Aku menarik nafas panjang kemudian menjawab "Aku memutuskan untuk mengikuti duel tersebut. Mohon kerjasamanya tuan putri."
Putri Christine sangat senang sekali dan langsung menjabat tanganku "Terima kasih banyak, Will. Aku yakin kamu pasti menang. Penilaianku terhadap orang jarang meleset."
Aku hanya bisa tertawa dan membalas "Namun aku bukan orang, tapi goblin."
"Bisa saja kau. Kurang lebih aku tidak pernah salah untuk menilai sesuatu. Meskipun kalian melihat Gilbert seperti itu. Sebenarnya ia cukup kompeten dalam urusan administrasi dan cukup lihai dalam bertarung. Sayang kemampuanya hanya sekelas petualang A atau B. TIdak cukup untuk duel kali ini. Coba saja aku bisa mengikuti duel ini."
"Memangnya kemampuanmu seperti apa tuan putri? berani mengikuti duel dengan tingkat kelas S?"
Entah kenapa aku merasa ada bayangan prajurit yang berteriak 'Jangan tanyakan hal itu!!!'. Semoga saja itu hanya perasaanku saja.
"Hehehe, kamu penasaran. Ayo kita pergi ke ruang latihan prajurit."
'Oh, sial.' Akhirnya aku mengetahui dari mana feeling buruk tadi berasal. Ternyata tuan putri ini suka bertarung. Sesuai dengan julukannya, putri ksatria".
Hilda dan Sera hanya bisa tertawa kecil dan mengikuti kami berdua. Sang putri memegang tanganku dan membawa kami keluar dari ruang kerja Gilbert hingga ke tempat latihan prajurit.
Seperti biasanya, lapangan latihan ini sedang dipakai oleh para prajurit. Namun saat mereka melihat sosok tuan putri, para prajurit langsung kabur dan prajurit yang kelihatannya seperti kapten langsung menjauhi lapangan sambil memberikan hormat kepada tuan putri.
"Tu..tuan putri Christine. Ada gerangan apa kemari? kalau tidak salah jadwal anda inspeksi masih 5 hari lagi." Muka kapten itu pucat bagaikan melihat hantu. Sepertinya inspeksi yang mereka maksud adalah sang putri bertarung dengan semua prajurit satu persatu. Aku lihat dari ekspresi mereka, sepertinya kemampuan tuan putri cukup mengerikan.
"Tidak, aku bukan inspeksi. Kali ini aku datang untuk menunjukkan kemampuanku kepada setan kecil ini." Jawab Christine sambil menunjuk ke arahku.
Sang kapten sempat bengong sebentar lalu memasang wajah :0 "Oh, jadi ia Goblin yang ada dalam perintah. Ia tidak terlihat kuat." Aku hanya bisa tersenyum pahit mendengar diriku diremehkan.
"Will tidak lemah, kekuatanya setara dengan petualang ranking A."
"Betul sekali, jangan meremehkan anggota tim kami. Meskipun ia hanya goblin."
Aku senang sekali melihat Sera dan Hilda membela diriku..
"Memang benar goblin ini tidak terlihat kuat. Karena otot dan postur tubuhnya mirip dengan goblin biasa. Namun kalau kalian bisa melihat mana, seharusnya sadar bahwa akan berakibat fatal kalau meremehkan Will."
Setelah berkata seperti itu, sang putri langsung mengambil pedang yang ada di gudang tempat pelatihan. Sayangnya tidak ada pisau di tempat itu jadi aku hanya sembarang mengambil pedang yang ada.
("Kamu menggunakan pedang?)" Tanya Christine dengan telepati.
("Biasanya aku menggunakan pisau, namun karena senjata tersebut tidak ada. Aku pakai senjata yang ada saja.")
Aku mencoba menebas pedang tersebut. Seperti biasanya, dengan cepat akan mengetahui cara menggunakan senjata ini. Meskipun belum sampai tahap master, paling tidak kemampuan pedangku dalam waktu singkat ini di atas para amatiran.
("Aku sudah siap kapan saja)" Jawabku kepada tuan putri.
("Baiklah kalau begitu") Christine meminta kepada kapten untuk menjadi wasit dalam duel ini.
"Bersiap. Mulai!"
"Jangan cepat kalah ya, Will." Setelah berkata seperti itu, sang putri langsung menghilang dari hadapanku.
'menghilang? tidak ia bergerak lebih cepat dari yang aku tangkap.' Aku menangkis serangan yang datang dari arah atas. untungnya refleku masih bisa sedikit menangkap pergerakan tuan putri. Jadi ini kemampuan dari tuan putri. Kuat sekali! Kenapa putri bangsawan memiliki kemampuan setinggi ini?
Serangan berikutnya satu persatu kami keluarkan. Karena aku sudah mengetahui bahwa tuan putri kuat. Aku mencoba mengerahkan 50 persen dari tenagaku. Panca indera juga aku tingkatkan sehingga aku bisa sedikit memprediksi gerak tuan putri dari suara, bau, dan informasi lainnya dengan panca inderaku. Hal ini terus berlangsung selama 30 menit. Sang putri kemudian berhenti sebentar dan mengangguk.
("Menarik, kemampuanmu hebat juga. Tapi, kamu belum mengeluarkan tenaga sepenuhnya kan. Berapa banyak tenaga yang kau gunakan sejak tadi.?")
("Sekitar 50 persen tuan putri. Tuan putri juga masih menyimpan banyak kekuatan kan?.")
("Christine")
("Huh?")
("Saat telepati dan situasi informal. Aku ingin kamu memanggilku dengan Christine. Jangan pakai gelarku saat memanggil namaku.)"
Aku heran kenapa tiba-tiba tuan pu..Christine membahas soal ini. Namun karena tidak ada salahnya melakukan tersebut. Aku menuruti kemauan tuan putri yang satu ini.
("Baiklah, Christine. Tidak masalah seperti ini?")
Christine tertawa kecil dan menggangguk ("Heheh, tidak masalah. Kalau begitu bagaimana kalau serangan terakhir kita gunakan seratus persen kemampuan kita, aku juga belum mengerahkan seluruh kemampuanku.")
("...Ok, aku setuju.")
Aku dan Christine melakukan kuda-kuda untuk serangan terakhir kami. Sama seperti diri ku, Christine juga mengumpulkan mana dan mengalirkannya ke seluruh tubuh untuk meningkatkan kekuatan fisik. Setelah beberapa menit, kami akhirnya saling melancarkan serangan.
("Haah")
("Hyaah")
*trank* *Prak*
Serangan kami berakhir. kedua senjata kami semuanya hancur setelah menerima serangan tersebut. Sepertinya dengan kemampuan seperti itu, membutuhkan senjata khusus untuk bisa menahannya. Pedang kualitas D seperti ini tidak cukup untuk menahannya. Harus pedang dengan kualitas A ke atas yang bisa menahan serangan kami.
"Ha..hasilnya seri. Kedua petarung sudah kehilangan senjatanya."
"Waaah!"
Semua prajurit yang ada kaget dan bersorak setelah melihat pertandingan kami. Namun aku pastinya sadar, kalau tuan putri masih menyimpan banyak tenaga. Karena menurut perkiraanku, kalau kekuatan penuhnya terlepas, bisa jadi kota ini akan hancur. Seranganku sendiri aku kecilkan sehingga tidak menghancurkan setengah kota.
'Jadi ini jarak dengan petualang ranking S. Menarik, aku semakin bersemangat untuk berlatih.' belum ada dua bulan aku ada di dunia ini. Namun kekuatanku sudah hampir mencapai ranking A. Hanya masalah waktu saja sampai menduduki ranking S. Tetapi kalau aku mengeluarkan semua skill yang kumiliki, bisa saja aku dapat mengalahkan tuan putri.
("Duel yang menarik Will)" Sang putri langsung memberikan tangannya untuk salmana.
("Terima kasih Christine, aku akhirnya mengetahui sampai di mana kekuatanku saat ini. terima kasih.)" Tangan Christine aku genggam kemudian aku lepas dalam waktu singkat. Tidak baik terlalu lama menyentuh tangan perempuan yang tidak memiliki hubungan spesial dengan kita.
"Hebat sekali Will, kamu hampir menyamai kekuatan tuan putri Christine. Ia memiliki kemampuan setara dengan petualang ranking S."
"Heheh, aku tidak sabar untuk memberitahukan Freya dan Leia akan hal ini."
Hilda dan Sera juga ikut senang setelah melihat duel diriku dengan tuan putri.
"Huuh, duel ini membuatku membara." Christine melihat ke arah prajurit dan berkata "Aku masih bersemangat, ayo kalian semua berduel denganku sekarang."
Semua ksatria kembali bermuka pucat dan berniat kabur. Namun tuan putri tidak membiarkan mereka. Pada akhirnya aku melihat tuan putri berduel habis-habisan dengan para prajurit. Aku juga sempat duel 2 hingga 3 kali karena para ksatria memintaku untuk melakukanya sampai mereka berlutut memohon kepadaku. Tentunya hasil akhir dari pertarungan tersebut tidak valid karena hanya melakukan gerakan sederhana untuk sparring saja.
'Hari yang cukup melelahkan'. Setelah selesai berduel dengan ksatria, kami melakukan finalisasi kontrak untuk tawaran tempo hari. Semua syarat yang ada sudah sesuai dengan kesepakatan. Tidak ada masalah. Dalam waktu satu tahun ini. Aku harus menjadi lebih kuat lagi. Setelah itu… Aku akan berkenala mengelilingi dunia ini.
Akhirnya Chapter 23 Selesai. Bagaimana menurut kalian cerita sejauh ini. Mohon dukunganya untuk karya ini. Terima kasih. Sampai jumpa pada chapter berikutnya.