webnovel

SELIN—DION

Selina Lawang, gadis berusia 27 tahun. Sederhana, ramah dan periang, tapi siapa yang menyangka jika dibalik sikapnya itu ia adalah gadis berhati dingin dan tak tersentuh. Masa lalu serta penghianatan yang ia terima yang merubahnya seperti sekarang ini. Ia tidak lagi memberikan kepercayaannya kepada orang lain terlebih percaya pada kata cinta, seolah dia telah menutup rapat hatinya dan membuang segala perasaannya. Selama lima tahun ini, Selin- sapaannya, hanya memfokuskan hidupnya pada karir. Selin bekerja disalah satu hotel terbesar di negara Ini. Ia menjabat sebagai manager marketing yang dikenal sangat teliti dalam pekerjaannya. Selin mulai hidup mandiri dan tinggal terpisah dengan orang tuanya sejak ia mulai kerja dan hanya pulang kerumah sebulan sekali bahkan sejak ia naik jabatan waktu berkumpulnya dengan keluarga menjadi sangat sedikit karena alasan sibuk dan sebagainya. Orang tuanya pun memaklumi hal tersebut karena mereka tau pasti penyebab putrinya berubah menjadi seperti ini. Mereka sangat memahami Selin, gadis itu hanya menjadikan pekerjaannya ini sebagai pengalihannya dari rasa sakit yang iya alami. Berusaha menyibukan diri agar ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan masa lalunya.

Yustieyuss · 一般的
レビュー数が足りません
48 Chs

25. Reunian

[Kamu ngga perlu jemput aku hari ini, soalnya aku ada acara makan malam sama teman-teman kantorku] Isi pesan Selin pada Dion beberapa menit yang lalu.

[Baiklah, Selamat bersenang-senang] balas Dion.

Dion meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya setelah membalas pesan dari sang calon istri, entah ia harus bersyukur atau apa? karna memang hari ini pekerjaannya sedikit menumpuk dan sepertinya ia memang harus tertahan dikantornya. Ditambah lagi dengan ajakan reunian dari teman-teman semasa SMA-nya.

Dion belum menjawab ajakan mereka karna masih memikirkan alasan yang akan ia buat untuk ia katakan pada Selin, karna jika memang ini adalah acara reunian seangkatannya maka bisa dipastikan kalau Diandra–sang mantan kekasih pasti akan berada disana juga, ia tidak mau menyakiti perasaan Selin dengan bertemu sang mantan walaupun mereka hanya bertemu diacara reuni SMA-nya.

Dion kembali memfokuskan perhatiannya pada setumpuk dokumen di hadapannya itu yang harus ia pelajari, waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya itu hanya tinggal beberapa hari sebelum ia di istirahatkan dari pekerjaan kantornya untuk memberinya waktu untuk merelakskan tubuh dan pikirannya dari hal-hal berat sebelum prosesi pernikahannya dilaksanakan.

Dion kembali teringat jika hari ini adalah hari terakhir Selin bekerja dikantornya, dan menduga kalau mungkin saja acara makan malam mereka nanti bertujuan sebagai makan malam perpisahan mereka sebagai rekan kerja karna setelah mereka menikah, Selin akan mulai bekerja kembali di perusahaan keluarganya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan jam kerja pun telah usai. Dion merapikan dokumen-dokumen yang sedari tadi menyita perhatiannya menjadi satu tumpukan lalu ia letakkan disudut meja kerjanya. Dion sedikit merenggangkan otot-ototnya yang kaku karna terlalu lama duduk sebelum beranjak ke dalam ruang pribadinya yang berada di ruangannya untuk merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Ia juga mengganti kemeja putihnya dengan Kaos biru polo-Nya yang selalu tersedia di lemari pribadinya yang berada di ruangannya tersebut.

Setelah merasa penampilannya sudah kembali segara, ia segera keluar dari ruangan tersebut lalu mengambil barang-barang pribadinya dan melangkah keluar.

Suasana dikantornya sudah mulai sepi, sebagian besar karyawannya sudah pulang ke rumah masing-masing hanya tersisa beberapa orang yang mungkin memang mengambil jam lembur untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

Para karyawan yang berpapasan dengan Dion menyapanya dengan penuh hormat, mereka menyukai Dion yang memang sangat ramah pada setiap karyawannya tanpa membeda-bedakan mereka. Bahkan para satpam dan Cleaning Service pun sangat menyukainya karna Dion sering memberinya uang Tip atau sekedar mentraktirnya makan, walaupun hanya berupa bakso keliling yang sering lewat di depan kantor mereka.

Setelah sampai didalam mobilnya, Dion mengirim pesan pada salah satu temannya yang mengundangnya dalam acara reunian mereka untuk meminta lokasi pertemuan mereka, dan setelah menerima balasan berupa lokasi pertemuan mereka, Dion pun segera mengemudikan mobilnya ke lokasi tersebut

Dion sampai di sebuah kafe yang cukup beras dan cukup ramai dengan pengunjungnya yang sebagian besar alahan pekerja kantoran yang baru saja pulang dari kantornya dan berniat untuk sedikit merelakskan pikiran mereka bersama rekan kerja mereka yang lain.

Setelah Dion memasuki kafe tersebut, ia segera mencari keberadaan teman-temannya. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan dan mendapati teman-temannya yang duduk di bagian pojok yang sedikit tenang, mungkin teman-temannya memilih tempat tersebut karna tahu kalau setiap mereka berkumpul pasti akan mengakibatkan kegaduhan dengan obrolan mereka dan akan mengganggu pengunjung lain.

Dion segera menghampiri teman-temannya dan segera mengambil tempat duduk diantara mereka.

"Yoo... Dion si Prince Charming kita sudah datang, apa kabar bro?" sapa salah satu temannya yang duduk tepat di samping Dion sambil melakukan tos ala pria yang saling mengepalkan tangan masing-masing yang disusul oleh teman-temannya yang lain.

"Baik bro, kalian apa kabar?" jawab Dion yang balik bertanya pada teman-temannya yang menjawab dengan ucapan yang serupa.

Di meja mereka terdapat 8 orang termasuk Dion, 5 pria dan 2 perempuan mereka semua adalah teman sekelas Dion semasa SMA dan memang mereka cukup dekat.

"Kita tinggal menunggu si Super Model kita nih supaya lengkap" ucap salah satu teman Dion yang bernama bagas yang diangguki oleh teman-temannya yang lain. Dion tahu siapa yang mereka maksud, tentu saja yang mereka maksud adalah mantan kekasihnya itu–Diandra, karna mengingat bahwa hanya Diandralah yang berprofesi sebagai seorang model diantara teman-temannya yang lebih memilih sebagai pekerja kantoran atau membuka usaha sendiri.

Sama seperti Dion, Diandra juga sangat jarang berkumpul dengan teman-temannya ini karna memang ia tidak tinggal dinegara ini selama bertahun-tahun, dan momen kali ini merupakan kali pertama mereka untuk berkumpul bersama dengan formasi lengkap.

"Hubunganmu dengan Diandra gimana?" tanya salah satu temannya yang lain yang bernama Adam, teman-temannya memang belum mengetahui tentang kandasnya hubungannya dan Diandra beberapa tahun lalu dan masih mengira bahwa mereka masih menjalin hubungan sampai sekarang.

"Kamu sudah putus beberapa tahun lalu" jawab Dion singkat yang membuat teman-temannya yang berada di meja tersebut menjadi kaget, mereka tidak pernah menyangka bahwa pasangan paling fenomenal semasa SMA mereka ini akan mengakhiri hubungan mereka, karna mau dilihat dari segi mana pun, mereka terlihat sangat serasi satu sama lain.

"Seriusan?" tanya teman-temannya masih tidak percaya yang hanya diangguki oleh Dion.

"Kok bisa? Setahu kami, hubungan kalian baik-baik aja nggak pernah ada masalah apa pun." Tanya Adam. Sungguh ia masih tidak menyangka akan kabar mengejutkan ini.

"Mungkin bukan jodoh, dan ngomong-ngomong aku bakalan nikah minggu depan. Undangannya bakalan aku kirim ke kalian setelah selesai dicetak, mungkin dalam 2 hari lagi" ucap Dion memberitahukan perihal pernikahannya yang akan dilaksanakan sebentar lagi.

Sekali lagi teman-teman Dion yang mendengar apa yang baru Dion katakan, mereka ikut senang mendengar kabar bahagia yang di sampaikan oleh temannya ini dan langsung memberinya selamat beserta berbagai doa untuk kelancaran pernikahan mereka.

"Wah... lagi ngomongin apa nih, Kok seru banget" Suara seseorang gadis menginterupsi orang-orang yang berada di meja tersebut, mereka semua selain Dion, langsung menoleh kearah asal suara tersebut dan menemukan bahwa pemilih suara tersebut adalah orang yang mereka tunggu-tunggu sedari tadi, gadis tersebut tersenyum dengan manisnya kearah mereka semua yang ternyata adalah Diandra.

Tanpa dipersilahkan untuk duduk, Diandra langsung duduk di satu-satunya kursi kosong di meja mereka yang kebetulan berada tepat di samping Dion.

"Hai, kamu juga datang?" sapa Diandra yang menyadari bahwa hanya Dion yang tidak antusias menyambut kedatangannya, Dion hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ia mainkan, Dion tampak cuek padanya dan malah sibuk dengan ponselnya, ia memperhatikan bahwa Dion sedang berbalas pesan dengan seseorang yang bisa Diandra tebak siapa orangnya. Pasti Selin, Pikir Diandra. Ia sedikit kecewa dengan sikap Dion yang banyak berubah, tetapi ia bisa mengerti akan hal itu. Tak mau memikirkannya lebih lanjut, Diandra segera bergabung dengan percakapan teman-temannya yang membahas tentang masa-masa sekolah mereka dulu.