webnovel

AGENSI MUSIK

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Karya orisinil Ookamisanti_ jikapun ada kesamaan mohon maaf dan mungkin tidak sengaja.

><><><

"Apakah kepura-puraanmu dengan teriakan di dalam kantor membuatmu sesibuk itu?" tanya papa lagi. Aku mengernyitkan dahi. Dugaanku benar, Hotaka sudah melaporkan apa yang terjadi kepadaku tadi siang di dalam kantor. Pria itu brengsek sekali. Ingin rasanya aku memenggal kepalanya seperti samurai memenggal sang pengkhianat.

"Bukan seperti itu, Papa. Sindrom itu muncul lagi. Ak-"

"Sindrom apa yang kau maksud hah?" tukas papa. Dia berjalan mendekatiku, aku pun melangkah mundur untuk menjauhinya.

"Aku sudah pernah mengatakannya kepadamu, tetapi kau tak percaya denganku," jawabku.

"Apa kau bilang? Apakah kau berbohong denganku? APAKAH KAU BERANI BERBOHONG HAH?"

BUG!

Aku tersungkur ke lantai saat papa meninju wajahku. Sial! Rasanya sakit sekali. Tak lama papa menghampiri lalu menarik kerah pakaianku. Dia berkata, "Jangan mengada-ada, Anjing kecilku. Kalau kau masih berbohong padaku, tidak segan-segan wajah tampanmu ini akan ku rusak."

Aku meneguk ludahku saat dia mengancam seperti itu. Sebenarnya dia papa kandungku atau bukan? Mengapa dia mengancam anaknya sendiri? Sungguh, ucapannya membuatku tak bisa bergerak, apalagi tatapan tajamnya. Tanpa sadar ku anggukkan kepalaku. Sebenarnya aku ingin menolak dan menentang, entah mengapa aku menjadi ketakutan seperti ini. Tak lama papa menjauhiku.

"Bagus. Kau memang Anjing kecilku yang penurut. Ku beri kau waktu untuk beristirahat. Jangan lupa bahwa kau ini harus menjaga kehormatanmu sebagai pemimpin, bukan sebagai anak kecil," katanya lalu membalikkan tubuh. Dia berjalan mendekati pintu apartemen dan membukanya. Sebelum pergi, dia berpesan, "Dengar! Kau tidak punya penyakit apapun. Jangan pernah menganggap bahwa dirimu itu penyakitan. Jika kau seperti tadi siang, akan ku banting kepalamu agar tidak sakit lagi, mengerti?" Dia pun pergi dari pandanganku setelah aku menganggukkan kepala.

Ku tarik nafasku lalu membuangnya dengan kasar. Ku tutup pintu apartemen dan membaringkan diri di atas sofa. Sungguh, aku tidak mengada-ada apapun yang terjadi padaku. Semua itu terjadi begitu saja karena aku memang mengalami yang namanya sindrom trauma. Di mana aku merasakan trauma berat atas kejadian pahit yang terjadi padaku dulu saat aku dianiaya oleh orang tuaku sendiri. Aku masih bisa bertahan hingga kini karena selalu didukung oleh sahabat-sahabatku. Jika aku tidak dapat bertahan maka sejak dulu aku sudah mati karena penyiksaan itu, yang lebih menyakitkan lagi adalah saat papaku bilang bahwa aku hanya mengada-ada semua ini. Dia memang tidak mengetahuinya, tapi aku dan Tuhan mengetahui hal itu.

Kembali aku menghela nafas dan membuangnya, aku mengambil tas kantorku dan mengeluarkan berkas-berkas yang belum sempat ku tanda tangani. Bahkan di apartemenku, aku masih melakukan pekerjaan ini. Aku harus segera menyelesaikannya sebelum menumpuk di kantor. Aku tidak mau jika nanti papa ke sana dan dia melihat tumpukan berkas, dia akan memarahiku. Lebih baik aku menyelesaikannya malam ini sebelum mataku terpejam untuk beristirahat.

***

Hari ini ada pertemuan penting di daerah Tokyo, tepatnya di Shinjuku. Banyaknya orang di distrik ini membuatku kesulitan untuk menemukan seseorang yang sudah berjanjian denganku. Dia adalah Tuan Takigawa Kaito, seorang produser musik asal Tokyo. Sudah beberapa kali dia memintaku untuk bertemuan di distrik ini. Karena kesibukanku, aku tidak merespon undangan yang dia kirimkan ke kantorku. Kali ini aku akan bertemu dengannya selagi jadwalku tak terlalu sibuk. Aku datang bersama dengan Shiori, asisten artisku. Dia yang akan menangani sebagian urusanku dengan Tuan Takigawa nanti.

Tak lama kami berjumpa dengan Tuan Takigawa. Dia menyarankan agar kami mengobrol di dalam sebuah café. Obrolan kami harus disertai hidangan agar terasa nyaman, katanya. Kami menyetujui dan memilih café yang tak begitu dikunjungi orang banyak. Aku khawatir kalau ada penggemarku di daerah ini, tapi untungnya aku mengenakan masker. Setelah basa basi kecil, Tuan Takigawa menjelaskan detail tentang perusahaan musik yang akan membuat namaku semakin dikenal. Perusahaan musik tersebut bernama Artchies Projects yang berada di distrik ini, tidak jauh dari tempat pertemuan kami. Di sana banyak artis ternama, bahkan grup idol pun ada. Namun aku baru dengar nama perusahaan musik ini. Apakah mereka benar-benar terkenal? Mengapa aku tak begitu mengetahuinya? Mungkin aku saja yang kurang informasi, entahlah.

Tuan Takigawa berkata kalau aku akan melakukan banyak kegiatan jika aku bergabung dengan Artchies Projects itu. Selain kegiatan, aku juga bisa berkenalan dengan artis lainnya, berkomunikasi dengan mereka bahkan akan satu unit dengan mereka. Aku menolak bernyanyi dengan orang lain, aku memilih untuk menjadi penyanyi solo. Aku tak memiliki niat bernyanyi dengan siapapun, apalagi bersama dengan grup band. Jika aku bisa sendiri, mengapa harus bersama yang lain?

Tuan Takigawa terkejut, tetapi dia menyetujuinya. Sudah ada rencana untuk karierku ke depannya, kata dia. Aku memikirkan dengan keras tentang hal ini. Jika nanti aku akan disibukkan dengan berbagai kegiatan di sana, kemungkinan aku akan sering menyerahkan pekerjaan kantor kepada Hotaka. Tidak menutup kemungkinan mereka akan membuatku sesibuk mungkin, apalagi sekarang namaku mulai naik. Wanita tua yang kini ada di rumah pasti sangat senang melihatku masuk televisi lagi. Sial! Kesibukanku semakin bertambah banyak. Jika aku menolak, entah apa yang akan terjadi kepadaku.

"Mamamu berkata jika kau harus menerima penawarannya. Jika tidak kau akan dipermalukan," bisik Shiori. Aku mengepalkan kedua tanganku. Rasanya mengesalkan sekali saat mendapatkan ancaman seperti itu. Tak lama aku pun memilih untuk menerima penawaran Tuan Takigawa. Dia nampak senang. Tuan Takigawa kembali berkata sembari mengeluarkan sebuah berkas. Aku akan dikontrak selama 3 tahun. Itu pun sebagai masa percobaan, jika namaku semakin naik maka masa kontrak akan diperpanjang. Aku hanya mengangguk menyetujui tanpa peduli apa yang dia katakan. Setelah berbincang-bincang dan menandatangani kontrak kerja sama, Tuan Takigawa mengajak kami menuju ke gedung Artchies Projects.

Sesampainya di sana, ternyata gedung itu cukup bagus. Besar, bertingkat lima dan berada di tengah-tengah distrik Shinjuku. Tuan Takigawa menuntun kami masuk ke dalam bangunan itu. Lobinya sangat luas, dengan beberapa pekerja yang nampak sibuk, adapula orang-orang asing yang baru ku lihat. Selain itu ruang terbuka yang tak jauh dari tempat kami berjalan. Di sana ada taman yang indah disertai air mancur, terlihat jelas dari sini. Bangku-bangku yang ada di bawah pohon itu menambah keindahan ruang terbuka yang ada di sana.

Bersambung ...

><><><

ATTENTION : [ Please, jangan lupa tinggalkan komentar dan collection! ]

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!