webnovel

Bangku

" Lihat.. !!!! lihat mereka.. anak beasiswa itu" teriak salah satu murid sambil menunjuk anak-anak beasiswa.

Seperti nya sekolah ini menjadi lebih menarik dari biasa nya.., dan lagi sekolah ini tidak pernah tenang sejak kemunculan Irene di sekolah itu. Mereka bertiga berjalan berdampingan , dengan penuh kepercayaan diri, tanpa rasa takut dan ragu, mereka berjalan dengan mantap sambil mengangkat kepala mereka bertiga, berjalan melewati orang-orang yang menatap dan mengerumuni mereka sambil membawa bangku dan meja mereka sendiri.

Griss tersenyum menatap kelakuan Irene sambil sedikit menahan tawa nya " Bagaimana Tora? Seperti nya aku yang akan menang… persiapkan diri mu" Griss memukul pundak Tora untuk mengejek diri nya

" Ya… kita lihat saja nanti.., kau pikir Edlert akan membiarkan saja ini terjadi?"

" ku harap dia tidak sedang bermain dengan nya" Griss terlihat khawatir ketika nama lelaki itu di sebut

" Bukan kah anak itu terlalu … sst… bagaimana aku mengambarkan diri nya" Tora dan Griss berdiri di atas balkon dan melihat pusat kerumunan tersebut dan mengetahui sumber keributan tersebut.

" Menarik" Griss dan seseorang menjawab serempak pertanyaan tersebut. Griss langsung menatap kearah suara tersebut dan menemukan Edlert berdiri di belakang nya sambil menatap kearah kerumunan tersebut.

" Hei.. Griss.. kita bertemu lagi.." Sapa Edlert dengan senyuman sebelah cirri khas diri nya

" Ada apa? Seperti nya belakang hari ini kau terlalu senggang.. hingga dapat berkeliaran di sekitar sini" Griss membalik kan badan nya kearah Edlert dan menyenderkan tubuh nya di dinding balkon

" Tenang… kau tidak perlu terlalu tegang seperti itu Griss.., bukan kah.. gadis itu menarik? Seperti nya kau juga beranggapan sama.." Edlert melipatkan tangan nya di depan dada nya sambil mengawasi Griss

Aku harus menjawab apa? Dia sedang mengawasi ku…, ia sedang memancing ku.., apa yang ingin dia tahu dari diri ku? Dia sudah memasang target berikut nya.., Irene.., tentu saja tidak ada yang perlu di khawatirkan.. , bagaimanapun anak itu anak orang kaya. Wajah Griss langsung menunjukan senyum

" Ku rasa bukan hanya kau maupun diri ku yang berpikir seperti itu…" Griss menunjukan kerumunan " Semua orang yang di sana juga berpikir yang sama" Griss melangkah melewati Edlert tanpa memalingkan wajah sama sekali.

Bagaimana? Apa jawaban ku sudah benar? Bagaimana reaksi nya? Aku ingin sekali melihat reaksi nya.. apa aku melihat kebelakang? Owh.. tidak.. aku harus tetap berjalan

"Tora.. kau masih ingin berdiri di situ?" Griss berhenti dan menatap kearah Tora, namun ujung ekor mata nya mencari sosok Edlert yang menatap nya dengan kesal. Sambil membalik kan badan Griss membelikan senyuman kecil .. kepada Edlert.

" Kalian berdua ingin bermain dengan ku? Akan aku buat ini lebih menarik" Edlert tersenyum puas saat mengatakan nya

Bagaimana? Dengan membawa bangku ini.. aku dan teman-teman ku.. tidak akan lagi di bodohi seperti kemarin, membuat kami bertiga jatuh sakit bersama. Tidak ada lagi yang akan mengganggu kami. Irene menengak kan kepala nya dengan mantap.., menghiraukan semua orang yang menatap mereka.

" hai Irene…, seperti nya kau benar-benar memengang ucapan mu" Edlert duduk di atas meja Irene

" Jangan duduk di meja ku…" Irene berdiri sambil menunjuk meja nya, kenapa lelaki ini selalu datang ke sini dan mencari masalah? Seperti nya ini tidak akan berakhir di sini

" Why?"

" Kau tidak tahu seberapa berat diri mu? meja ini tidak sanggup menampung berat badan mu" mendengar perkataan Irene, serentak semua orang yang mendengarkan nya langsung tertawa tertahan karena takut akan Edlert. meja itu terlalu kecil untuk menompang berat bada Edlert, di tambah lagi meja itu hanya terbuat dari kayu bekas yang mereka bertiga temukan , Irene sangat cemas jika meja itu akan patah dan dia tidak memiliki meja lagi untuk belajar.

" Hah?" Edlert hanya bisa bengong mendengar kan nya.

Mendengar perkataan Irene.. membuat Griss merasa geli dan rasa jahil nya tiba-tiba saja keluar " Itu tanda nya.. kau berlebihan berat badan teman" Griss menepuk pundak Edlert sambil tersenyum

Edlert berdiri dengan muka kemarahan, ia dengan segera menendang meja tersebut hingga mengeluarkan suara dentuman yang kuat, meja itu terbalik dengan kuat, membuat semua orang ikut berdiri dan mejauh dari Edlert

" Apa masalah mu?" Teriak Irene yang merasa sangat kesal, ia mengepalkan kedua tangan nya dengan kuat dan mengigit bibir bawah nya dengan kuat

" Akan ku hancurkan.. setiap kali kau membawa meja.."

" Dengan dasar apa kau dapat menghancurkan meja ku? Ambil… ambil kembali.. letakkan di tempat nya.." Irene memelototi Edlert yang memandang tajam kearah nya, aku tidak takut pada mu.. mau sekejam apapun diri mu.., ini sudah keterlaluan. Aku harus menghentikan pembullyan seperti ini .. hingga kejadian itu tidak terulang lagi.

Seperti nya wanita ini sudah terlalu berani.. dia terlalu menantang Edlert, ini terlalu berbahaya. Aku yang membuat situasi nya terlalu panas.., sebaik nya aku harus cepat menenangkan nya. Griss berjalan dan membenarkan meja yang telah terjungkak di bawah

" Sudah.. sudah.. meja ini masih baik-baik saja. Sebentar lagi guru akan datang.. dan kalian berdua akan terus saling menatap?" Griss berdiri di tengah-tengah di antara mereka berdua

" Siapa yang menjatuh kan.. dia yang bertanggung jawab"Irene menendang kembali meja tersebut sambil menatap Edlert. Irene masih berdiri menatap Edlert, entah kenapa mereka berdua malah bertanding menatap, tidak satupun dari mereka yang berani berkedip, karena ke egoan mereka berdua.. mata mereka berdua memerah dan berair karena menahan perih.

" Jangan harap aku melakukan nya" Edlert berjalan kearah meja tersebut, dan membanting nya beberapa kali hingga kaki meja tersebut patah.

Irene mengigit bibir nya dengan sangat keras hingga menimbulkan bekas di bibir bawah nya, ia menahan emosi nya dengan nafas memburu .. dada dan pundak nya naik turun saat menatap meja nya di hancurkan dan ia hanya dapat berdiri di sana sambil menatap pilu

"Itu yang kau mau… PUASSSSSSS" Teriak Edlert pada Irene

" Itu yang kau mau.. BAIKKKKKKKK" Teriak Irene lebih galak, ia berlari keluar ruangan, sebagian besar pintu sudah di penuhi oleh para kepowers yang merekam semua kejadian.

Irene berlari dengan cepat, sangat cepat.. bukan lari karena ketakutan. Hati dan pikiran nya sekarang penuh dengan bara api yang bergebu.. " Aku akan meladeni diri nya.. kau kira aku takut dengan diri mu.. , itu yang kau mau.. baik.. akan ku layani.." Gumam Irene sambil terus berlari dan berhenti di sebuah ruangan. Semua orang ikut berlarian mengikuti Irene.. termasuk Griss yang berlari mengikuti anak itu.

" Di mana… di mana meja si sialan itu" Teriak Irene saat berada di depan kelas Edlert, semua hanya terdiam menatap Irene, tidak satupun yang berani menunjuk letak meja Edlert, tidak ada yang mau ikut campur atau disalahkan

Apa yang mau di lakukan oleh wanita itu.. , kenapa aku ikut berlarian tidak jelas ke sini? Tapi rasa penasaran ku lebih tinggi dari pada rasa takut ku. Apa yang akan di lakukan dia dengan meja itu.. " Ehem… " Griss berdehem sambil sambil menatap langit-langit , tangan kanan nya mengaruk-garuk leher yang tidak gatal, sementara tangan kiri nya menunjuk letak bangku Edlert dengan cepat dan langsung menurunkn tangan nya, sebelum kamera para kepowers merekam nya " Ah… gatal sekali" Griss masih pura-pura mengaruk

Irene mendapatkan kode dari Griss dan segera menuju meja Edlert, dengan brutal Irene menendang meja besi itu berkali-kali, hingga semua orang yang berada di ruangan tersebut langsung berlarian keluar, ia mengangkat meja itu dan membanting-banting nya beberapa kali

" Edlert…." Teriak seorang siswa sambil berlarian dan berhenti di depan pintu kelas Irene " Cepat… , meja mu…" Siswa itu terbata-bata karena kehabisan nafas saat berlarian. Dengan cepat Edlert berlarian kea rah kelas nya

" Hancur.. hancur…" Irene menendang terus kaki meja Edlert. Sambil memaki-maki meja tersebut yang tidak bersalah

" Ya… kau wanita gila" Edlert menarik tangan Irene untuk menghentikan nya, genggaman nya sangat kuat, hingga berbentuk cengkraman di tangan Irene

Sakit.. sakit sekali…, tapi aku tidak boleh menunjukan rasa sakit pada diri nya.., dia akan merasa menang jika melihat rasa sakit ini " benar.. aku wanita gila.., biar aku tunjukan pada mu.. kalau kau sedang berurusan dengan wanita gila.." Irene menghempaskan tangan nya sambil membuka cengkraman Edlert

" Kita impas…." Senyum Irene sambil berlalu melewati Edlert.

Edlert dan Griss sama-sama berjalan menatap meja yang menjadi korban, mereka berdua menatap kaki meja yang tidak berhasil di patahkan oleh Irene , namun berhasil di bengkokan dengan tendangan nya, alhasil meja itu tidak dapat berdiri dengan kokoh..

" Wah…" tanpa sadar Griss mengeluarkan suara kagum.., luar biasa.. kaki meja yang terbuat dari besi itu dapat di bengkok kan dengan sempurna hanya dengan tendangan nya. Seperti kata ayah Irene dan juga dokter itu.. dia tidak mudah di taklukan.

Irene mengikuti pelajaran tanpa meja ,ia menulis dipaha nya dan membuat nya bergerak lebih lambat, sementara Edlert menulis di meja yang bergoyang-goyang karena kaki meja nya yang menjadi pendek sebelah. Dan membuat emosi nya kembali memuncak , ia melempar pena di tangan nya karena kesal sambil berdumam " sialan"

" Di mana meja mu Irene" Tanya Guru wanita itu sambil mengeluarkan penggaris panjang " kau tidak bisa seenak nya .. karena diri mu anak terpintar dan anak beasiswa"

" di hancurkan oleh Edlert" Irene langsung mendongkakan kepala ketika ia mendengar kata sindiran dari guru tersebut

" owh.. lanjutkan. Ibu akan meminta meja baru untuk mu" Begitu mendengar kata Edlert.. guru tersebut langsung menurut begitu saja tanpa ada komentar pedas lain nya

" ya…" Griss mendekati Irene dan membawa meja nya kebelakang " kau bisa satu meja dengan ku.."

" Apa mau mu? kau pasti punya maksud tersembunyi"

" Tidak ada.. hanya ajarkan aku.. karena aku tidak mengerti sama sekali" Senyum Griss

" Baik lah.. aku juga memerlukan meja mu"

" Apa itu baik-baik saja?" Griss mengulurkan tangan nya dan menyentuh bibir Irene , mereka berdua saling pandang.., jantung mereka berdua tiba-tiba saja berdetak cepat..

" ya.. kalian berdua apa yang kalian lakukan" Teriak ibu guru yang ada di depan sambil melemparkan penggaris besi kearah mereka berdua. Dan akhir nya mereka berdua berdiri di ujung koridor sambil menjewer telinga sebagai hukuman.

" Ini gara-gara diri mu.." tuduh Irene

" apa yang ku lakukan? aku tidak melakukan apapun"

" Kenapa kau memegang bibir ku.."

" Karena aku melihat bekas gigitan di bibir mu…, itu terlihat seperti terluka.. dan bagaimana tangan mu? apa itu menyakitkan?" Griss memengang tangan Irene.

hallo semua para pembaca

setelah sekian lama gk update karena masalah log in. akhir nya author kembali. gimana? ikutan tegang gak dengan Irene dan Edlert? atau ikutan Greget ketika Griss nunjukin bangku Edlert? kira-kira apa ya maksud si Griss?

ternyata konsep nya lari dari yang mau di buat.. hahaha.. kira-kira Irene bakal pilih Edlert atau Griss ya nanti? author juga ikut bimbang.. atau Irene bakal pilih cowok yang lain?

kunyit_jahecreators' thoughts