webnovel

Zayyan berusaha menyadarkan Kayla

Beberapa waktu sebelum ibu datang menempatkan dirinya tepat di hadapan Zayyan, Pria yang memakai sweater hitam itu terus menarik pergelangan tangan kuat ke sebuah tempat.

Matanya merah karena kesal lalu ia sama sekali tidak memperdulikan orang-orang sekitar yang melihatnya dan menganggapnya sebagai pria yang sangat kejam.

Saat itu saya hanya fokus terus membawa Kayla ke sebuah tempat yang sepi.

"lepaskan tanganku! lepaskan!" Jerit-jerit Kayla terlihat sangat merontak-rontak.

Ia sudah merasa, tangannya beku dan sangat sulit untuk digerakkan karena genggaman Zayyan saat itu semakin kencang.

Zayyan sama sekali tidak mendengar permintaan Kayla, hingga mereka sampai di sebuah ruang terbuka di puncak hotel itu.

Zayyan melempar tangan Kayla hingga Kayla merasa lega di area pergelangannya.

"Tenang saja aku tidak akan berbuat apapun yang membahayakan kamu!" ungkap Zayyan berupa sebuah peringatan agar Kayla tidak menolak untuk di bawa oleh Kayla dan ia ingin agar Kayla tidak berontak lagi.

"Terus untuk apa kamu ke sini? Untuk apa juga kamu membawa aku dari ruangan Igho?"

"Dengar ya Aku juga tak sudi melakukan ini kalau bukan untuk mengamankan Alyn. Kamu harus tahu Aku tidak akan pernah membuat Alin bersedih lagi!"

"Oh jadi masalahnya gara-gara wanita itu? Kamu mau mendekati Alyn juga ya? Karena itu kamu ada di sini kan? Jujur saja padaku. Karena aku tahu isi di otakmu itu.

Zayyan yang kesal membuka matanya melotot sedangkan Kayla malah mendongak seolah menantang pria itu.

"Ingat ya! Jangan pikir orang lain akan berbuat jahat seperti apa yang kamu lakukan! Aku sama sekali tidak punya niat apapun untuk itu. yang jelas aku ke sini untuk melindungi hubungan kalian semua," marah Zayyan.

Memang Zayyan sengaja datang ke tempat itu untuk sebuah misi agar tetap membuat nyaman Alin dan igo yang sedang melaksanakan bulan madunya.

"Terus kenapa kamu ikut campur sama aku? ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kamu."

"Siapapun yang akan menyakiti Alin, maka semuanya akan menjadi urusanku. igo yang yang sudah jelas adalah suaminya. Aku tidak akan memberikan sedikit celah untuk Igho bisa menyakiti Alin lagi."

"Alah, omong kosong."

"Aku tidak seperti apa yang kamu pikirkan, sebaliknya kenapa kamu memilih Igho dan terus mendekati pria itu. sudah sangat jelas kalau igo sudah menikah,"

"Karena IGO tidak mencintai Alin, melainkan mencintai aku. Sebenarnya apa yang kamu sukai dari Igho hingga kamu menyukainya dan kamu mau melakukan apapun yang igho minta, bahkan hal yang menjijikan sekalipun. gimana kalau kamu tahu bahwa Ibu mencintai kamu hah?"

Kayla yang merasa terhina saat itu terus melihat si Zayyan semakin penuh amarah. tangannya mulai gatal dan tak bisa menahan lagi, hingga akhirnya Kayla pun mulai melancarkan aksinya untuk menampar pipi pria itu.

Plak!

Zayyan yang tersentak akibat pukulan Kayla, langsung nahan sakitnya sambil meraba perlahan area pipinya itu.

"kenapa kamu jadi seperti ini?"

"Aku tidak suka kamu terus menghina aku dan juga menghina IGO. Kenapa kamu terus menghinaku ha?"

Zayyan yang tak terima karena pipinya tengah di tampar kencang, langsung menggenggam erat kedua lengan Kayla hingga kedua pundaknya hampir terangkat.

Kayla semakin ketakutan lihat bola mata jayan yang semakin tajam menyorot ke arah tatapannya.

"Aku bisa terus menghinamu karena semua ini adalah ulahmu sendiri. Kamu sama sekali tidak bisa menghargai dirimu sendiri sehingga aku merasa tak perlu lagi menghargai kamu seperti sebelumnya!" Zayyan yang kalap langsung menarik tubuh Kayla semakin mendekat ke arahnya.

"Untuk apalagi aku menghargai kamu sebagai wanita? Sedangkan kamu sendiri terlalu bersikap seperti wanita murahan!"

Zayyan pun penuh emosi, dan hendak mencium paksa Kayla di tempat itu, tubuh Kayla yang terikat hampir saja menjadi korban dari kemarahan Zayyan saat itu. Namun Kayla tetap berusaha untuk menunduk, dan merontak-rontak agar Zayan tidak sampai melakukannya.

"Jangan! Lepaskan aku! Zayyan, kamu sudah gila?"

"Ya, aku gila karena kamu. Aku jadi jahat karena kamu. Aku pikir lebih baik aku jadi jahat saja seperti Igho agar kamu bisa sedikit saja melihat dan melirik ke arahku. Untuk apa lagi aku terus bersikap hormat dan patuh pada kamu, sedangkan aku merasa jadi pria yang baik itu sama sekali tidak di anggap!" teriak Zayyan.

Dan akhirnya untuk malam itu, Zayyan bisa meluapkan seluruh emosinya hingga ia hampir kehabisan akal. Zayyan yang kesal kehilangan fokusnya hingga Kayla bisa lepas dari genggaman Zayyan.

"Aku sangat kecewa padamu Zayyan. Aku pikir kamu masih sahabatku yang dulu? Ternyata kamu sudah sangat berubah. Kamu tega melakukannya padaku hah?"

"Ya, aku seperti karena kamu. Aku jadi jahat seperti ini karena kalian karena jadi orang baik itu sama sekali tidak berguna!" teriak Zayyan menaikan nada bicaranya beberapa oktaf lagi.

"Igho seperti itu karena semua itu adalah kemauannya, aku tidak memaksa Igho jadi pria yang jahat. Lagi pula aku tidak suka kalau kamu ikut campur lagi urusanku. Jika kau ingin melakukan hal yang sama dengan Igho, itu artinya kamu sama saja jadi orang yang sangat jahat hah?"

"Iya. Aku emang orang JAHAT, puas?"

"Berhenti menggangguku dengan Igho!"

"Enggak. Enggak bisa!"

Kayla yang tak ingin mendengar lagi semua ocehan dari Zayyan akhirnya Ia lekas pergi dan ingin meninggalkan Zayyan dari tempat itu, namun langkah Kayla saat itu mulai terjeda.

Ia berhenti melangkah karena Zayyan kembali berbicara.

"Ingat ya, Aku melakukan semua ini karena aku kasihan kepada kamu!"

Kayla dengan matanya yang mulai berkaca-kaca akhirnya menoleh sebelah mata ke arah Zayyan, dan mendengarkan semua perkataan jaya terlebih dahulu sebelum ia melenggang pergi.

"Aku sangat kasihan kepadamu, Karena cinta kamu bertepuk hanya sebelah tangan saja. kamu harus tahu kalau IGO tidak mencintai kamu. dia hanya menggunakan kamu sebagai alat untuk menyakiti Alin saja. setelah kamu tidak ada gunanya lagi bisa saja igo melempar dan mencampakkan kamu. ayolah sadar Kayla! kalau igo benar-benar mencintai kamu, tidak mungkin aku hanya membiarkan kamu seperti ini. karena igo akan menikahi orang yang ia cintai, yaitu Jesslyn Kato.

Kayla semakin kesal dengan semua uraian yang diucapkan oleh Zayyan saat itu, hingga tak terasa air mata di kelopak matanya terjun bebas membasahi pipi.

"terserah kamu mau bicara apa! Yang jelas aku akan tetap kembali kepada IGO, karena aku sangat mencintainya."

Seperti pasrah, Zayyan tidak punya banyak kalimat lagi untuk mengingatkan Kayla tentang perasaan ibu saat itu.

Zayyan merasa sudah meluapkan semua kata-katanya untuk membuka mata hati Kayla, namun ternyata semuanya hanya percuma saja. sampai kapanpun Giant berbicara tetaplah kaila tidak mendengarnya. bahkan sampai mulut jangan berbusa, Kayla pun tidak memperdulikannya.

Hingga Kayla berupaya untuk tidak mendengar kembali ucapan jayan dan hendak pergi meninggalkan pria itu.

Sedangkan setelah Kayla tidak ada di atas pelupuk matanya,jangan betapa menyesal karena telah berbuat tidak senonoh kepada wanita itu.

Sebenarnya pribadi jayen sangatlah baik dan tidak cacat moral seperti itu, naon atas kekesalannya terhadap Kayla yang tidak pernah menggubrisnya akibatnya Yayan terbawa arus emosi hingga ia harus melakukan sedikit pelecehan terhadap wanita yang sangat menjijikan itu.

Di tempat yang sama Giant pun berteriak kencang menghempaskan semua rasa kekesalannya, mengajak rambutnya dengan kasar.

"Aaarrggh!"

Jaringan yang sama sekali tidak bisa menghentikan Kayla akhirnya ia hendak pergi ke ruangan kamarnya sendiri di hotel itu.

Tak beberapa lama sesudah semuanya terjadi, Igho datang ke kamarnya, atas tunjukan dari resepsionis di loby hotel itu.

Jelas saja Zayyan berucap kalau dia tak tahu keberadaan Kayla. Hingga Igho mencari-cari dan mengecek kamar Zayyan seluruhnya tapi Kayla tak juga ketemu.

Igho yang tahu kalau Kayla tak ada di tempat Zayyan akhirnya kembali ke kamar miliknya. Di lihatlah Alyn masih berdiri di bibir pintu menungguinya di depan pintu itu.

Dengan mata yang sudah sembab akhirnya Alyn hendak senang atas kedatangan Igho lagi.

"Kamu kembali Igho?"

"Aku kembali buka untuk kamu! pergi ana! Karena ini adalah kamarku!" pekik Igho langsung menyingkirkan Alyn dari depan pintu itu.

Alyn tersungkur dan tak percaya kalau kamar dia yang seharusnya di tempati berdua dan kini Alyn seolah di tendang oleh Igho.

Dor! Dor! Dor!

Alyn mengetuk pintu dengan kuat kamar itu.

"Igho! Buka pintunya! Buka!" jerit Alyn yang ingin masuk ke kamar yang sama itu.

Tubuh Igho hanya melorot sambil menyandarkan punggungnya ke dasar pintu dengan mata penuh air bening itu.

Igho merasa sangat bersalah ketika ia harus lagi-lagi berbohong pada perasaannya itu.

"Igho! Buka!"

Igho yang sedikit kecewa pada dirinya sendiri akhirnya, Igho terus mengusir Alin secara kasar.

"tidak aku tidak akan membuka pintu ini lagi. pergi sana pergi!" jerit sambil menundukkan kepalanya di atas kedua tumpuan kakinya.

Igho terlihat sangat kacau saat itu, sedangkan alien sama sekali tak pernah mau menyerah terus meyakinkan Igho kalau dirinya lah orang yang akan jadi istri pilihannya.

"kalaupun kamu mau pergi ke mana saja, pasti aku akan menemukanmu. tapi kalau kamu ingin kabur dari semua isi hati kamu, maka kamu akan tersiksa igho. ayo jujur pada dirimu sendiri, kamu sangat sayang kepada aku."

"Pergi!" balas Igho sambil menjerit lagi, membuat alin sedikit tersentak.

"Kalau kamu tetap saja tidak mau membuka pintu ini, aku akan nekat untuk mencari kunci serep dari ruangan hotel ini." Ancam Alin kepada Igho di balik pintu itu.

Igho sama sekali tidak menimpali semua ancaman dari Alyn.

Alin pun sama sekali tidak memiliki cara lain untuk masuk ke dalam kamar itu. Karena Ibu telah menutup semua akses untuk masuk ke kamar tersebut.

di balik pintu itu, Alin sangatlah kelimpungan.Iya tak tahu harus pergi ke mana lagi karena semua barang-barang miliknya ada di kamar yang Igho tempati.

Sedangkan, akses di luar negeri itu membuat alien sedikit kewalahan untuk mencari pertolongan.

Untung saja tangannya masih menggenggam sebongkah handphone, yang selalu menemaninya di kala senang dan di kala sedih.

"baiklah Igho kalau kamu ingin terus seperti ini, maka aku harus tetap nekat untuk membuka kamarmu ini dengan kunci lainnya!" ucap Alin lagi sebelumnya hendak pergi untuk mencari kunci serep kamar itu.

Dengan wajah yang gelisah akhirnya, Alyn menelepon akses ke lobi hotel dari ponselnya.

"Hallo?"

"Iya bisa saja bantu?"

"Apakah kamu bisa menyiapkan satu kunci lainnya untuk kamar nomor 042."

"Maaf Mona kami tidak bisa memberikan sembarang kunci serep untuk orang lain."

"Aku bukan orang lain, sudah jelas aku mengisi kamar itu,tapi dikarenakan kuncinya hilang jadi aku harus mencari kunci serep lainnya lagi."gila Alin seperti tak mau kalah. dia mencari jalan lain agar dia bisa mendapatkan kunci kamarnya itu.

'"Oh, begitu Nana kalau kasusnya seperti itu baiklah kami akan menyiapkan kunci serep untuk Anda Anda bisa membawanya di lebih bawah!"

"baiklah saat ini juga aku akan ke bawah siapkan kuncinya agar aku tidak mau tertinggal waktu cepat."

Sesuai arahan dari resepsionis akhirnya Alin pun menuruni hotel itu menggunakan lift agar ia bisa berpacu kepada waktu.

Alin tak mau jika info berbuat hal-hal yang aneh di dalam kamar itu.

Alyn berjalan dengan cepat, hendak menghampiri lobi dan resepsionis di tempat itu.

Sedangkan ego di kamarnya terus menangis.

Igho yang mendapat ketukan pintu dengan kencang kembali langsung menghapus air matanya. Iya merasa bosan dengan ketukan itu karena dia sangat sekali terganggu.

Igho pun ingin sekali menghentikan ketukan pintu itu, hingga Ia membuka pintunya dengan kencang.

namun hatiku langsung tersenyum saat melihat orang yang ada di balik pintu itu adalah Kayla.

"Kayla kamu ada di sini? Aku pikir kamu sudah tidak ada di hotel ini?"tanya igo yang sama sekali tidak dijawab oleh Kayla.

Kayla yang sudah ditarik menahan tangisannya langsung melemparkan tubuhnya tepat di atas pelukan IGO.

"kenapa kamu menangis? apa yang terjadi apa? yang jaian lakukan kepada kamu?"Cerocos Igho nampak sangat khawatir.

Igho tidak menunggu kala untuk menjawabnya terlebih dahulu, ia hanya langsung membawa kalah masuk ke dalam ruangan kamarnya.

lalu ia mendudukkan kalah tepat sofa yang ia duduki saat menunggu alim untuk bangun siang itu.

"Kamu tunggu di sini sebentar aku akan membawakan kamu minuman!"

"Baiklah!"