webnovel

Bab 27

Di Bukit Bubat, Mada tengah mengadakan pertemuan dengan semua sekutu bayarannya. Nampak Putri Calon Arang, Mpu Candikala, Hoa Lie, Giancarlo, dan Panglima Gagak Hitam. Kabarnya Puteri Merapi juga akan muncul pagi ini. Tapi yang ditunggu belum juga nampak batang hidungnya.

Mada menyebut mereka sekutu bayaran karena masing-masing sebetulnya memperoleh imbalan dari Mada. Kecuali Putri Calon Arang yang memang sedari awal secara sukarela menawarkan diri membantu. Semua yang dipanggil manjing memang mempunyai syarat-syarat khusus yang nantinya harus dipenuhi oleh Mada.

Mpu Candikala meminta bayaran dibangunkan sebuah candi pemujaan di mana satu-satunya patung yang ada adalah patung dirinya. Puteri Merapi meminta dibantu untuk kembali bisa menguasai puncak Merapi. Panglima Gagak Hitam meminta imbalan gadis-gadis perawan untuk dikorbankan di pantai selatan agar bisa memperbudak mereka secara gaib.

Sedangkan 2 orang yang merupakan manusia masa kini yaitu Hoa Lie dan Giancarlo mempunyai kepentingan masing-masing sehingga mau bersusah payah membantu Mada. Hoa Lie membutuhkan sekutu agar tugas dari direktur museum untuk menghalangi terbukanya Gerbang Waktu, bisa terlaksana.

Berbeda dengan Giancarlo. Orang Italia pemburu benda-benda kuno dan antik bertaraf internasional ini sejak awal mempunyai misi masuk ke masa lalu jika Gerbang Waktu terbuka dan berburu harta karun di sana. Atau pilihan lainnya justru bersekutu dengan Mada mencegah Citra dan kawan-kawannya membuka Gerbang Waktu. Imbalan dari persekutuan itu adalah mendapat benda-benda antik dan kuno dari Mada yang mudah saja mendapatkannya. Giancarlo adalah oportunis sejati yang bisa bertengger di dahan manapun yang kira-kira tidak akan runtuh karena angin kencang.

"Putri coba ceritakan apa yang kau lihat kemarin sore supaya semua yang ada di sini menyadari betapa berbahayanya situasi saat ini? Kita tahu bahwa Raja dan kawan-kawannya telah meninggalkan Yogyakarta sambil membawa Manuskrip utuh. Kemana lagi tujuan mereka kalau tidak berusaha menerobos ke sini untuk melakukan prosesi membuka Gerbang Waktu? Dan itu tentu saja sangat mengkhawatirkan. Sangat berbahaya bagi misi kita semua menjaga sejarah." Mada memulai percakapan.

Putri Calon Arang menghela nafas pendek. Nampak sekali kecemasan dari tatap matanya.

"Sejak kembali ke Bubat dari pemulihan luka-lukaku di lereng Merapi akibat pertarungan dengan pemuda reinkarnasi itu, aku selalu mengikuti perintahmu untuk terus memantau keadaan di sekitar Bukit Bubat. Aku menemukan tanda-tanda samar aura seseorang yang manjing di sekitar sini tapi aku tidak berhasil menangkap keberadaannya maupun wujudnya."

"Lalu? Apa yang kau temukan kemarin sore? Momen itu bertepatan dengan drone yang jatuh itu bukan?" Hoa Lie menyela.

Putri Calon Arang mendengus kesal karena disela tapi tetap melanjutkan penjelasannya.

"Aku menugaskan orang untuk menerbangkan drone mengawasi area sekitar Bukit Bubat karena jika secara gaib aku tidak bisa menemukan orang manjing itu, siapa tahu drone bisa."

"Jadi drone itu tidak membawa hasil?" Giancarlo ikut menyela.

Putri Calon Arang menghela nafas panjang, berusaha menahan kesabarannya karena terus disela.

"Drone ditemukan jatuh dan rusak di bukit tinggi di seberang Bukit Bubat. Anehnya disk yang menyimpan memori pengawasan hilang. Itu bukti kuat bahwa memang ada yang memata-matai tempat ini dan kepergok oleh drone, menjatuhkannya dan mencuri memori di drone itu."

Mada mendesah dengan perasaan resah.

"Setelah kejadian itu, aku dan Putri Calon Arang mencoba menelisik menggunakan kekuatan magis untuk menemukan si pengintai. Saat itulah kami sempat mendapatkan temuan samar tentang orang manjing yang masuk dalam firasat Putri Calon Arang."

Semua orang nampak terperanjat dan penasaran. Putri Calon Arang melanjutkan.

"Aku nyaris saja bisa menangkap sosoknya dengan sedikit jelas tapi tiba-tiba samar lagi. Itu artinya orang manjing ini punya kemampuan tinggi untuk menghilangkan jejak keberadaannya. Orang ini jelas berilmu dan bukan orang sembarangan." Mada berkata dengan nada yang semakin resah. Kalau ada orang manjing yang dia dan Putri Calon Arang tidak mengenalinya, orang itu berarti bukan berada di pihak mereka. Tapi siapa orang sakti itu?

"Pihak Trah Pakuan tidak memanggil manjing orang-orang dari masa lalu. Dulu mereka bisa ketika si Babah Liong itu masih punya kemampuan. Tapi semenjak pemuda itu telah mencapai puncak reinkarnasi, kemampuan Babah Liong menghilang dengan sendirinya karena itu memang hanya kemampuan yang datang sementara setelah Putri Dyah Pitaloka manjing di museum Bandung."

"Kalau bukan dari Trah Pakuan lantas siapa yang memanggil manjing orang sakti itu?" Panglima Gagak Hitam berkata terheran-heran. Dia sendiri hadir di dunia ini karena panggilan Mada dan Putri Calon Arang.

"Aku pikir orang itu tidak dipanggil manjing tapi memang manjing atas kehendak sendiri. Hanya orang-orang dengan kemampuan sangat linuwih dan sangat penting dalam alur sejarah yang bisa melakukan itu. Contohnya adalah Mahapatih Gajah Mada dan Putri Dyah Pitaloka. Aku sendiri tidak punya kemampuan itu kalau tidak dipanggil Paduka Mada." Putri Calon Arang menjelaskan. Mada kemudian melanjutkan.

"Putri Calon Arang benar. Orang itu pasti orang penting dan punya kemampuan sangat tinggi di masa lalu." Mada lalu melanjutkan ucapannya dengan sebuah keputusan.

"Sudahlah. Kita lupakan saja orang manjing itu. Sekarang paling penting adalah memperketat penjagaan dan pengawasan tempat ini karena sewaktu-waktu mereka bisa saja menyatroni tempat ini."

"Aku sudah memperkuat lingkaran gaib di sekeliling tembok Bukit Bubat. Bagaimana kesiapan orang-orangmu Hoa Lie?" Putri Calon Arang menatap agen tangguh dari China itu dengan pandangan menusuk.

Hoa Lie berkata penuh percaya diri.

"Besok akan tiba beberapa teman agenku dari Museum Tiga Ngarai. Mereka akan mendarat di Bandara Surabaya dan langsung menuju ke sini. Mereka punya kemampuan kanuragan tinggi yang bisa memperkuat pertahanan di sini."

"Giancarlo?" Putri Calon Arang beralih ke pemburu harta karun itu.

"Aku tidak terbiasa memakai pasukan tapi aku sudah meminta bantuan dana besar dari sponsorku untuk membantu operasional di sini."

"Gagak Hitam?" Putri Calon Arang memandang panglima gaib itu dengan tatapan menuntut.

"Jika memang perlu, aku bisa saja memanggil datang 3 Datuk Hitam seperti aku dulu memanggil mereka mencegat Raja dan kawan-kawan."

"Yeah. Pencegatan yang gagal total. Bagaimana dengan Nyi Blorong?" Putri Calon Arang tersenyum mengejek.

"Penguasa ular itu tidak bisa diharapkan. Dia akan datang atau tidak datang tergantung bagaimana suasana hatinya. Aku sudah menghubunginya tadi malam. Mengingatkan tentang kekalahannya melawan pemuda reinkarnasi yang sekarang berada di sekitar sini."

"Bagaimana dengan Puteri Merapi, Putri?" Mada mengalihkan pembicaraan. Orang-orang seperti Nyi Blorong memang tidak bisa diharapkan.

"Aku juga sudah berusaha menghubunginya. Lukanya sangat parah saat bertarung melawan harimau jelmaan pemuda reinkarnasi itu. Dia pasti akan datang jika lukanya segera pulih kembali."

"Kau yakin?" Balik Panglima Gagak Hitam yang tersenyum mengejek Putri Calon Arang.

"Sangat yakin! Karena dia sangat berambisi kembali menguasai puncak Merapi. Dan itu bisa terlaksana jika mendapatkan bantuan dariku dan Paduka Mada."

Suasana kembali hening. Semua orang berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Peristiwa hebat yang melibatkan mereka rasanya tak lama lagi akan datang.

--*******