Aku memejamkan mataku dan menunduk. Sungguh, ini menyakitkan untukku, mungkin bagi Fievero juga. Aku terus melontarkan kata maaf. Namun dia hanya mendesis, seakan-akan kata maaf dariku hanyalah hal tabu yang dia dengar. "Ada keinginan besar di dalam diriku untuk mengembalikan semuanya, untuk membuatmu mendapatkan perhatian keduanya, tapi aku tidak sanggup karena kondisi tubuhku. Maafkan aku, Kakak!" isakku.
"Percuma! Mereka sudah dibutakan dengan kebencian satu sama lain, bahkan sekarang Mama memiliki keluarga baru, kan? Sementara Papa terus bermain dengan wanita jalang sehingga dia harus tetap memiliki uang banyak hanya untuk memberikan uangnya kepada para wanita sialan itu!" balasnya. Ternyata dia tahu, aku yakin dirinya masih berkomunikasi dengan keduanya, tidak seperti aku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com