" Saya akan periksa dulu. " kata Dokter Rizal lalu menggunakan stetoskopnya memeriksa tubuh Arul yang masih gemetaran
"Secara fisik kondisinya normal tapi mungkin batinnya sedang tertekan sehingga tekanan darahnya menjadi drop. dan saya akan memasang infus untuk memberikannya vitamin. "
" Apa kak Arul harus menjalani rawat inap dok ?"
" Tidak perlu. hanya menghabiskan 1 botol infus saja insha Allah kondisinya akan membaik. Dia hanya perlu istirahat aja kok. " kata Dokter Rizal menjelaskan.
" Oh..ya Ris, tolong bantu Dia meringankan beban dihatinya. saya pikir Arul ada msalah yang sulit untuk dipecahkan sehingga kondisinya depresi ringn seperti ini. " kata Dr. Rizal sebelum pergi meninggalkan mereka.
Risya memang merasa aneh melihat tingkah Arul hari ini. ada yang coba dia sembunyikan dari aku sepertinya walaupun dia terlihat baik-baik saja. apa ini ada hubungnnya sama papah." pikir Risya. Tapi Risya juga tidak ingin memaksa kekasihnya.
Risya hanya melihat kekasihnya dengan mata penuh cinta. Dia mencium kening Arul, mata , hidung dan pipi Arul dengan lembut. dan membisikan ditelinganya. " aku sayang kamu, aku cinta kamu, I love you."
Hati Arul bergetar hebat mendengar bisikan Risya ditelinganya. namun dia nggak mampu menatap mata Risya. Dia takut, dia takut kekasihnya dapat membaca apa yang ada di hatinya lewat matanya. tapi hatinya menjadi sesak menahan semua itu.
" Sayang...aku tau kamu sedang ada masalah. maukah kamu berbagi beban denganku? berbagi susah dan senang bersamaku? " tanya Risya lembut.
Arul berusaha menguatkan hatinya, berusaha untuk tidak menangis. namun membuat dadanya serasa akan meledak karenanya. Arul mencoba menenangkan dirinya. lalu membuka matanya perlahan. Dia tersenyum pada Risya, menyentuh pipi kanan Risya dengan lembut.
" sebentar lagi kamu pulang sayang. kamu siap-siap sana. " kata Arul lembut.
" aku akan nunggu kamu sampe sehat. aku nggak akan ninggalin kamu. " kata Risya sambil terus memegang tangan Arul dan mengecupnya lembut.
" kamu tidak ingin berbagi bebanmu denganku kak? "
" sayang aku bukan nggak mau berbagi denganmu. beri aku waktu ya. sampe aku siap mengatakannya. " kata Arul mencoba menenangkan Risya.
Risya tersenyum manis sekali. Dia tau kekasihnya sedang ada masalah berat jadi dia tak ingin menambah masalah lagi dengan memaksanya bercerita.
" Pulanglah..bel sudah berbunyi. papah kamu pasti nungguin kamu. " kata Arul
" Tapi kak..."
" Aku nggak papa kok sayang. sampaikan salamku buat papah kamu. maaf aku nggak bisa menemuinya. "
" aku nunggu sebentar lagi ya? please sampe infus kamu habis aku baru pulang. please jangan usir aku ya. " kata Risya manja.
Arul jadi gemes ngeliatnya. Dia lalu menyambar pinggang Risya agar lebih dekat dengannya hingga mereka sangat dekat. dan bibir mereka bersentuhan. namun hanya sesaat lalu Arul menyadari bahwa dia tidak boleh lagi memperlakukan Risya seperti ini. Jika mereka akan berpisah.
Risya merasa sangat heran melihat sikap dingin kekasihnya itu. Risya lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Arul. tapi Arul melepaskan tangannya dan mengecup kedua tangan Risya. kali ini Arul benar-benar tidak ingin bermesraan dengan Risya. bukan karena tidak ingin sebenarnya, hanya saja Dia masih merasa sangat resah dengan hubungan mereka ke depannya. Arul tidak ingin menyentuh Risya lagi karena tidak ingin menyakiti gadis itu lagi.
" Kak...kamu membuat aku khawatir. Ada apa sebenarnya ? " tanya Risya mulai tidak sabar menunggu Arul menjelaskan apa yang terjadi.
Arul menghela nafas berat. menata hatinya, berusaha menceritakan kejadian tadi pagi. namun suaranya tercekat di tenggorokan. Beruntung Dr. Rizal datang. Mengecek kondisi Arul lalu melepas selang infusnya.
" Kamu bisa kerja kembali Rul. tekanan darahmu juga sudah normal." kata Dr. Rizal
" makasih Dokter " kata Arul dan Risya bebarengan.
" kami pamit dulu dokter. " kata Risya ramah
" kak, jangan dipikir sendiri. nanti kamu sakit. aku akan temani kamu jika kamu mau cerita. "
" Besok saja ya sayang. aku harus kerja dulu. nggak enak sama yang lain." jawab Arul.
" Ya sudah. aku pulang dulu ya ka. cepet sehat ya." kata Risya lalu meraih tangan Arul dan mengecup punggung tangan Arul.
" kak...Aku sangat mencintaimu. " kata Risya sebelum pergi meninggalkan Arul. Arul hanya terpaku, hatinya mulai gelisah memikirkan cintanya yang mungkin tidak akan direstui oleh ayah Risya.
*******
Risya sampe di Mess jam 19.00. dan langsung disambut oleh Papah dan mas Darma.
" papah..." Risya langsung memeluk pak Suharso manja.
" Risya...kamu darimana aja kok baru pulang si?? apa ada masalah di kerjaan? "
" Enggak sih pak. cuma tadi aku nemenin kak Arul ke klinik dia sakit hampir aja pingsan tadi. "
" Arul sakit Ris? sakit apa dia? " tanya mas Darma khawatir
" Darahnya rendah banget mas cuma 80/60. kata Dokter Rizal itu karena dia kurang istirahat dan banyak pikir. tapi aku tanya dia nggak mau cerita mas. kayaknya lagi ada masalah berat deh. "
" Ya kamu tanya. tapi pelan-pelan aja tanyanya. nanti kalo sudah siap cerita dia pasti akan cerita kok. " mas Darma berusaha menghibur Risya.
Pak Suharso sebenarnya tidak senang dengan pembicaraan anak-anaknya tentang Arul. Masih teringat perdebatan tadi pagi dengan Arul. sebel banget denger nama anak itu disebut. tapi Dia tetap berpura-pura tidak tahu apa-apa.seperti saran Hendro supaya Risya juga tidak marah.
" Siapa Arul ? " tanya pak Suharso
" Pacar Risya Pah. Dia orangnya lumayan ganteng sih pah, baik juga dan Dia juga perhatian sama Risya." kata Darma mencoba menjelaskan pada papahnya karakter dan peniliannya tentang pacar adiknya.
" Pacar ? Risya udah punya pacar ? " tanya pak Harso sambil melihat anak gadisnya penuh selidik. tatapan mata pak Harso seolah mengintimidasi Risya dan menuntut penjelasan dari anak gadisnya
Ditatap seperti itu Risya jadi takut. Dia tidsk berani menjawab pertanyaan pak Suharso namun dia masih mengangguk mengiyakan pertanyaan pak Suharso barusan.
" Kamu serius Risya ? " tanya pak harso pada Risya.
" I..iya pah. a...a..aku..se..serius sama Dia. " jawab Risya dengan terbata-bata.
" Seperti apa orangnya? "
" Dia baik, perhatian dan tanggung jawab. Dia juga ingin secepatnya menikahiku pah. " kata Risya dengan sangat takut. Risya tau kalo papahnya itu sangat galak, apalagi ini mengenai calon suami putri satu-satunya. pemilihan " bebet, bibit dan bobot " bener-bener menjadi prioritas utamanya. Dia sangat tidak mau anak gadisnya hidup menderita.
" AAPAA ????" Menikah ?? nggak....nggak...nggak...kamu nggak boleh menikah dulu. umur kamu baru 19, masa depan kamu masih panjang. kamu nggak boleh nikah dulu. " kata pak Suharso semakin galak.
" Tapi....pah..."
" kalo kamu mau menikah dengan pemuda itu. kamu tidak akan mendapat restu papah "