Zhang Jiangwu terdiam sejenak, seolah sedang berpikir. "Bagaimana cara agar aku bisa mempercayaimu, Nona?"
"Lihat saja kondisiku sekarang ini. Aku tidak bisa melakukan apapun, satu-satunya cara agar aku bisa membuktikan bahwa aku tidak berbohong adalah membawamu menemui mereka semua," jawab Ara, berusaha meyakinkan. Caranya berbicara seolah-olah ia merupakan bagian dari para penyusup itu.
"Bunuh aku jika aku membohongimu, Yang Mulia," ucapnya lagi. 'itupun jika kau mampu,' batinnya lagi.
Mendengar itu, Zhang Jiangwu terdiam sejenak. Dia memikirkan ucapan gadis di hadapannya.
"Kau tahu konsekuensinya jika membohongiku. Jika kau berani melakukannya, bukan hanya kamu, tetapi semua wanita yang berusaha kau selamatkan sebelumnya juga akan menerima akibatnya. Kamu mengerti?"
Ara tercekat, "Hei, ini tidak adil. Kenapa mereka harus ikut menanggungnya? Di sini, aku yang membuat perjanjian kepadamu, bukan yang lain," balas Ara.
Zhang Jiangwu terkekeh, "Melihat responmu, sepertinya kau memang berniat menipuku."
"Tidak, bukan begitu…" balas Ara menggantung.
Salah satu alis Zhang Jiangwu terangkat, "Lalu? Bukankah mudah saja? Kau tidak perlu khawatir jika kau memang benar-benar tidak memiliki niat seperti itu kan?"
"Apa yang kau tunggu?" tambahnya lagi sembari melihat ke arah pria yang memagang besi panas di tangannya.
Seketika Ara panic, "Tidak, berhenti. Jangan mendekat," ucapnya dengan suara keras.
"Jika kau menyakitiku, sudah aku pastikan kalian tidak akan menemukan persembunyian teman-temanku di kerajaan ini," tambah Ara, berpura-pura menjadi bagian dari komplotan penyusup itu.
"Apakah kau sedang meremehkanku, Nona?"
"Aku penasaran, bagaimana perasaan teman-temanmu jika mendengar kabar bahwa kau akan dihukum mati di istana kerajaan," ucapnya lagi, mencoba memancing gadis itu.
Ara tersenyum, "Apakah kau kira mereka akan peduli terhadapku? Apakah kau pikir mereka akan datang dan menolongku? Jangan naif Yang Mulia. Mereka tidak akan melakukan sesuatu yang akan mengungkapkan identitas mereka," ucap Ara. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa masuk ke dalam perangkap omongannya sendiri? Ia tidak pernah menduga bahwa putra mahkota juga akan menggunakan para budak-budak itu.
Saat ini ia tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan rencananya. Sebab ia jujur pun tetap akan mendapatkan hasil yang sama. Ketika ia mengatakan bahwa ia adalah pelayan di kediaman keluarga Bai, ia juga akan di hukum mati. Jadi ia lebih baik menyembunyikan identitas aslinya, dan memilih untuk tetap melanjutkan rencananya.
Zhang Jiangwu terdiam mendengar ucapan wanita itu. Samar-samar, Ara memperhatikan perubahan ekspresi pada raut wajah pria di hadapannya. Ia berharap bahwa putra mahkota akan mempercayai ucapannya, dan dengan begitu ia memiliki peluang untuk kabur dan menyelamatkan diri. Perihal budak-budak wanita itu, ia akan memikirkan solusinya nanti. Hal yang paling penting sekarang adalah keselamatan dirinya.
Bagaimana ia bisa menyelamatkan orang lain jika ia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri?
"Bagaimana yang mulia? Aku bisa membantumu menemukan keberadaan mereka. Jika kau mengurungku di sini, kau tidak aka mendapatkan apa-apa dariku," ucap Ara lagi.
Zhang Jiangwu masih terdiam, ia menatap gadis itu tanpa berkedip, berusaha memberikan aura mengintimidasi namun sayangnya, gadis di hadapannya malah terlihat baik-baik saja dan tidak takut apapun.
"Hmm, baiklah. Aku memperingatkanmu sekali lagi. Aku bukanlah seseorang yang bisa kau perlakukan seenaknya, Nona. Jadi aku harap kau sudah memikirkan konsekuensinya," ucap Zhang Jiangwu setelah terdiam beberpa menit, Ia sudah mempertimbangkan segala sesuatu. Jika gadis itu berbohong kepadanya, maka ia hanya perlu membunuhnya, jika gadis itu berkata jujur, maka ia akan menemukan para penyusup lainnya.
Ia tidak akan mengalami kerugian apapun.
"Siapkan beberapa orang segera," perintah Zhang Jiangwu kepada penjaga tersbut.
"Siapkah kuda juga untukku," tambahnya lagi.
"Baik, Yang Mulia."
Xiao Ara merasa senang mendengar itu. Meski begitu, ekspresi wajahnya tidak menunjukkan apapun.
"Jika kau benar-benar ingin menangkap mereka, aku memberimu saran untuk tidak mengenakan pakaianmu seperti ini. Aku takut, sebelum mencapai tempat mereka, mereka sudah kabur karena mengetahui kedatanganmu, Yang Mulia," ucap Ara.
"Sebaiknya kau menggunakan pakaian seperti rakyat biasa," tambahnya lagi.
"Apakah kau sedang mempermainkanku?" balas Zhang Jiangwu segera bangkit dari posisinya.
Ara mengangkat kedua bahunya, "Itu terserah Anda, aku hanya memberikan sedikti saran. Jika kau tidak ingin mendengarkan ucapanku, maka itu terserah Anda, tidak masalah bagiku."
Zhang Jiangwu mendengus tidak suka mendengar itu. Ia mengibaskan jubahnya dengan kasar lalu berbalik dan meninggalkan ruangan.
Melihat sosok pria itu menghilang di balik pintu, Ara menghela napas dalam-dalam.
"Aku tidak pernah menyangka bisa menjadi penipu yang handal di kehidupan ini," gumamnya terdengar sedikit lelah.
Berselang beberapa puluh menit kemudian, beberapa pria memasuki ruangan dan membawanya keluar. Ara tidak protes dan hanya mematuhi mereka.
Ternyata sudah ada banyak prajurit yang berbaris di luar bangunan penjara. Bukan hanya prajurit, tapi keenam bangsawan lainnya juga ada di sana. Dan hal tak terduga memasuki pandangan Ara.
Semua pria itu mengenakan pakaian yang sangat sederhana, layaknya rakyat biasa pada umumnya. Jika dilihat sekilas, siapapun tidak akan percaya bahwa mereka berasal dari keluarga bangsawan.
"Ayo berangkat," kata Zhang Jiangwu.
"Dia akan bersamaku," ucapnya lagi sembari menunjuk ke arah Ara.
"Tapi, Yang Mulia. Bagaimana jika…" ucapan Bai Jun terhenti ketika melihat Zhang Jiangwu mengangkat tangannya sebagai isyarat untuk tidak mengatakan apa-apa.
"Dia akan memimpin jalan, biarkan dia bersamaku," ucap Zhang Jiangwu tegas.
Feng Ming, Bai Jun, Xue Yen, Yue Ahn, Wang Xiumin, Hao Chu saling melirik satu sama lain. Ke enam pria yang selalu berada di sisi putra mahkota itu hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ara mendekat ke arah putra mahkota, pandangannya menunduk. Dia adalah satu-satunya wanita yang ada di tempat itu.
"Jika kau berani membohongi Yang Mulia putra mahkota, maka aku adalah orang pertama yang akan membunuhmu," kata Bai Jun ketika Ara lewat di hadapannya.
Gadis itu tidak merespon, dan hanya diam.
"Naiklah, Nona," kata Zhang Jiangwu kepada Ara.
Ara hanya mengangguk lalu naik ke atas kuda, kemudian Zhang Jiangwu ikut melakukan hal yang sama. Disusul yang lainnya.
Mereka kemudian meninggalkan istana kerajaan, bergerak di Ibu Kota kerajaan dengan penampilan seperti itu, menimbulkan banyak pertanyaan di benak semua orang.