"In life, unlike chess the game continues after checkmate"- isaac asimov
Sudah 3 bulan semenjak kasus pembunuhan berantai dan pembunuhan Chef Park. Setelah itu tidak ada kasus yang special bagiku. Kasus yang pada umumnya terjadi di masyarakat, seperti: pencurian sepeda motor, kekerasan rumah tangga, tawuran pelajar-- sungguh tidak menarik.
"Kau sudah makan siang?" Tanyaku pada Mark.
"Belum"
"Ayo makan diluar, makanan di kantor hambar semua."
"Kemana?"
"Aku tau tempat yang makanannya sangat enak."
Hari ini kami bebas kerja karena tidak ada kasus serius yang bisa diselesaikan oleh team khusus, Jadi waktu luang ini aku manfaatkan untuk keluar makan siang bersama team.
"Pesan semua yang kalian mau, aku yang traktir." kataku.
"Tumben kau baik, biasanya soal makanan kau lumayan pelit." sindir Mark.
"Aku dapat bonus dari kasus sebelumnya, sampai sekarang belum kugunakan," kataku sambil berbisik.
"Kenapa kau berbisik?" Tanya Hyung sik
"Tidak ada, pesan semua makanan yang enak dan jangan lupa pesan beberapa bir."
"Bagaimana kalau kita main game? Yang kalah akan kena hukuman!" Saran Bok Chul
"Ayolah, kita makan saja, permainan atau apalah itu, tidak usah!" Kataku.
"Kau pasti takut kalah!" Sindir Mark.
"Hah! Aku yang terbaik dalam semua permainan ini, akan kuperlihatkan kemampuanku, ayo lakukan!"
"Oke!"
Case!
Pesan singkat baru saja kuterima dari komisaris. Sepertinya makanan kami sudah ada.
"Case" kataku pada yang lain. Mereka berhenti bercanda.
"Kali ini kasus apa?"tanya Mark.
"Team tiga yang akan menjelaskan."
"kasus penculikan, tapi bukan penculikan biasa, kami rasa korban sudah menghilang selama 2 minggu. Keluarga korban bilang kalau anak mereka tidur dirumah temannya. Dia sering menginap disana" kata ketua team tiga menjelaskan.
"Keluarga korban tau dimana rumah teman anaknya itu?"
"Itu masalahnya, keluarga korban tidak pernah pergi ke rumah teman anaknya, tapi anaknya selalu meninggalkan setiap alamat rumah temannya di rak buku. Terakhir dia meninggalkan alamat rumah ini. ketika kami mencarinya, rumah itu kosong. Ketika kami mencari nama temannya itu, namanya tidak terdaftar dinegara ini, ada kemungkinan dia menggunakan identitas palsu."
"Kau yakin itu nama temannya?"
"Orang tua korban bilang begitu."
"Apa mereka masih menyimpan semua alamat rumah temannya?"
"Iya, semuanya ada pada orang tuanya."
"Kau sudah mencoba menyelidiki semua temannya?"
"Belum."
"Baiklah, kasus ini sekarang ada ditangan kami dan kami akan melanjutkan penyelidikan, kami juga membutuhkan bantuan dari kalian."
"Kami akan senang membantu."
"Terimakasih-- baiklah, pertama kita temui orang tua korban dan meminta
semua data yang kita butuhkan."
Kami pergi menemui orang tua korban dan meminta sedikit keterangan, meskipun sebelumnya telah dilakukan oleh team tiga. karena jika bukan aku yang menanyakannya, aku tidak akan mendapatkan apa-apa.
"Permisi, kami dari kepolisian ingin meminta beberapa keterangan dari anda, bisakah saya minta waktu anda sebentar?"
"Saya sudah memberikan keterangan sebelumnya." Jawab sang suami.
"Saya minta maaf, tapi saya masih memerlukan beberapa keterangan dari anda. Tidak masalah jika kalian tidak menginginkannya, kalau begitu kami pamit dulu."
"Tunggu! Saya akan memberikan keterangan."
"Anak saya jarang dirumah, dia selalu pergi kerumah temannya dan bahkan kadang menginap dirumah temannya itu. Dia anak kami satu-satunya. Saya merasa bersalah karena membiarkan anak kami merasakan kesepian. Jadi saya membiarkan dia menginap dirumah temannya tanpa memberi batasan." jelas ayah korban.
"Karena kami sering keluar kota, jadi kami memberinya izin untuk tidur di tempat temannya, dari pada dia merasa kesepian." Tambah ibunda korban.
"Apakah anda kenal dengan semua teman anak anda?"
"Saya tidak terlalu mengenalnya, tapi saya menyimpan semua alamat temannya itu."
"Ada beberapa temannya yang dia perkenalkan kepada saya ketika saya berada dirumah." kata ibunda korban.
"Apakah anda mengingat semua wajahnya nyonya?"
"Saya tidak terlalu ingat, tapi saya akan mengingatnya jika diberi gambaran."
"Ini adalah foto teman sekelas korban, coba anda perhatikan dengan seksama, jika ada yang anda kenali, tandai dengan pena-- ini dia."
"Saya mengenali anak ini." katanya sambil menandainya.
"Apa anda mengenalnya?"
"Iya, saya cukup mengenalnya dengan baik, dia anak yang ramah dan selalu membantu anak saya."
"Apa anda menaruh curiga padanya?"
"Tidak, saya cukup tau dia orang yang baik."
"Apa ada lagi yang anda kenali?"
"Saya mengingatnya, tapi dia tidak ada di foto ini."
"Anda mengingatnya?"
"Iya.."
"Bagaimana penampilannya?"
"Dia seusia dengan anak saya, tapi suaranya sedikit berat dan serak."
Aku sedikit curiga dengan ciri-ciri anak itu. Dengan sengaja aku memberikan beberapa data buronan kepada kedua orang tua korban tanpa mereka ketahui itu data apa.
"Bagaimana dengan foto yang ada di data ini?" Tanyaku.
Dia membalikkan tiap-tiap lembaran dengan memperhatikan setiap foto dengan seksama, sampai dia berhenti pada satu halaman.
"Tunggu, sepertinya saya mengenalnya." kata ibunda korban.
Jark Parker, usia 58 tahun.
kasusnya: perampokan, penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
"Anda yakin dia orangnya?" Tanyaku.
"Ya, saya yakin. Hanya saja teman anak saya itu tidak memiliki bekas luka diwajahnya, dia juga tidak punya keriput di daerah matanya."
"Bagaimana dengan tubuhnya yang lain?"
"Jalannya sedikit pincang, kaki kirinya pincang"
"Anda tau penyebabnya?"
"ketika saya bertanya, dia hanya mengatakan kalau dia cacat dari lahir."
"Bagaimana dia mengenal anak anda?"
"Saya tidak tau, tapi sepertinya anak saya juga baru kenal dengannya."
"Terimakasih atas waktu yang anda luangkan. Data yang anda berikan akan sangat membantu saya. Mengenai alamat rumah teman anak anda sebaiknya anda simpan saja, saya tidak membutuhkannya. Kalau begitu saya pamit dulu."
"Sekarang kita kemana?" Tanya Hyung Sik
"Kantor, kita akan rapat dengan team tiga" jawab Bok Chil.
"Baiklah semuanya. Kita akan rapat sekarang, undang team tiga sekalian!" Tegasku yang baru saja sampai dikantor dan langsung menuju ruang diskusi.
"Aku sudah mendapatkan data penting yang kita butuhkan."
Aku menampilkan data tersangka utama dilayar monitor. Data tersebut berhasil membuat sedikit keributan di dalam ruangan.
"Aku yakin kalian tidak percaya dengan data yang saya tampilkan, tapi kasus kali ini berhubungan dengan buronan."
"Bagaimana bisa? Dia buronan yang tidak pernah ada!" Kata salah satu anggota rapat.
"Aku yakin kalian akan berkata seperti itu, tapi buronan ini beneran ada, dia masih hidup, hanya saja lokasinya sulit untuk kita temukan."
"Kita sudah mencoba untuk mencarinya, sudah tiga bulan tapi tidak ada hasil, keberadaannya sulit ditemukan, bahkan sudah dengan bantuan alat sekalipun" protes yang lain.
"Aku rasa kita bisa melacak lokasinya!" Kata Mark.
"Bagaimana bisa?" Tanya yang lainnya.
"Karena lokasinya tidak teracak, bahkan tidak ada seorangpun yang mengenalinya. Ada kemungkinan dia menyamar menjadi orang lain. Ada banyak cctv di setiap kota. Periksa semua cctv yang ada dan tandai mereka yang bertingkah mencurigakan. Karena kita tidak bisa menemukan kediamannya, ada kemungkinan dia tidur dimana saja. Dia orang yang hidup bebas, dan tidak memiliki tujuan pasti. Ia hidup dengan malakukan semua yang dia mau." Kataku.
"Bagaimana cara menemukannya? Masyarakat di kota ini sangat banyak!, yang bertingkah mencurigakan? Bahkan semua orang terlihat mencurigakan!"
"Itu tidak sulit, dia memiliki cacat di kaki kirinya, jalannya pincang. Temukan orang yang memiliki cacat di kaki kiri, aku juga menyarankan kalian agar mencari di setiap sauna. Banyak gelandangan tidur di sauna dengan gratis."
"Kita mulai dari wilayah di sekitar rumah korban, pasti ada cctv yang menangkap keberadaannya, dan juga sauna disekitar wilayah itu, sekian rapat kita. Aku sangat mengharapkan kerjasama dari kalian. Baiklah, kita bisa bergerak sekarang." Lanjutku.
Aku dan team ku bergerak mencari keberadaan buronan. Setidaknya dia memiliki seseorang yang dia percayai untuk bertahan hidup. Sedangkan team tiga memeriksa cctv yang ada.
Kasus ini berharap banyak dengan hasil cctv.
Tujuan pertamaku adalah sauna. Aku yakin ada pemilik sauna yang mengenalinya.
Sudah tiga belas sauna yang aku singgahi tapi tidak ada yang mengenalnya. Dan kali ini adalah sauna ke empat belas.
Aku menemui pemilik dan menanyakan beberapa pertanyaan. Akhirnya aku mendapatkan sedikit petunjuk, sauna ini adalah langganan buronan.
"Dia sering tidur disini, aku heran kenapa hampir setiap hari dia tidur di sauna padahal dia kelihatan seperti orang kaya, dia tidak kelihatan seperti gelandangan. Dia sesekali juga menggunakan jaz, kadang bekas luka diwajahnya juga hilang." Kata pemilik sauna.
"Apakah anda tau dimana dia bekerja?"
"Saya tidak berani bertanya, karena dari parasnya dia bukan orang yang baik."
"Dia masih sering mampir kesini?"
"Tidak, sudah dua minggu dia tidak datang, dia itu pembawa sial, semenjak dia tidak kesini lagi, saunaku ramai pengunjung. Aku harap dia tidak akan kembali lagi."
"Saya sangat berharap bantuan dari anda, jika dia datang berkunjung, hubungi nomor ini-- terimakasih." kataku dan pergi meninggalkan sauna.
"Kita sudah dapat petunjuk, dua dari kalian akan berjaga si sekitar sauna, ada kemungkinan dia akan datang untuk istirahat. Jangan tinggalkan daerah ini sampai kalian mendapatkan aba-aba dariku."
"Bagaimana dengan ku?" Tanga Mark.
"Mark, kau ikut dengan ku, kita akan membantu team tiga dan yang lain. Sebelumnya temui teman dekat korban, tanyakan semua yang kita butuhkan, kita akan bertemu lagi nanti malam."
"Baiklah.."
Team ku menyebar bergerak pada tugasnya masing-masing. Sedangkan aku dan Mark pergi ke distrik di daerah Gangnam untuk meminta izin memeriksa cctv yang ada di wilayah itu.
"Mark, periksa cctv yang ada di sekitar pasar, kebanyakan penjahat lebih suka tempat yang ramai untuk menyamar."
"Kau?"
"Aku akan mengurus sisanya."
"Baiklah, aku akan pergi dulu."
"Kita akan bertemu 2 jam lagi."
Sudah 90 menit aku memeriksa setiap supermarket dan pusat perbelanjaan, tapi tidak menemukan keberadaan Jark Parker. Berbakat dalam melarikan diri! Benar! Melarikan diri adalah keahliannya.