"Pembatasan pernikahan?"
Yi Jin yang hendak melesatkan anak panahnya itu terdiam sejenak setelah mendengar laporan Kasim Kang mengenai pembatasan pernikahan yang akan segera diberlangsungkan. Seulas senyuman tersungging di wajah tampannya itu karena dirinya merasa sangat senang dengan kabar tersebut. Dirinya tidak menyangka sang ayah akan segera memberlakukan hal tersebut dalam waktu cepat, padahal baru berselang sekitar tiga minggu ia dan ayahnya membahas masalah itu. Yi Jin lalu melepaskan anak panahnya yang sempat tertahan tadi, dan anak panah tersebut berhasil mengenai bagian kepala sebuah gambar yang menjadi targetnya.
"Lalu, kapan pembatasan itu akan diberlakukan?" tanya Yi Jin sembari mengambil kembali anak panahnya.
"Hamba dengar besok akan segera diberlakukan, Jeoha," jawab Kasim Kang.
"Besok?" Yi Jin melepaskan anak panahnya dan lagi ia kembali mengenai bagian kepala gambar itu. "Berarti tidak lama lagi akan ada pemilihan putri mahkota."
"Sepertinya Anda sangat senang, Jeoha," ujar Kasim Kang yang menyadari rona kebahagiaan pada wajah sang putra mahkota.
"Tentu saja aku senang," Yi Jin mengakhiri kegiatan memanahnya dan berjalan meninggalkan tempat tersebut, "usiaku sudah melewati usia pernikahan, jadi menikah adalah hal yang membahagiakan untukku," sambungnya. "Selain itu, aku sangat berharap jika Chae Yoon-lah yang akan menjadi pendampingku kelak," harapnya dengan suara pelan.
Seulas senyuman terbit di wajah sang putra mahkota ketika kedua manik matanya menangkap sosok ibunya yang sedang berjalan ke arahnya. Segera saja ia mempercepat langkah kakinya untuk menghampiri wanita kesayangannya itu.
"Eomma mama, angin apa yang membawa kalian datang ke sini?" tanya Yi Jin setelah berada di hadapan ibu.
"Aemi datang karena ingin melihatmu memanah. Tapi sepertinya kau sudah selesai, Donggung," jawab Ratu Kim.
Yi Jin menganggukkan kepalanya. "Ye, Eomma mama. Aku baru saja selesai memanahnya," ujarnya. "Tapi jika eomma mama ingin melihatku memanah, aku akan kembali ke sana."
Ratu Kim tertawa kecil mendengar ucapan putra keduanya itu. "Tidak perlu, lebih baik kita menikmati teh bersama saja. Sudah lama juga bukan kita tidak menghabiskan waktu bersama."
"Kalau begitu aku akan berganti pakaianku terlebih dahulu, Eomma mama."
"Geurae, aemi akan menunggumu di gazebo tempat biasa kita minum teh, Donggung."
~"~
Aroma dari teh jeruk yang disiapkan oleh Ratu Kim membuat senyuman Yi Jin mengembang di wajahnya. Pemuda itu sangatlah suka dengan teh jeruk, apalagi jika ibunya yang meraciknya sendiri, karena rasanya menjadi sangat nikmat.
"Teh jeruk buatan eomma mama adalah yang terbaik," puji Yi Jin setelah menyesap minuman tersebut.
Ratu Kim ikut tersenyum setelah mendengar pujian sang anak, walaupun ia sudah sangat sering mendengar pujian tersebut. "Terima kasih pujiannya, Donggung."
"Omong-omong, aku dengar abba mama akan segera memberlakukan pembatasan pernikahan, apa itu benar, Eomma mama?" tanya Yi Jin untuk berbasa-basi.
Ratu Kim mengangguk pelan. "Ne, itu benar donggung. Ayahmu akan segera memberlakukan pembatasan pernikahan. Aemi tidak menyangka jika putra kesayangan aemi akan segera menikah dalam waktu dekat ini."
"Walaupun aku sudah menikah nanti, kita masih berada di bawah atap yang sama, Eomma mama," ujar Yi Jin diakhiri dengan senyuman tipis. Ia mengatakan hal itu karena melihat raut wajah ibunya tiba-tiba bersedih, seolah dirinya akan meninggalkan istana setelah pernikahan nanti.
Ratu Kim terkekeh mendengar ucapan sang anak yang memang benar. "Kau benar, Donggung. Setelah kau menikah nanti kau masih tetap tinggal di sini, jadi aemi masih bisa melihat putra aemi yang tampan ini. Seharusnya aemi bersedih saat Soojin akan menikah nanti."
"Mengenai Soojin, aku tidak melihat anak itu seharian ini. Dia pergi ke suatu tempat?"
Ratu Kim yang hendak menyesap tehnya itu terdiam sejenak lalu akhirnya menyesap tehnya sedikit. Ia menaruh kembali cawan porselen putih itu ke atas meja. "Dia pergi ke kediaman Yi Wook," jawabnya. Yi Wook adalah nama lahir dari putra tertuanya, yakni Pangeran Agung Jaehyang. Wanita itu kehilangan senyumannya setelah Yi Jin membahas keberadaan sang putri.
"Ah dia pergi ke sana rupanya," ujar Yi Jin lalu menyesap tehnya. Atmosfir di gazebo itu seketika berubah dan itu sangat disesali oleh Yi Jin. Mungkin seharusnya ia tidak bertanya mengenai keberadaan adik perempuannya itu.
Keheningan akhirnya menyelimuti gazebo tersebut. Tidak ada lagi percakapan yang dibahas ibu dan anak itu. Keduanya sama-sama terdiam sambil memperhatikan pemandangan di sekitar gazebo.
~"~
Tuan Shin terdiam di ruang kerjanya di istana. Pria itu saat ini sedang memikirkan perihal pembatasan pernikahan yang dibahas oleh sang raja saat pertemuan pagi tadi. Ia begitu cemas karena Yoo Ri pasti menginginkan untuk ikut serta dalam pemilihan tersebut. Sejujurnya, ia tidak ingin putrinya masuk ke istana sebagai anggota kerajaan, karena itulah ia memilih untuk menjodohkan sang anak untuk menghindari hal tersebut. Tapi rupanya, putrinya itu justru bersikukuh menolak perjodohan tersebut dan Kang Tae Oh juga ikut menolaknya, alhasil perjodohan itu akhirnya batal juga.
"Laki-laki yang aku sukai adalah seja jeoha, abeoji."
Itulah yang dikatakan Yoo Ri saat dirinya bertanya untuk kali terakhir siapa laki-laki yang disukai sang anak. Tuan Shin benar-benar tidak menyangka jika laki-laki yang disukai anaknya adalah sang putra mahkota, padahal saat mengetahui Yoo Ri memiliki laki-laki yang disukainya, dirinya sungguh berharap jika laki-laki itu hanyalah seorang pemuda bangsawan biasa.
Tuan Shin menghela napasnya berat.
Alasan pria itu tidak ingin anaknya menjadi anggota istana karena ia tahu betul bagaimana kehidupan di dalam sana. Dua orang tetua di keluarganya pernah menduduki posisi seorang ratu, bahkan seorang lagi berhasil menduduki posisi ibu suri agung, tetapi keduanya tidak memiliki kehidupan yang bahagia. Karena itulah ia tidak menginginkan putrinya menjadi anggota kerajaan. Sebagai seorang ayah dirinya menginginkan putrinya memiliki kehidupan yang bahagia.
"Bolehkah aku berharap pada langit agar tidak mempersatukan takdir putriku dengan istana ini?"
~"~
Berbeda dengan Tuan Shin yang terlihat khawatir perihal pemilihan putri mahkota, di tempat lain namun masih di dalam istana, Tuan Kim Hak Yoon justru terlihat bersemangat setelah mendengar pengumuman dari sang raja. Sejak dulu dirinya memang mempersiapkan sang putri untuk menjadi calon ratu selanjutnya kerajaan ini. Ia juga sangat yakin sang putri bisa mendapatkan takhta itu karena dirinya pasti akan dibantu oleh Ratu Kim.
"Kim Daegam, apa kau akan mendaftarkan putrimu dalam pemilihan nanti?" tanya salah satu rekan Tuan Kim---Menteri Yoo.
"Tentu saja aku akan mendaftarkan putriku ke dalam pemilihan ini," jawab Tuan Kim diakhiri dengan seulas senyuman. "Aku sudah mempersiapkan dia sejak jauh-jauh hari untuk hal ini."
"Kalau begitu, kami akan setia untuk mendukung putrimu, Daegam," ujar Menteri Yoo yang disetujui oleh orang-orang yang ada di sana saat ini.
"Terima kasih, Yoo Daegam. Akan aku pastikan putriku menjadi calon ratu negeri ini selanjutnya."