"Kau mendengarnya? Mereka bilang duke Salvador dan earl Silvester didiskualifikasi karena meninggalkan perburuan tanpa memberi pemberitahuan."
"Sayang sekali … padahal aku sangat penasaran hewan apa yang akan diberikan duke untuk earl Silvester."
"Mungkinkah, nona Silvester yang merengek pada duke agar mereka meninggalkan perburuan?"
Bisikan riuh para nona muda bangsawan terdengar hampir di seluruh sudut pelataran tempat perburuan dilakukan. Mereka tengah membicarakan berita terpanas yang baru saja terdengar di telinga para bangsawan.
Pasangan fenomenal yang sempat menebar adegan roman-picisan sebelum acara dimulai baru saja dinyatakan menghilang dari perburuan, tetapi pengumuman lain diberikan bila keduanya telah kembali terlebih dahulu karena sebuah kebutuhan yang mendesak.
"Memang apa yang dimaksud dengan kebutuhan mendesak?" tanya seorang gadis bangsawan berambut keriting.
"Mungkin … kalian tahu? Kegiatan panas di siang hari," celetuk sebuah suara yang membuat sekumpulan wanita yang sibuk bergosip hampir melompat dari kursi mereka.
"Lady Linford, Tidak seharusnya Anda berkata vulgar seperti itu."
Gadis bersurai senja yang baru saja tiba langsung menjadi pusat perhatian. Ucapannya yang lebih terdengar seperti sebuah cacian itu membuat beberapa orang justru memberikan pandangan jijik.
"Apa? Saya hanya mengatakan sesuatu yang bisa saja terjadi karena duke tidak memberikan penjelasan lebih lanjut," timpal Veronica santai. Ia sama sekali tidak merasa bersalah sekalipun salah satu dari wanita bangsawan baru saja menegurnya.
"Seorang lady dari sebuah keluarga terpandang harus menjaga tutur kata, termasuk saat mengutarakan pendapatnya agar tidak menciptakan sebuah stigma," balas wanita berambut raven yang masih tampak tenang, padahal gadis di hadapannya telah menimpali ucapannya dengan jawaban sarkas.
"Ah … benar. Memang Nona muda keluarga Bailey patut menjadi teladan bagi setiap lady di penjuru negeri."
"Terima kasih banyak. Melihat Anda mengenal saya, sepertinya Anda mengetahuinya dari guru tata krama terbaik yang paling tersohor di kekaisaran Velduria. Bagaimana kabar Viscount Elliot?"
Veronica menggeram rendah mendengar gadis yang jauh lebih muda di hadapannya tengah merendahkan martabatnya. Secara tanpa langsung ia mengiyakan ucapan nona muda keluarga Lindford yang semakin sarkas.
Meski begitu ia masih tidak berkeinginan untuk menghentikan acara adu mulut dengan putri sulung dari keluarga Marquis Bailey yang masih saja sibuk menikmati isi dari cangkir keramik mahal di tangannya.
"Tentu saja, sehat. Sebuah kehormatan untuk mendapat nasihat dari salah satu nona muda paling anggun seantero kekaisaran. Pantas saja begitu banyak pria yang datang ke rumah … tapi sepertinya Anda memiliki kriteria yang terlalu tinggi."
Putri keluarga Bailey terhenti begitu mendengar salah satu topik yang sangat sensitif bagi dirinya. Pernikahan, bukan karena ia tidak menginginkannya atau para pria tidak tertarik dengannya. Ia memiliki beberapa alasan untuk menunda acara bersumpah suci di hadapan Tuhan.
"Lady Lindford … Anda seba-"
"Mohon maaf mengganggu pembicaraan kalian para Nona. Tetapi karena terjadi kerusakan pada arena perburuan membuat kami memilih untuk membatalkan acara tahunan ini."
Seorang pengawal berzirah perak dengan rompi lambang Velduria tiba-tiba memotong perdebatan mereka. Ia mengenakan kepala zirahnya dan tersenyum ramah. Sementara para nona muda justru saling berbisik keras selepas pemberitahuan sang pengawal.
"Untuk itu saya sarankan Anda untuk mulai meninggalkan lapangan sebelum hujan turun, mengingat langit yang tampak mendung," imbuh si pengawal. Merasa tugasnya telah usai membuat pria berzirah itu segera beranjak dari medan perang para wanita.
Ia tentu tahu dan mendengarnya dengan sangat jelas mengenai perdebatan diantara dua wanita ini. Itulah mengapa ia mencoba menjelaskan secara singkat agar betina-betina itu tidak menyeret masuk dirinya ke dalam medan perang.
Selepas kepergian sang pengawal tidak lama kemudian suasana dilanda keheningan sebelum akhirnya gadis bersurai senja yang sempat membuat keributan ikut meninggalkan wanita bangsawan lainnya, termasuk si gadis bersurai raven yang hanya memandang sosoknya yang perlahan berjalan menjauh.
"Pantas saja earl sampai ingin mencabik-cabik wajahnya," lirih putri keluarga Bailey sebelum akhirnya ia mulai meletakan cangkir keramik pada meja dan berjalan menjauh, mengikuti instruksi yang baru saja diberikan.
***
"Aku akan pulang terlebih dahulu. Tubuhku sudah sangat lengket dan lelah," kata Veronica sebelum ia memasuki kereta kuda milik Lindford. Seutas senyum lebar terukir di kedua sudut bibirnya. Ia merasa begitu bahagia setelah mendengar kabar Alastair dan Dracella yang didiskualifikasi.
Tiba-tiba saja ia tampak melihat ke kanan-kiri dari dalam jendela, mencoba mencari sosok wanita yang tak lain adalah pelayan pribadinya. Seharusnya ia telah kembali mengingat perburuan dibatalkan.
"Mungkin saja wanita itu sudah tiba di rumah terlebih dahulu," ucap Veronica mencoba menjawab pertanyaan yang baru saja diajukan dirinya sendiri. Setelahnya ia menyandarkan tubuh rampingnya pada bantalan tempat duduk kereta⸺mencoba menikmati perjalanan seiring dengan berjalannya roda kereta kuda.
Itu adalah niat awalnya sebelum tiba-tiba saja tubuhnya terlempar ke depan dan menabrak sisi lain bangku di seberangnya. Tidak lama suara teriakan para pengawal dan berdebam terdengar dari luar.
"Pengawal, ada apa?!"
"Hei jawab! Kenapa kalian diam saja? Apa kalian tuli?!"
Suasana menjadi hening. Tidak lagi terdengar suara apa pun, termasuk teriakan para pria dan ringkikan kuda penarik kereta. Dan keheningan ini justru membuat Veronica bergidik ketakutan.
Tangannya meraba sesuatu yang terletak di bawah bangku. Sesuatu berwarna perak dan mengkilap berada di sana. Sebuah benda yang akan digunakan para Lindford, jika terjadi hal-hal genting seperti ini.
"Sial! Ada apa ini sebenarnya …"
Jantung Veronica berdegup kencang, tidak beraturan. Padahal ia tidak sedang ditatap pria tampan atau bermesraan bersama Alastair, tetapi jantungnya berirama begitu cepat. Tangannya berhasil meraih benda mengkilap di bawah bangku⸺menggenggamnya erat dan memperhatikan sekelilingnya sembari meneguk saliva.
Dan benar saja, insting seorang manusia terkadang menunjukan sesuatu.
Brakk
"Aaahh!!!"
"Tikus liarnya ketemu … dasar pecundang."
Veronica terlonjak kaget ketika atap kereta hancur dalam hitungan detik. Sosok pria bersurai hitam dengan sepasang iris senja yang berkilau. Inilah mengapa jantungnya ditabuh kencang seperti genderang.
Kieran, butler sekaligus anjing peliharaan Silvester baru saja menyapa. Pria berparas tampan yang memiliki senyuman menawan, hingga dapat membuat siapa saja merasakan bulu kuduknya meremang.
"Kau … apa maumu!?"
Seutas senyum miring tersungging di paras tampan Kieran. Sekalipun gadis di hadapannya tengah menodongkan bilah benda perak yang tampak berkilauan. Padahal lehernya bisa saja berubah menjadi irisan daging bila saja gadis itu mendorongnya sedikit lagi.
"Lady Veronica Shuya De Lindford ... apa Anda ingin bertemu kematian?"
Pertanyaan Kieran membuat alisnya bertautan. Ia tidak mengerti alasan yang membuat pria itu mengajukan pertanyaan konyol, tetapi menyeramkan untuknya. Meski begitu ia tidak dapat memberikan jawaban. Entah mengapa lidahnya terasa begitu kelu.
"Lady ... saya ulangi sekali lagi. Apakah Anda berkeinginan untuk menemui kematian?"