webnovel

Hanya Dianggap Teman

"Makanya datanglah sore nanti, Aku tidak ada kegiatan jika kamu mau." Randi tersenyum.

Sinta terpaku oleh senyuman itu. Karena Sinta memang labih tergila-gila oleh Randi dibanding lelaki lain. Karena kesopanannya dan sikap lembut terhadap semua orang.

"Oke, Aku pasti datang." Sinta begitu riang.

"Baiklah aku harus segerah kembali, Aku duluan ya Sin." Dengan tergesah-gesah Randi meninggalkan Sinta. Gadis itu hanya menarik nafas panjang. Selalu saja begitu, semenjak semester awal, sampai sekarang.

Sinta selalu kesulitan menembus kehidupan pribadi Randi. Bahkan, ia dengan mudah mengajak pria lain. Andre saja yang termasuk sulit diajak kencan, nyatanya ia berhasil mengajak lelaki keren itu jalan ke Mall, meski pada akhirnya ia juga yang mentraktir. Namun, untuk Andre, ia tak rugi mengeluarkan uang berapa pun. Sayangnya Andre juga tidak terlalu mudah untuk ia ajak melangkah lebih jauh. Pria yang suka menghabiskan banyak kegiatan di sekolah itu terbilang tertutup. Tapi, tertutupnya Andre masih ada waktu untuk menemaninya beberapa kali ke Mall atau sekedar jalan-jalan. Tapi, hanya sebatas teman jalan tidak lebih.

Sinta kembali menghela nafas ketika melihat motor warna hitam milik Randi meninggalkan parkiran sekolah. Randi yang tidak sadar ternyata Sinta sedari tadi mengekor di belakang, dapat melihat berlalunya Randi bersama motor hitam miliknya. Berbeda dengan Randi yang sangat susah didekati, Andre yang mudah diajak jalan sama-sama memiliki rahasia yang sulit dibongkar.

Randi yang selalu bisa dekat dan ada waktu untuk Nina, sedangkan Andre saat bertemu di Mall ia yang begitu santai terlihat gugup saat melihat dan bertegur sapa dengan Nina. Apa yang terjadi dengan dua lelaki ganteng itu? Apakah mereka menyukai gadis yang sama dalam benak Sinta. Ah, entahlah. Dengan wajah suram Sinta kini menuju kantin untuk mengisi perutnya dan melupakan kekecewaannya. Namun, ketika langkah kaki Sinta baru sampai di lorong menuju kantin, dirinya terkejut melihat seseorang yang dikenalnya tengah duduk di salah satu tempat duduk.

Seseorang itu siapa lagi kalo bukan Andre. Andre sedang duduk dengan seorang gadis. Dari kejauhan sepertinya Sinta mengenal gadis itu. Namun, untuk memastikan kembali ia kini mendekati mereka berdua. Ternyata Dewi, siswi populer sekaligus salah satu anak OSIS yang kini sedang duduk bersama Andre, mereka tengah asik berbincang dan tertawa riang bersama. Kini, Sinta sudah dekat dengan mereka berdua. Dan Sinta tiba-tiba muncul di hadapan Andre dan Dewi hingga membuat mereka berdua terkejut.

"Andre! Aku mau bicara berdua saja denganmu bisa?" Sinta dengan nada ketus.

"Hai Sin, apa begitu penting?" tanya Andre yang merasa aneh.

"Penting sekali!" Andre meminta pengertian Dewi, gadis itu kemudian pergi meninggalkan Andre dan Sinta. Kini Sinta duduk disamping Andre dan mulai berbicara dengan Andre.

"Kamu jahat, Ndre!" Sinta kesal.

"Maksudmu apa mengatakan Aku jahat?" Andre yang bingung dengan sikap Sinta.

"Ya memang Kamu jahat! Bukankah kita kemarin begitu dekat dan menjalani kencan juga. Kenapa sekarang kamu dekat juga dengan Dewi? Jangan permainkan perasaanku dong." Sinta mulai emosi.

"Kamu sudah kehilangan akal, Sin! Aku menganggap kamu ataupun Dewi sama saja. Sebatas teman tidak lebih, jadi tolong jangan berfikir jika pergi berdua denganku sebagai seorang kekasih itu salah besar. Tolong jangan salah paham." Andre menjelaskan.

Andre yang mulai tersulut emosinya karena tuduhan Sinta yang mempermainkannya membuat Sinta kaget dan seketika langsung meninggalkan Andre.

Sinta hanya bisa terdiam dan melamun sepanjang jalan menuju kantin. Ia salah menduga jika Andre mulai memiliki rasa terhadapnya, ternyata Andre hanya menganggapnya teman. Terasa hatinya sangat sakit. Namun, seketika Sinta tersadar. Masih ada cowok lain yang kini sedang ia dekati yaitu Randi. Dengan besar hati dan penuh percaya diri semangatnya kembali berkobar bak akan perang saja. Sinta kini melanjutkan langkahnya menuju kantin untuk mengisi tenaganya yamg sempat hilang karena penolakan pria tampan tadi.

Tanpa disadari oleh Sinta rupanya sejak tadi ketika dirinya sedang berdebat dengan Andre, Nina tanpa sengaja melihat mereka berdua dari kejauhan. Karena penasaran dengan apa yang mereka berdua lakukan sehingga Nina fokus untuk memperhatikan mereka sampai keduanya berpisah. Andre yang memilih pergi dari sekolah untuk pulang menuju ke rumahnya sementara Sinta yang kesal pergi menuju ke kantin lalu diikuti oleh Nina dari belakang. Nina hanya sekedar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mereka berdua terlihat keduanya sama-sama tidak akrab sebelum keduanya saling berpisah satu sama lain.

Begitu tiba di kantin Nina lantas menghampiri Sinta yang tengah duduk seorang diri menikmati segelas minuman yang baru saja dia pesan. Nina mencoba untuk menanyakan perihal apa yang terjadi antara dirinya dengan Andre. Dengan begitu Nina tidak memiliki prasangka buruk terhadap mereka berdua. Lagi pula dirinya juga sudah mengetahui isu tentang sosok Sinta yang kerap kali mendekati banyak siswa-siswa di sekolah mereka untuk dia dekati.

"Kenapa wajahmu aku perhatikan sepertinya kamu sedang kesal dengan seseorang? Sepertinya kamu baru berantem sama orang, ya? Sampai wajahmu ditekuk seperti itu," tanya Nina yang duduk di hadapannya Sinta.

"Aku lagi sebel sama orang, semua cowok sama saja nyakitin semua nggak ada yang bener-bener baik. Cuma bisa berperilaku baik di depan kita sementara di belakang kita belum tentu. Entahlah aku juga tidak tahu kenapa orang tersebut begitu menyebalkan," kata Sinta dengan wajah cemberutnya mengungkapkan kekesalannya pada Nina.

Nina hanya tersenyum kecil ketika tahu kondisinya Sinta yang sedang kesal dan jengkel. Dia tahu penyebabnya kenapa Sinta sampai seperti itu. Lagipula itu salahnya juga, terlalu terbuka dan dekat sama banyak pria. Wajar jika mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Andre. Karena tidak semua orang yang dia dekati akan nyaman dengan caranya. Dia akan menemui banyak orang yang seperti Andre yang tidak bisa nyaman dengan sikap wanita seperti Sinta ketika mendekatinya.

"Ya sudah, kamu sabar saja. Namanya juga cowok. Tenangkan saja dirimu. Cowok memang suka begitu suka nggak jelas. Saranku mending jangan gampang baper sama cowok. Anggap biasa saja biar nggak terluka. Lagian, memangnya kalau boleh tau siapa sih cowok yang bikin kamu kesel begini? Anak kelas? Satu jurusan? Atau anak OSIS?" Nina mencoba menasehati Sinta agar dirinya tak terlalu dekat dengan banyak pria di sekolah mereka.

Sinta tak memberikan jawaban apapun atas pertanyaan yang diajukan oleh Nina. Dirinya memilih untuk melamun seorang diri dan tidak lagi menghiraukan keberadaan Nina yang berada di depannya. Ini seolah jadi pertanda kalau Nina harus segera pergi dari sana. Meninggalkan Sinta seorang diri untuk menenangkan dirinya.

"Ya sudah kalau kamu nggak mau cerita. Tenangkan dirimu, ya. Aku pergi dulu," ucap Nina kemudian beranjak pergi meninggalkan Sinta seorang diri di sana. Melamun memikirkan sosok Andre yang membuatnya merana.