Melompat dari satu cabang ke cabang pohon yang lainnya, mereka berdua mulai menyusuri hutan mencari dari mana aroma yang mereka rasakan berasal.
Mengikuti aroma manusia itu membawa mereka ke tepi hutan terlarang yang menjadi perbatasan terakhir dengan hutan yang menjadi wilayah dari ras manusia, aroma yang mereka rasakan semakin pekat, namun tak ada tanda tanda dari makhluk yang mereka cari.
Berdiri disalah satu cabang pohon yang berdiri kokoh, mereka berdua berhenti, dan dengan saksama mengamati sekitar.
Mengamati lebih lama, namun tak ada satu pun makhluk hidup yang menampakkan batang hidungnya.
"Aku benar benar yakin bahwa aromanya berasal dari sini, tapi kenapa tidak ada ada tanda tanda dari satu makhluk pun, bahkan hewan hewan buas yang seharusnya sudah berkeliaran dimalam hari tak bisa aku rasakan keberadaannya?" Dengan alis yang berkerut dalam, pria yang memiliki surai hitam mulai berbicara.
"Apakah kamu benar benar telah menyembunyikan auramu? Mengapa tak ada makhluk hidup satupun, seolah olah mereka merasakan kehadiran kita?" Tambahnya lagi berbalik memandang temannya yang masih diam mengamati sekitar.
Ya. Selama ini mereka berdua selalu menyembunyikan aura mereka dimanapun mereka berada untuk mencegah orang lain mengetahui keberadaannya, apakah itu musuhnya atau bukan tak ada perbedaan, kecuali ketika mereka berada dalam posisi bertarung hal itu akan menjadi tidak berlaku.
"Hey... Apakah kamu mendengarku?" Ujarnya kesal, karena merasa terabaikan.
"Diamlah bodoh, apakah kamu benar benar berpikir bahwa aku tertarik untuk manakut nakuti mahkluk seperti itu? Haahh..." tanggap pria bersurai putih dengan nada suara yang sedikit meninggi, ia benar benar heran dengan dirinya sendiri, mengapa ia bisa bertahan dengan orang yang mulutnya selalu mengoceh itu.
"Lalu, apa yang terjadi disekitar sini ? Mengapa situasi ini membuatku merasa sedikit takut?" Pria bersurai hitam itu memeluk tubuhnya sendiri, berpura pura bergidik ngeri.
"Ini benar benar aneh," ungkapnya samar, kembali mengamati sekitar, seakan tak mendengar ucapan pria bersurai hitam itu.
Tak ingin berpikir dan tenggelam dalam situasi yang sedikit aneh ini, pria bersurai hitam itu tiba tiba beranjak, cahaya samar perlahan membentuk sepasang sayap dipunggungnya.
"Bodoh! Apa yang kamu lakukan?" Tegur pria bersurai putih melihat tindakan temannya yang sangat ceroboh.
"Aku hanya berpikir untuk mengamati situasi disini lebih jelas dari atas, siapa yang tahu aku bisa menemukan salah satu dari mereka" jawabnya enteng, tersenyum sumringah seolah mendapat sebuah petunjuk.
"Idiot. Apa ini maksudmu mengamati dengan sembunyi-sembunyi? Apa kamu pikir manusia itu tidak punya mata? Melihatmu melayang diudara dengan sepasang sayap, aku benar benar tidak berani berpikir bagaimana kita berdua akan berakhir nantinya," dengan nada jengkel, ia berusaha menghentikan tindakan ceroboh pria bersurai hitam itu.
Menyadari akan kesalahannya, Cahaya yang sebelumnya terlihat samar samar dipunggungnya menghilang sekejap, "ah...baiklah-baiklah, aku tak berpikir sejauh itu. Momo, jangan memarahiku, hatiku menjadi sakit." memasang ekspresi menyedihkan dengan kedua mata yang seolah olah akan mengelurkan air mata saat itu juga, melirik sedih pria yang memiliki surai putih.
Mendapat tatapan tajam dari lawan bicaranya, seketika menghapus ekspresi menyedihkan itu, perlahan menggosok hidungnya, mencoba menghindari tatapan tajam yang seolah akan mencabut nyawanya saat itu juga.
Mengalihkan pandangan kearah lain..
.
.
Mendapati sebuah objek yang memasuki pandangannya membuatnya tertegun.
Melihat temannya yang sebelumnya mengoceh tanpa henti tiba tiba terdiam, pria dengan surai putih mengalihkan pandangannya mengikuti arah pandang dari pria bersurai hitam, namun tidak menemukan apa apa.
"Sudahlah. Berhenti bertingkah, lebih baik kita kembali saja." Pria bersurai putih berbalik ingin beranjak pergi.
Namun bahkan belum memutar tubuhnya untuk berbalik sepenuhnya sebuah suara kembali memasuki pendengarannya.
"Momo, Lihat! disana." Sambil menunjuk sebuah pohon besar tanpa mengalihkan pandangannya, pria bersurai hitam kembali bersuara.
"Melihat apa? Itu hanya sebatang pohon," memutar bola matanya, merasa jengah dengan tingkah temannya.
"Apakah kamu sekarang, tiba tiba menjadi tertarik lagi dengan sebatang pohon?" Tambahnya lagi tanpa menghiraukan ekspresi pria bersurai hitam.
"Tidak.. bukan.. bukan itu."
"Lalu apa? Berhenti membuang buang waktu, ayo kita kembali," ucap pria bersurai putih yang kesabarannya hampir habis.
"Itu.. itu disana... Ada.. ada sepasang kaki."
Mendengar jawaban tergagap dari pria bersurai hitam yang berdiri disalah satu cabang pohon yang berbeda dengannya, merasa ada yang aneh, ia kemudian menuju ke cabang pohon tempat temannya yang sekarang sedang berdiri kaku.
Dan benar saja, sepasang kaki memasuki pandangannya.
"Itu manusia...sepasang kaki manusia," ia tiba tiba menjadi sangat yakin bahwa aroma manusia itu berasal dari pemilik kaki itu.
"Tak heran, jika sebelumnya kita tak bisa menemukan apa apa, ternyata itu terhalang oleh pohon besar itu," tambahnya lagi.
"Tapi Momo, dilihat dari posisinya, sepertinya pemilik kaki itu sedang berbaring atau tertidur mungkin? Aku tidak habis pikir, mengapa ada manusia yang memilih berbaring di bawah pohon besar ditepi hutan yang sangat berbahaya ini, apakah dia benar benar sudah bosan hidup?" pria dengan surai hitam kembali mengomentari, mencoba menilai sesuatu yang dilihatnya.
Tak tahu apakah pria bersurai putih itu harus tertawa atau menangis melihat kebodohan temannya yang sudah diambang batas.
"Aku ingin melihatnya lebih dekat," ungkap pria bersurai hitam itu tiba tiba beranjak meninggalkan pria bersurai putih, mendekati pohon besar yang menghalangi pandangan mereka.
Berdiri disalah satu cabang yang kokoh, dari bawah sebuah pemandangan yang sangat menyedihkan memenuhi pandangannya, itu hanya seorang manusia. Seorang manusia yang terbaring lemah, bukan terbaring seperti yang benar benar dipikirkannya, luka luka memenuhi sekujur tubuhnya, entah mengapa membuat perasaan marah muncul dari dalam dirinya, luka luka itu sangat jelas, dengan noda darah yang sudah mengering juga ikut memberi motif mengerikan pada pakaian yang dikenakannya, dan itu sudah robek dimana mana, terlebih itu adalah seorang gadis??
Tenggelam dalam pemikiran dengan perasaan yang tidak bisa dimengerti saat menyaksikan sosok yang terbaring lemah dibawahnya, tiba tiba seberkas bayangan melesat dengan cepat dari arah belakang dan sekarang sosok dari bayangan yang meintas itu berdiri disamping gadis itu??
Melihat sekilas, itu bukan orang lain. Sosok itu adalah temannya sendiri, mahkluk dingin yang sangat menaati peraturan untuk tidak menampakan diri dihadapan ras manusia. Pria yang memiliki surai putih.
"Apa yang terjadi dengannya?" Merasa bingung dengan tindakan temannya yang diluar dugaan.
"Heyy.. apa yang kamu lakukan?" Teriaknya setengah berbisik.