"Astaga! Rei!" pekiknya sembari menutup mulut. Dengan terpaksa aku tersenyum lebar. Aku tak bisa menunjukkan rasa sakitku kepadanya. Tiba-tiba saja beberapa orang datang, termasuk Arata, Tasaki serta yang lain.
"Kau di mana? Kenapa kondisimu seperti itu?" tanya Tasaki. Aku bingung bagaimana untuk menjelaskannya. Aku langsung memudarkan senyumanku saat aku melihat diriku sendiri di panggilan video itu. Wajahku dipenuhi darah, termasuk bagian mulut dan dipenuhi lebam pula. Tak mau memikirkan hal itu, aku menatap ke arah Miyazaki. Aku kembali tersenyum kepadanya yang kini sedang menangis.
"Maika, dengarkanlah aku!" pintaku tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Arata atau Tasaki. Mereka langsung terdiam ketika aku berkata begitu.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください