata?! " teriak ibu dari Hinata sambil menangis.
" Saya mohon tenanglah. Ada kabar baiknya. Janin yang ada di dalam kandungan pasien baik-baik saja. " lanjut dokter itu.
Ayah, ibu dan kakak lelaki Hinata terbelalak kaget. Kemurkaan semakin terpancar dari wajah ketiganya.
" Aku akan meremukkan semua tulang lelaki itu! Akan kubuat dia merasakan rasa sakit yang di derita Hinata! " teriak Neji, kakak lelaki Hinata kalap.
Naruto langsung berlutut dan memeluk kedua kaki Neji.
" Ampuni Sasuke... Aku mohon jangan Sakiti dia.. Aku akan melakukan apapun yang kalian perintahkan padaku asalkan kalian mengampuni Sasuke.. Aku mohon.. " Naruto memohon sambil terus memeluk kaki Neji.
" Kalian boleh memukulku.. mengambil nyawaku.. Tapi aku mohon jangan sakiti Sasuke.. " Naruto bersujud di hadapan tiga orang anggota keluarga Hinata itu.
" Temanmu itu gila! Kenapa kau masih saja membelanya?! " teriak Hiashi, ayah dari Hinata, yang sudah tidak kuat lagi menahan amarahnya.
" Sasuke sudah terlalu lama menderita.. Jangan sakiti dia lagi.. Aku mohon.. "
Naruto menangis mengingat semua penderitaan yang telah dialami oleh Sasuke.
" Sasuke terlalu banyak menderita.. Dia anak yang sangat malang.. Selama ini dia hanya sendirian.. Tidak ada siapa pun yang mendampinginya.. Tidak ada orang yang membimbing dan mengajarinya untuk mengatasi emosinya.. Dia tidak bisa menahan kesedihan atau pun kemarahannya.. juga kemurkaan yang menguasainya.. "
Air mata terus mengalir dari sepasang mata biru Naruto.
" Tolong ampuni dia.. Aku mohon maafkan Sasuke.. "
)))(((
Sasuke memandangi Naruto yang sedang menyuapkan bubur ke mulut Hinata dengan telaten. Sesekali Naruto mengelap bibir Hinata dengan tissue. Tidak lama kemudian Naruto mendorong kursi roda yang diduduki Hinata masuk ke rumah mewah itu. Sasuke mendesah saat sosok Naruto tidak terlihat lagi. Dia segera berbalik dan pergi meninggalkan rumah mewah keluarga Hinata. Saat Sasuke memasuki pintu apartemen, Nagato langsung bangkit dari sofa yang didudukinya untuk menghampirinya. Wajah lelaki berambut merah itu terlihat cemas.
" Darimana saja kau, Sasuke. Aku mencarimu di seluruh sekolah dan tidak menemukanmu. Bukankah aku menyuruhmu untuk menungguku? "
" Maaf.. Aku tadi jalan-jalan sebentar.. " ucap Sasuke sambil menunduk, menyembunyikan air matanya yang hampir tumpah.
" Aku lelah.. Aku istirahat dulu. " Sasuke segera memasuki kamarnya.
" Aku akan memanggilmu saat makan malam siap. " ucap Nagato sambil memandangi Sasuke yang terlihat sangat lesu.
" Bagaimana kalau aku mengurungnya saja. Aku takut dia akan bunuh diri. " gumam Nagato.
Meski suara Nagato tidak terlalu keras, tapi Sasuke yang sedang berbaring di ranjang di dalam kamarnya masih bisa mendengarnya. Dan Sasuke tersenyum miris karena di dalam hatinya memang ada niat untuk melakukannya. Dia ingin bunuh diri karena tidak mau hidup jauh dari Naruto. Dia juga tidak mau melihat kemesraan Naruto dengan Hinata, istrinya. Keluarga Hinata memaksa Naruto untuk menikahi Hinata yang kini lumpuh akibat pukulannya sebagai imbalan tidak meneruskan kasus penganiayaan yang dilakukan Sasuke pada gadis itu ke pengadilan. Dan Sasuke sangat marah saat Naruto menerima hal itu begitu saja.
" Jangan menikahinya! Aku tidak mau kau bersamanya! Kau hanya milikku! " teriak Sasuke dengan air mata di wajahnya.
" Aku harus melakukannya, Sasuke. Mengertilah. Aku tidak mau kau dipenjara. " hibur Naruto sambil memeluk Sasuke.
" BIAR SAJA AKU DIPENJARA! AKU TIDAK MAU KAU BERSAMA JALANG ITU, NARUTO! " raung Sasuke sambil mendorong Naruto.
" AKU HARUS MENIKAH DENGAN HINATA KARENA DIA MENGANDUNG ANAKKU! "
Sasuke melotot kaget mendengar teriakan Naruto itu. Hinata mengandung anak dari Naruto? Bukankah itu artinya selama ini Naruto dan Hinata sudah..
BRUGH!
Tubuh Sasuke jatuh terduduk di lantai apartemen. Sasuke merasa sudah kehilangan Naruto untuk selamanya. Rasa kecewa, sedih, marah dan juga takut membuat Sasuke tidak berdaya..
" Maafkan aku.. Maaf.. "
Sasuke merasa de javu saat melihat Naruto bersujud di hadapan. Beberapa bulan yang lalu Naruto bersujud untuk memohon maaf karena telah meninggalkannya. Kini Naruto melakukan hal yang sama saat lelaki pirang itu akan meninggalkannya. Lagi.
" Haahh.. "
Sasuke mendesah, berusaha menghilangkan kesedihannya kala mengingat kembali saat perpisahannya dengan Naruto. Sasuke menyesal karena tidak bisa menahan kemarahannya saat melihat kebersamaan Naruto dan Hinata dan menghajar Hinata. Perbuatannya itu mengakibatkan gadis itu lumpuh dan Naruto harus bertanggung jawab untuk mendampingi gadis itu seumur hidupnya dengan menikahinya. Sasuke merasa bodoh karena menuruti kemurkaannya yang membuatnya kehilangan Naruto.
TBC