[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Karya orisinil Ookamisanti_ jikapun ada kesamaan mohon maaf dan mungkin tidak sengaja.
><><><
"Mau bagaimana lagi? Kau terpaksa melakukannya, bukan? Aku mengerti, Rei. Jangan merasa bersalah seperti itu. Lagi pula kami tidak tahu apa yang selama ini kau lewati, pasti sangat sulit, bukan?" kata Haku. Aku menoleh.
"Haku benar, Rei. Kau tidak perlu merasa bersalah. Justru kami yang merasa bersalah karena sudah mengganggu kesibukanmu. Ya … walaupun ada rasa kecewa karena kau menyembunyikannya, tetapi aku rasa itu adalah hal yang wajar. Kau tidak mau kami mengganggumu, makanya kau terpaksa menyembunyikannya," timpal Fujio. Mereka tersenyum kepadaku. Aku pun membalas senyuman mereka. Huh! Aku kira mereka akan memarahiku karena tak berbicara jujur kepada mereka.
"Terima kasih atas pengertian kalian. Jika kalian ingin melihat-lihat, silakan saja! Asal jangan menggangguku. Aku harus melakukan sesuatu di sini," balasku. Mereka mengangguk lalu membicarakan banyak hal tentang ruangan ini. Ku gelengkan kepalaku melihat mereka yang bertingkah seperti anak kecil. Saling berbisik agar tidak mengganggu konsentrasiku.
"Oh iya, apakah kau tidak memiliki waktu untuk berlibur sebentar saja?" tanya Haku.
Tanpa menoleh aku menjawab, "Sebenarnya bisa, hanya saja untuk bulan ini aku rasa tidak bisa karena banyak kegiatan yang harus aku lakukan."
"Apakah bulan depan kau senggang?" tanya Fujio. Aku meliriknya. Aku pun menelepon asistenku dan menanyakan tentang kesibukanku di bulan depan. Dia bilang ada waktu dua hari untukku beristirahat. Setelah telepon terputus, aku pun memberi tahu mereka berdua.
"Kami tunggu kau bulan depan," kata Haku dan diangguki oleh Fujio. Aku pun menganggukkan kepalaku. Tak lama mereka pun berpamitan. Ku suruh saja mereka tetap di sini, tetapi keduanya menolak dan tidak ingin mengganggu kesibukanku. Akhirnya mereka beranjak dari ruang kantorku. Aku kembali fokus berkutat di depan laptopku.
***
Hari demi hari ku jalani hidupku dengan menandatangani berkas-berkas kantor, menghadiri rapat, pergi ke kampus, menghadiri acara televisi dan bekerja siang malam sampai lembur. Ku jalani hidupku tanpa beristirahat. Setiap harinya ada saja pekerjaan yang tak ku lewati sampai-sampai aku hampir pingsan saat rapat tadi siang. Hari ini aku tengah menyandarkan tubuh di sofa kantor. Tubuhku rasanya sangat lemas, kepalaku pusing dan rasanya mual.
Lagi-lagi aku merasakan kepalaku sakit, sangat sakit. Ini bukan pusing biasa, melainkan penyakit ini lagi-lagi menyerang tubuhku. Ya, selain Syndrome Marie Antoinette yang aku alami, aku juga mengalami penyakit yang namanya Post Traumatic Stress Disorder. Di mana penyakit ini adalah gangguan traumatik yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang menakutkan, mengerikan, sulit dipercaya dan tidak menyenangkan di mana terdapat penganiayaan fisik atau perasaan terancam. Para penderitanya mengalami trauma dari peristiwa atau kejadian yang mereka alami. Begitupun denganku, penderitaan yang ku alami di masa lalu membuatku tertekan sampai-sampai aku mengalami gangguan ini. Informasi mengatakan bahwa gangguan ini tidak dapat dipulihkan, berbagai macam cara pun aku melakukan hal pengobatan tetap saja gangguan ini tidak akan pernah pulih. Mungkin karena faktor otak yang terus menerus mencoba mengingatkan kembali bagaimana kejadian mengerikan itu berputar. Entah hal tersebut benar atau tidak, aku tak tahu. Aku tidak pernah memeriksakan diri. Aku hanya tahu dari informasi yang ku cari tahu.
Aku memejamkan mataku, memori itu kembali berputar, kepalaku rasanya begitu sakit. Aku memukul pelan kepalaku, mencoba menghilangkan semua itu. Semakin lama, ingatan tentang kejadian itu semakin jelas. Dengan cepat aku bangkit dari dudukku dan mencoba memfokuskan diriku untuk bekerja. Jika tidak seperti ini, aku akan berteriak kesakitan atau akan pingsan lagi. Setelah sedikit reda, aku berhenti bekerja. Aku menyandarkan tubuh di kursi kerjaku.
"DASAR BODOH! MAKANYA DENGARKAN JIKA ORANG LAIN MENJELASKAN!"
"Rupanya kau memang benar-benar bodoh! Kau tadi tidak diajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah, melainkan kau diajarkan cara bersifat sopan dengan klien. Kau ini benar-benar bodoh, Rei!"
"MAAFKAN AKU PAPA! JANGAN HUKUM AKU! AKU MOHON MAAFKAN AKU! MAAF!"
"COBA ULANGI, ANAK BODOH!"
"Dengar! Kau ini hanya anjing kecilku. Kau harus menuruti semua keinginan tuanmu. Jika kau berkata kasar lagi dan menolak perintahku, jangan harap kau bisa menatap dunia ini lagi. Mengerti?"
"KEMBALIKAN SUARAMU, REI!"
Aku memegangi kepalaku yang terasa sangat sangat sakit, aku bangkit dari dudukku dan berjalan dengan cepat menuju ke sofa. Ku tarik tasku dan merogoh sesuatu dengan cepat, ku ambil sebuah obat penenang dan ku minum. Entah berapa banyak obat yang ku minum, aku tak peduli. Aku hanya ingin menghentikan trauma ini. Namun bagaimanapun juga ingatan itu masih berputar. Aku terus memegangi kepalaku dan memukulnya. Aku menjadi teringat kembali bagaimana kedua orang tuaku menyiksaku, bagaimana papa memukulku dengan tangannya, bagaimana papa memarahiku dengan suara keras, dan bagaimana mama mencekik leherku agar suaraku kembali. Aku menangis, mencoba menahan semua itu.
"AAARRRGGGHHH …," teriakku. Sungguh aku tak bisa menahannya.
"AAARRRGGGHHH …." Tanpa sadar aku bersembunyi di balik meja. Bayangan itu nampak nyata di depanku. Papa menghampiriku sembari melayangkan tangan begitupun dengan mama.
"PERGI!" teriakku lalu menutup kepalaku agar mereka tidak bisa menyakiti kepala ini.
"TUAN REI, ADA APA? MENGAPA KAU BERTERIAK?"
"TUAN REI!"
Entah dari mana suara itu berasal. Mungkin saja beberapa orang di luar sana meneriaki dan mencemaskanku. Aku terus menerus berteriak sambil menangis. Seketika aku terdiam saat melihat sebuah kejadian masa lalu di hadapanku. Ku lihat aku yang masih kecil disiksa papa dan mama secara bersamaan, seketika nafasku rasanya sesak. Aku menutup mulutku, memejamkan mataku dan berharap semua itu hanya halusinasiku. Saat ku buka mataku kembali, penglihatan itu tidak mau menghilang. Aku melihat diriku sendiri sedang berada di bawah papa dan tengah dihajar olehnya. Seingatku, saat itu aku melakukan kesalahan yang fatal mengenai data perusahaan yang tak sengaja ku hilangkan, waktu itu aku benar-benar tidak tahu apa-apa. Papa sangat marah hingga menghajar wajahku seperti itu.
"AAARRRGGGHHH PERGILAH, BRENGSEK! PERGILAH!" teriakku saat papa menolehkan kepalanya menatapku yang ada di sini.
"JANGAN MENDEKAT!" Dia berdiri dan mendekatiku. Aku melempari bantal sofa agar dia menghilang. Namun semakin lama dia malah semakin dekat saja.
"BRENGSEK! PERGI!"
BRAK!
"REI! SADAR, REI!"
"REI!"
Seseorang menutup mataku. Penglihatan itu menghilang begitu saja digantikan dengan kegelapan. "Rei, apakah kau merasa lebih baik?" tanya orang itu sembari menjauhkan tangannya dari mataku. Aku membuka mata ini perlahan dan melihat di depanku sudah tidak ada bayangan itu. Ternyata Fujio yang sudah berhasil menyadarkanku. Ku tarik nafasku lalu menghembuskannya dengan pelan.
Bersambung ...
><><><
ATTENTION : [ Please, jangan lupa tinggalkan komentar dan collection! ]
Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!