webnovel

Tunangan

" Gris…, bagaimana ini menurut mu?" Papa Ed tiba-tiba memecah keheningan di tengah-tengah sarapan pagi, sambil menyodorkan sebuah foto wanita

" Hm… lumayan" Griss mengangukan kepala sambil mengigit sebuah roti gandum dengan isi keju dan alpukat

" Tuh.. benar tebakan ku, papa juga merasa dia lumayan.., bagaimana kalau kau bertunangan dengan nya?"

" PRFFFFTTTTTTTT" Semua makanan dalam mulut Griss berceran di meja.

" Kenapa? Dia cantik.. , dan nilai akademis nya juga lumayan. Laki-laki seperti mu seharus nya beruntung jika dia menginginkan mu.., lihat diri mu…, apapun tidak ada yang bisa di banggakan kecuali wajah mu yang merupakan turunan dari keluarga kita."

" Benar sekali apa yang papa bilang.. , jadi tidak mungkin dia menginginkan ku…, banyak laki-laki yang lebih menarik dari diri ku.. walau tidak setampan diri ku" membanggakan hal yang satu-satu nya ia miliki

" Benar.. benar sekali, tapi masalah nya ayah dan gadis itu yang mengajukan pertunangan ini. aku bahkan tidak enak untuk menolak nya…, bagaimana setelah menolak pertunangan ini… tidak ada wanita yang menginginkan mu.., bukankah ini kesempatan yang bagus? Ayah gadis itu juga sangat kaya"

Dengan kata lain, papa bermaksud mengatakan kalau aku tidak laku? Dan tidak akan ada lagi wanita yang menginginkan ku? Itu sangat menusuk kedalam hati ku.. walaupun kenyataan nya begitu " Jadi ini perjodohon politik? Memperkaya satu sama lain?"

" Kau pikirkan baik-baik masalah ini"

Hari ini aku merasakan perasaan tidak enak , semenjak kaki ini melangkah keluar rumah, apa yang akan terjadi? Irene memengang erat meja lipat yang ia bawa, mencengah hal yang tidak menyenangkan kemarin terjadi lagi. Irene melihat ke kiri , kanan dan belakang untuk berjaga-jaga. Hati nya sangat was-was.. entah kenapa ia merasakan rasa takut ini , sebelum nya ia tidak pernah takut akan apapun, Edlert ataupun yang lain nya.. tapi kali ini dia merasakan takut tanpa sebab.

" Hei kau… anak beasiswa.." Seorang laki-laki berhenti di depan Irene sambil menunjuk Irene

Irene hanya menatap nya dan memilih untuk melewati nya tanpa menghiraukan lelaki tersebut.

" Aku bilang kau berhenti…" Laki-laki itu menarik kerah baju Irene

"Ya… lepaskan tangan mu dari baju ku" Irene menarik tangan laki-laki itu dengan kuat , gigi nya menggeram kesal

" memang nya apa yang akan kau lakukan? kau terlalu melewati batasan mu" Lelaki itu menunjuk-nunjuk kening Irene hingga menyentuh kening nya.

Lihat.!!! Lihat tangan lelaki itu.. sungguh menjijikan.. apa tangan nya higienis? Apa dia mencuci kuku nya.. kenapa ada hitam-hitam di kuku nya. Di mana semua orang menatap gerakan lelaki tersebut, Irene malah mengfokuskan diri nya pada kuku lelaki tersebut. Ia lupa kalau ia sedang di permalukan..

" Apa kau pernah mencuci tangan mu?" Tanya Irene penasaran dan berharap jika lelaki itu akan menjawab iya…, hingga ia tidak perlu mengkhwatirkan jidat nya yang akan menjadi sumber sarang jerawat nanti nya.

" Hah?" Tangan lelaki itu berhenti tepat di kepala Irene.

" Apa yang kau lakukan?" Edlert menarik tangan lelaki tersebut dari dahi Irene

" Edlert…, aku hanya memberi pelajaran untuk wanita ini…, aku melakukan hal yang seharus nya.."

" Siapa yang menyuruh mu menyentuh mainan ku? Tidak ada yang boleh menyentuh nya tanpa izin ku"

" Siapa yang mainan mu…" Irene mengeluarkan suara lantang dengan postur tubuh yang tegap dan mantap

" Dan… tidak ada yang boleh menyentuh nya…, siapapun..!!!! " Griss memengang tangan Edlert yang menyentuh tangan Irene, melepaskan genggaman itu " Tidak ada yang boleh menyentuh tunangan ku .. Irene"

" Hah?" Irene langsung menatap Griss.. bingung, situasi macam apa ini? apa yang di katakan pria bodoh ini? tunangan ?. tunggu tapi seperti nya ada yang salah. Irene mulai menatap kearah mereka bertiga dan menemukan.. fakta yang aneh.., Edlert memegang tangan lelaki itu, dan Griss memengang tangan Edlert.., kenapa terlihat seperti Edlert yang di perebutkan? Seharus nya mereka memengang tangan ku kan? Apa benar aku yang di perebutkan? Irene menatap kedua tangan nya yang bebas.

Tunggu.. bukan itu yang harus ku selidiki.., ini masalah perkataan pria bodoh itu.. sejak kapan aku bertunangan dengan nya? Dan bagaimana bisa ia mengatakan hal bodoh itu di depan semua orang?

" Tunggu.. aku dan kau…" Irene menunjuk diri nya dan Griss.. " tunangan?"

" Sssstttt…. Kau tidak perlu merasa malu untuk mengatakan nya, tidak perlu lagi kita rahasiakan.." Griss langsung menutup mulut Irene dan menarik tangan nya, berharap Irene kali ini dapat bekerja sama dengan diri nya.

"Apa maksud mu…?" Irene menatap Griss dengan kebingungan.

Griss segera memeluk erat Irene hingga tidak ada kecurigaan di antara semua yang melongo karena kaget.., termasuk Edlert yang masih memegang tangan lelaki itu