Seperti biasa, hari ini pun pasar kerajaan masih seramai sebelumnya saat terakhir kali Lucio melihatnya. Mungkin baru dua hari berlalu, tetapi entah mengapa jadi terasa asing dan Lucio merasa sedang diawasi. Tiap pergerakan yang dia ambil seolah tengah diteliti dan itu sungguh membuatnya tidak nyaman. Meski berjalan di antara keramaian pengunjung pasar, namun Lucio yang peka tentu saja dapat dengan muda menangkap adanya gelagat aneh di belakang sana.
Ketika pria itu memilih berbalik dan mencoba mencari tahu siapa sosok yang tengah bersembunyi dalam bayangan, mendadak kerumunan di sekitarnya berubah semakin padat. Lucio bahkan tidak bisa lagi menjumpai jalanan pasar walau hanya sedikit. Tidak ada kelonggaran, hanya ada kepala orang-orang, tubuh berdesak-desakan, suara bising para pelanggan dan penjual yang sedang tawar menawar, atau bahkan suara tangis anak-anak yang kehilangan ibunya.
Memilih mengabaikan hal itu mengingat kondisi saat ini sangat tidak menguntungkannya untuk mencari keberadaan si penguntit, Lucio memilih untuk berbalik kembali dan meneruskan langkah. Dia tidak perlu membuang waktu. Mereka jelas akan menampakkan diri bila keadaannya berubah sepi, di mana hanya ada Lucio seorang. Jelas, mereka akan menyerangnya saat itu juga. Itu adalah taktik lama tetapi cukup efektif untuk meringkus target yang dianggap lemah.
Mengingat dia akan mengantarkan obat di toko tembakau milik Mr. Ramsley, Lucio semakin mempercepat langkah lantaran pria gemuk itu sama sekali tidak bisa menunda obatnya. Bila hal itu sampai terjadi, maka beruntung jika dia bisa bernapas kembali.
Kini, Lucio sudah berdiri di depan toko berdinding batu dua lantai. Toko milik Mr. Ramsley terbilang cukup besar dan sukses, padahal bila menilik ke masa lalu, dia hanyalah pria botak yang selalu mudah lelah karena penyakitnya. Mr. Ramsley bahkan jauh lebih miskin dari semua orang yang ada di lingkungannya. Namun, ketika semua pihak meremehkannya, Mr. Rolleen yang kala itu masih menjadi seorang pengelana telah berpikir jauh terhadap pria itu dan tanpa sadar mendongkrak kemampuan bisnis yang dimiliki Mr. Ramsley.
Bagi Mr. Rolleen, Mr. Ramsley sendiri ada sosok yang akan menjadi sesuatu yang dapat melampaui banyak orang di wilayahnya. Dulu sekali, Mr. Ramsley hidup di lingkungan kumuh yang begitu tercemar. Mungkin pula penyakit yang dideritanya berasal dari sana. Dan seperti yang telah diramalkan Mr. Rolleen saat pertama kali bertemu dengan Mr. Ramsley, bahwa pria botak itu akan menjadi orang yang tidak akan diremehkan lagi sungguh benar-benar terjadi.
Alhasil, berkat perkataan Mr. Rolleen, sang juragan tembakau akhirnya berhasil bangkit untuk mengeluarkan 120% kemampuannya hingga menjadi seperti sekarang. Dia bahkan menjadi salah satu pengekspor tembakau terbesar di Neserin dan ke dua kerajaan lainnya.
Lucio seketika tersenyum tipis saat mendapati keberadaan Mr. Ramsley yang sedang berdiri menunggunya di depan pintu toko.
Pria botak itu melangkah perlahan menghampiri Lucio begitu melihatnya berdiri tepat di depannya. Tangannya kontan terangkat lalu menepuk pundak Lucio dengan gaya. "Ah, akhirnya kamu datang," ujarnya senang. Tidak lupa dia bergerak awas untuk menuntun Lucio memasuki toko. "Padahal aku sudah sangat cemas karena kamu tidak kunjung datang."
Di saat yang sama Lucio berjalan pelan mencoba mengimbangi kecepatan Mr. Ramsley yang setara dengan siput. Lucio membalas, "Itu pasti karena Anda terlalu awal menunggu. Bukankah biasanya pondok kami mengirimkan obat sesuai waktunya." Lucio mendongak lalu memerhatikan kondisi matahari yang sudah meninggi. Biasanya, ini adalah jam terpenting di mana Lucio atau Cleo akan mengantarkan obat ke tempat ini.
"Benar, tetapi aku hanya tidak ingin kejadian beberapa waktu lalu kembali terulang. Oh, kamu sangat membuatku takut saat datang terlambat. Saat itu hari sudah nyaris berganti malam. Beruntung aku masih punya sedikit obat sisa," paparnya menggebu. Mr. Ramsley teringat saat Lucio datang ketika tokonya mulai tutup dan pancaran sore hari mulai menerangi seluruh tempat.
Lucio tersenyum kecil. "Ah, mengenai itu, aku minta maaf. Nyaris saja aku membuat nyawa Anda melayang."
"Tidak, jangan pikirkan itu. Hanya saja aku berharap kejadian serupa tidak akan terulang. Aku percaya pada kalian." Tatapan Mr. Ramsley kemudian bergulir, menatap ke sekeliling bahkan yang paling lama adalah bagian belakang Lucio. "Ngomong-ngomong, di mana Cleo? Bukankah kalian selalu bersama."
Lucio terdiam sebentar lalu kemudian membalas tatapan Mr. Ramsley yang sedang menunggu jawabannya. "Karena hari ini aku berangkat sangat pagi, aku tiba-tiba merasa tidak ingin membangunkannya. Karena itu aku meninggalkannya di pondok bersama Mr. Rolleen."
"Oh, begitu rupanya." Pria botak berbadan gemuk itu kemudian terkekeh. "Ya, aku cukup mengerti bagaimana susahnya Cleo dibangunkan. Mr. Rolleen pernah membagi kisah itu kepadaku."
Siapa menduga bahwa tepat setelahnya Lucio justru tersenyum. "Anda benar, gadis itu memang sangat susah dibangunkan, karena itulah aku memilih menyerah untuk membangunkannya pagi ini."
Begitu mereka tiba di ruangan Mr. Ramsley, Lucio bergegas mengeluarkan obat milik pria botak itu dari dalam tas kain yang dia bawa sejak tadi.
Sementara itu, Mr. Ramsley tampak mengamati apa yang sedang Lucio lakukan. "Sepertinya kamu membawa cukup banyak obat hati ini."
"Ya, ada banyak pesanan yang harus kami antarkan mengingat kemarin ada beberapa masalah sehingga kami tidak sempat mengantarkannya ke alamat tujuan." Lucio menarik napas, lalu menyodorkan bungkus obat milik Mr. Ramsley di depan pria itu. "Ini juga yang menjadi alasan mengapa aku harus berangkat sangat pagi."
Mr. Ramsley tampak terkejut saat mendengar Lucio mengatakan bahwa mereka sempat terkena masalah. "Jadi, apakah kalian baik-baik saja? Bagaimana dengan pria tua pemarah itu?" Itu adalah panggilan yang kerap Mr. Ramsley ucapkan saat memanggil Mr. Rolleen.
"Tenang saja, kami baik-baik saja termasuk Mr. Rolleen. Namun, masalah yang aku maksud di sini hanya tertuju padaku dan Cleo saat berada di pasar kerajaan kemarin sore."
Selebihnya Mr. Ramsley hanya mengangguk.
Ketika Mr. Ramsley meraih obatnya, di saat yang sama pula Lucio undur diri.
"Kalau begitu aku akan pergi."
"Ya, berhati-hati lah. Entah mengapa aku merasa kerajaan ini sudah mulai tidak aman."
Lucio berhenti melangkah saat mendengar Mr. Ramsley berkata demikian. Pria itu tidak berbalik. "Anda benar, kerajaan ini sedang tidak aman."
***
Lucio tidak tahu sudah berapa lama dia melangkah, tetapi yang jelas, bahwa semakin sepi tempat yang dia lalui maka semakin nyata pula bayang-bayang di belakang sana mengikutinya. Kota kerajaan Naserin cukup banyak memiliki bangunan-bangunan tinggi yang memiliki gang sempit dan gelap. Terkadang tempat-tempat seperti itu sangat rawan menjadi tempat kejahatan.
Mengingat selama ini kerajaan Naserin termasuk tempat yang aman dan minim kejahatan, biasanya gang-gang tersebut sama sekali tidak digunakan selain sebagai jalan pintas bagi para pejalan kaki. Namun sayangnya, belakangan ini beberapa hal tidak menyenangkan sudah mulai menghantui kerajaan. Tingkat kejahatan di kerajaan Naserin perlahan-lahan mulai bangkit dan membuat beberapa rakyat merasa was-was.
Nyatanya, bukan tanpa alasan mengapa Lucio memilih melewati gang sempit seperti ini. Ada beberapa hal yang perlu dia tangani sebelum mereka semakin membuatnya kesal. Ya, Lucio perlu mengurus mereka untuk tetap diam.
Begitu mendapati gang buntu yang benar-benar sepi dan gelap, Lucio akhirnya berhenti melangkah dan terdiam seolah menunggu sesuatu yang sedang bersembunyi di balik bayangan gelap akan segera menampakkan diri.
"Keluarlah!" Tiba-tiba saja lucio berteriak. Suaranya yang cukup keras menggema di dalam gang yang sempit itu, memantul dan menguarkan ancaman yang tidak biasa. "Aku tahu kalian mengincar sesuatu dariku." Lucio tersenyum sinis sembari berbalik. "Dan aku tahu apa yang sedang kalian incar."
Bersamaan dengan itu, tiga orang berpakaian gelap muncul di hadapan Lucio. Jarak mereka berkisar dua meter. Sampai kemudian Lucio menyeringai sesaat setelah menyadari bahwa tidak hanya ada tiga orang yang ada di antara mereka, melainkan sepuluh lainnya sedang bersembunyi di atas atap.
Panah dan senjata mereka sudah sangat siap untuk meluncur kapan saja.
Sayangnya, Lucio mengetahui taktik dan kecurangan mereka. Meski demikian pria itu masih tampak tenang saat berkata, "Sayang sekali mengingat apa yang kalian inginkan sama sekali tidak ada di sini."
Siapa yang tahu, salah seorang dari ketiga sosok berpakaian gelap di depan Lucio angkat suara, "Meski begitu kami hanya perlu memaksamu untuk memberi tahu di mana incaran kami berada."
Lucio mendengkus. "Pintar sekali kalian berbicara." Pria itu sekali lagi menyeringai, "baiklah, kalian akan mendapatkan apa yang kalian mau bila berhasil mengalahkanku tentunya."
Detik berikutnya, hujan panah pun mulai meluncur dan menghujani Lucio yang bahkan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
Pria tampan itu bahkan tidak terlihat takut sama sekali. Dia sangat tenang.