webnovel

Sleeping Sweet.

Anna lagi lagi tidak berdaya, selalu berakhir dengan kunkungan Nathan, dan ini adalah keberuntungan beruntun yang di berikan laki laki itu padanya, orang lain mungkin saja sudah tidak punya kaki apalagi tidak bisa menjadi merasakan lagi bantal empuk serta selimut hangat yang sedang Anna rasakan kini.

sama seperti sebelumnya, Nathan mengunci diri bersama Anna di kamar, pengawal yang terkapar di depan kandang, sedang tertidur pulas dan tidak bisa di ganggu gugat meski Nathan yang membangunkan. Wanita tidak biasa ini bukan lagi harus di percayakan pada pengawal, membayangkan dirinya saja dua kali terkena tipu daya anna., membuat Nathan mengusap wajah beberapa kali.

Terpaksa juga dia bawa ke kamar, malas sekali harus menunggu wanita ini sadar di kandang anjing.

Anna bangun, mengedarkan pandangan lalu atensinya menangkap presensi pria menatap tajam di kursi dekat jendela, berujung dengan dia yang kini bersandar lalu melawan tatapan psikopat.

Sepuluh menit berlalu, hanya hening saling bertukar dengan pikiran masing masing, begitupun dengan Nathan, menopang kepala dengan tangannya lalu mempertayakan, seberapa pantas wanita ini mendapat pengampunan yang bukan style nya, begitupun dengan Anna, kepalanya terlalu berat dengan bisikan yang terus mengatakan, aku harus bagaimana?

Butuh belasan menit untuk mereka menenangkan emosi masing masing dengan salinng menenggelamkan diri pada tatapan jarak jauh ini. Setenang mungkin, agar tidak ada namanya berontakan atau tipu daya lagi. Tidak ada yang bicara dan tidak ada yang mau memulai, Anna bingung begitupum nathan memikirkan harus dari mana memulai.

"Nama?" Tanya Nathan kini, hanya saja tidak ada jawaban, terpaksa dia menghampiri dan duduk di sisi ranjang, Anna masih saja santai bahkan ketika Nathan mengeluarkan pisau dari laci.

"Nama!" Tekan Nathan menempelkan mata pisau pada leher Anna kini.

"Tsuyoi sentoki." Jawab Anna.

"Keturunan jepang?" Tanyanya lagi, nathan sedang merutuk dirinya sendiri saat ini, sejak kapan pertanyaan tidak penting terlontar dari mulutnya. Lalu yang lebih parahnya, Anna hanya mengacungkan kedua lengan terikat di wajah Nathan dengan bibir melekuk ke bawah, apa dia tidak semenyeramkan dulu? wanita ini mengira dia sedang bermain main.

"Jawab saja!" tekan nathan, ujung pisau mulai menyobek kulit leher Anna, setetes warna merah kini membasahi pisau haus darah. Saling menekan dengan tatapan dan "oh shit!" Tentu Nathan kalah, sedalam apapun dia menekan pisaunya, wanita ini tidak akan bicara sebelum kemauannya terwujud.

Nathan memotong tali di lengan, dan Annaa terkekeh senang penuh kemenangan. Begitupun Nathan kelepasan mengeluarkan smirk melihat ekpressi Anna.

"Keturunan Yunani." Jawab Annaa.

"Seperti nama jepang, ibu mu orang yunani?" Tanya Nathann, ini kedua kalinya dia merutuk, mengapa tidak langsung pada inti pembicaraan dan malah ingin berlama lama mengobrol.

Anna tidak lagi menjawab, dia mengangkat lengannya pada sebuah lemari tempat penyimpanan obat P3K.

"Ambilkan, tolong." Pintanya, Anna tidak bisa pergi dengan kaki yang tertutup selimut lalu di duduki nathan.

"Kau menyuruhku?" Tanya nathan menunjuk dirinya dengan pisau.

"Aku meminta tolong." Ucap Anna.

"kau menguras pertanyaan, maka aku hanya menguras tenagamu sedikit, memberi dan menerima" lanjut Anna, nathan mendengus kesal untuk mangsa satu ini, jujur saja dia menjadi lembek hanya karna Anna sedikit berbeda dengan para korban lainnya, sebuah keterpaksaan lainnya dia bawa kotak obat, lalu memberikannya pada Anna.

"Keturunan jepang juga." Tambah Anna.

"Eish!" Nathan berdecak, jadi mana yang benar, Yunani atau jepang, si kepala plontos yang saat ini di kurung olehnya tidak masuk dalam kategori orang luar negri.

"Sudah ku bilang dia pelayan, ibuku Jepang dan Ayah Yunani." Nathan hanya mengangguk, meski bertanya kenapa seorang pelayan menjualnya dan si majikan jadi tidak berdaya, tapi jawaban Anna sungguh tidak memuaskan.

"Dia melarikan diri dari tugas" Annaa menyibakan selimut dan membenarkan sandaran ranjangnya, mengobati beberapa goresan di betis, lutut dan paha.

"Keturunannya akan di kutuk dalam kesengsaraan karena berkhianat." Jelas Annaa, Nathan melempar pisaunya kini masuk ke bawah lemari, tidak di perlukan lagi, mungkin.

"Jadi kau cenayang?" Itu inti pembicaraan nathan yang ingin di lontarkan saat pertama bertemu dengan Anna, sama tidak pentingnya namun menjadi priotas karena rasa penasaran yang menyiksa.

"Aku iblis, sama sepertimu." Jawab Anna mengambil ponsel nathan yang tengah berada di atas nakas, bercermin di sana untuk melihat luka di bibir dan leher yang baru saja nathan torehkan.

"Ah begitu, terdampar di indonesia?" Tanya Nathan, Anna masib berkutat pada layar gelap, mencari penerangan lalu prak, nathanan merebut ponselnya, melempar ke sembarang arah, dan dia mengambil alih pengobatan sederhana ini, membubuhkan obat merah pada leher Anna.

"Ya, semua iblis terdampar dan berkumpul di sini." Jawab Anna, Nathann menggeser duduknya agar bisa lebih dekat melihat Luka yang dia perbuat, ini juga pertama kalinya, bagai lelucon, seperti harimau yang sedang menempelkan plester pada daging mentah siap santap.

"Bisakah kau bercerita saja di banding hanya menjawab pertanyaan yang ku lontarkan." Ucap nathan, setelah menempelkan plester, kini menarik dagu Anna agar dia yang mendekat. Saling bertemu tatap lagi hingga tanpa sadar nathan memajukan kepalanya, sepersekian detik kemudian berhenti lalu memalingkan wajah.. jangan sampai tragedi sama terulang kembali.

"Lepaskan aku." Pinta anna, kabur kaburan hanya akan membuang banyak tenaga, dan dia tahu nathan akan selalu mendapatkannya kembali, sejenak ada keheningan, begitupun dengan pergerakan nathanan diam membatu.

"Ku bantu kau beserta bisnismu 3x, setelah itu biarkan aku." Jelas Anna, bagaimana bisa nathan membiarkannya pergi ketika lautan pertanyaan tidak kunjung surut juga.

"Bagaimana caranya?" Tanya nathan. Anna mengacungkankan lengan, menggerakan jari jemari untuk menghipnotus nathan dengan pergerakan lengannya di udara.

"Aku bisa melihat apa yang orang ingat atau lihat dengan sentuhan pada tubuhnya." Nathan terkekeh kecut, Semakin lama, bualan anna semakin tidak asik di dengar.

"Mau coba?" Anna mengerakan jarinya, dia meminta nathan fokus tentang apa yang akan di ingatnya saat ini.

"ah, jangan soal pembunuhan, perutku mual." Tambahnya, nathan tidak memberikan ekpressi apapun, dia serius dan jika Annaa berbohong, tidak ada lagi namanya segan atau ampunan.

Anna mengusap Rahang nathan yang sedang menatapnya, sengatan kecil membuat dia duduk tegap, fokus menerobos mata nathan dan melihat apa yang dia lihat. Hanya pisau, pukulan, jeritan lalu cambuk.

"Apa?" Tanya nathan.

Annaa diam, meringis menekan perut yang terasa di aduk.

"Ish, ku bilang jangan pembunuhan." Protes Anna. tidak ada yang asik, semua tentang nathan hanya basah penuh peluh penderitaan.

"Kata ibumu kau sudah tumbuh dengan baik." Ucap anna kesal, nathan tercekat berdiri, begitpun Anna mendadak merapatkan bibir, baru saja lelaki itu memikirkan tentang ucapan ibunya dengan berkata 'kau harus tumbuh dengan baik, ibu akan selalu memperhatikan'

Pas sekali sampai Sangat berhasil membuat keduanya diam.

Nathan menarik kerah Anna merematnya kuat.

"Katakan semuanya!" Tekan nathan, Irisnya berkaca kaca, dengan raut wajah mendadak semrawut.

"A-aku juga bisa berkomunikasi dengan orang mati." Jawab anna tidak yakin.

"K-kau, bertemu ibu-ku?" Lirih Nathan, Anna mengangguk, Baru saja terlihat seulas senyum ibu nathan, hanya saja dia memutuskan komunikasi empath yang terjadi antara dunia nyata dan paralel, karna itu bisa membuatnya dalam bahaya.

Nathan berpindah memegang kedua pipi Annaa dan menatapnya lebih dalam.

"lakukan lagi, beritahu aku apa yang dia katakan!" Pinta nathan, ada rindu menyesakan yang pria ini hantarkan pada anna.

Anna juga langsung tercekat berdiri, mencoba menepis tangan nathan agar tidak terjadi yang namanya kontok mata.

"Hanya bisa satu kali pada satu jiwa." Jelas Anna bohong, ini tidak benar, Nathan tidak akan melepaskannya jika tahu anna bisa membuatnya terhubung dengan ibunya.

"Jangan bhong."lirih Nathan, mana ada monster yang bisa menangis hanya karena mendengar kata ibu? Nathan gagal!

"Ku lepas, akan ku lepaskan kau, ku terima kesepakatannya." Lontar nathan terburu buru, dia menekan kedua bahu Anna kini.

"Tolongg..." tambahnya.

"Aku tidak bisa." Kukuh Anna, itu bisa mengundang beberapa iblis penjaga gerbang datang kemari.

Kriet

Pintu kamar terbuka, menghadirkan presensi lain yang memasuki kamar, crystal dan alam masuk, mereka terkejut melihat pipi kakaknya basah, tapi nathan tidak menghiraukan mereka berdua, Fokus pada cenayang yang memberinya sebuah harap.

"Aku tahu kau bohong anna, ku berikan semua uangku, aku tidak akan menyakitimu, biarkan aku bicara dengannya hm? Sekali saja, haruskah aku memohon padamu." Desak nathan lagi.

To Be Continued...