webnovel

Terpaksa Menikah

Pernikahan Kedua

Bab 3

Terpaksa Menikah

***

Alesha berdiri di depan cermin dengan balutan gaun putih yang membuatnya tampak begitu cantik. Namun, hatinya menangis. Entah ada apa dengan sang mama yang terus memintanya untuk menikah dengan Excel.

Walau sang mama sudah tahu benar bagaimana Excel telah mengkhianati Alesha. Gadis itu tak punya pilihan setelah ancaman dari sang mama yang akan bunuh diri karena malu jika sampai pernikahan itu gagal.

***

Alesha yang masih berada di kamar tak bisa lagi menahan rasa sakit hatinya. Ia meraih ponsel dan menghubungi Abizar. Gadis itu tak bisa meminta tolong pada orang yang dikenalnya, hanya Abizar yang bisa membawa dan menyelamatkan hidupnya.

Pertemuannya dengan Abizar seminggu lalu saat mengambil ponsel membuatnya memiliki nomor ponsel Abizar untuk berlangganan taxi padanya.

Alesha menunggu panggilannya diangkat oleh Abizar. Namun, entah kenapa tak juga ada jawaban dari Abizar.

"Eeuuuum ... bagiamana ini?" gumam Alesha lirih.

Alesha sedang merencanakan melarikan diri dari pernikahannya sendiri.

***

Sementara itu di ruang tengah, Excel sudah bersiap-siap untuk menunggu kedatangan Alesha. Ia begitu ingin mempersuntingnya. Baginya tak ada wanita lain yang pantas menjadi istrinya kecuali Alesha.

"Ma, mana Alesha?" tanya Excel yang berdiri gagah dengan jas hitamnya.

"Mama akan lihat dia di kamarnya," ucap Mama Alesha dan segera menuju kamar putrinya.

Sampai di depan pintu kamar Alesha, wanita cantik dengan balutan gamis maroon itu mengetuk pintu perlahan. "Sha," ucapnya.

Namun, tak ada jawaban dari Alesha.

Tante Mutiara terus mengetuk pintu dan berusaha untuk masuk. Akan tetapi, Alesha yang berhasil mengunci pintu kamarnya kini tengah berusaha turun dari jendela kamar.

Alesha mengikat selimut dan spari agar bisa keluar dari jendela samping kamarnya. Saat ia menginjakkan kaki di tanah, ponselnya berdering panggilan masuk dari Abizar.

"Sha!" teriak sang mama dari atas jendela.

Alesha yang mendongak ke atas dan melihat mamanya, segera mengangkat gaun putih yang ia pakai dan berlari menuju ke luar pagar.

Tante Mutiara yang panik akhirnya berteriak untuk menghentikan Alesha. Excel yang sudah menunggu sedari tadi untuk berangkat ke KUA kini bergegas lari menuju kamar Alesha.

"Ada apa, Ma?" tanyanya.

"Alesha, Alesha, kabur!" ucapnya tersengal.

Excel yang menyadari bahwa calon istrinya melarikan diri, segera berlari keluar rumah. Dua satpam yang berjaga di depan kini menjadi sasaran Excel karena membiarkan Alesha kabur begitu saja.

***

Taxi itu berhenti tepat di samping Alesha, gadis itu segera masuk dan meminta sang sopir untuk melajukan mobilnya.

"Kita mau ke mana?" tanyanya terlihat bingung.

"Sudah, jalan saja ke mana aja," ujar Alesha sambil menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengejar dirinya.

Abizar yang melihat Alesha dengan gaun pengantin membuatnya semakin bingung.

"Apakah kamu melarikan diri dari pernikahanmu?" tanya Abizar.

"Tentu saja, wanita mana yang mau menikah dengan laki-laki yang telah tidur dengan sahabat calon istrinya sendiri."

Mendengar perkataan Alesha, Abizar terkejut, bagaimana bisa gadis itu begitu jujur mengatakan apa yang terjadi padanya.

"Sampai mati aku tidak akan mau menikah dengan laki-laki seperti dia." Alesha yang merasa terganggu karena telepon dari Mama dan Excel membuatnya membuang ponsel ke luar jendela.

"Apa yang kamu lakukan?" Abizar terkejut dengan tindakan Alesha.

"Membuang ponsel, mungkin sudah hancur saat ini."

Namun, sebelum ia membuang ponselnya. Alesha sudah mengambil Sim card-nya terlebih dahulu.

"Sekarang kita harus bagaimana? Dengan pakaian gaun pengantinmu itu, kita harus ke mana?" tanya Abizar bingung.

"Aku tak punya teman, aku tak punya saudara. Saat ini yang aku tahu, cuma kamu," kata Alesha jujur.

Abizar hampir saja menabrak mobil di hadapannya saat tiba-tiba sebuah mobil menghadangnya.

Dua orang pria berbadan kekar turun dari mobil, ia memaksa Abizar untuk turun. Laki-laki berkaos putih itu terpaksa turun dan menerima banyak pukulan karena telah berani membawa kabur Alesha.

Tidak lama Excel keluar dari mobil dan menyeringai ke arah Alesha yang berusaha untuk melindungi Abizar. Namun, tidak bisa karena di tahan oleh pengawal Excel.

Excel menepuk tangannya tiga kali sambil menarik sudut bibirnya. "Kamu pikir aku akan melepaskan kamu begitu saja?"

Excel menarik dagu Alesha. Gadis itu meludahi Excel begitu saja.

"Brengs*k!" umpatnya sambil menekan dagu Alesha kuat.

"Lepaskan aku!" teriaknya.

Sementara Abizar telah tergeletak tak berdaya di pinggir jalan yang sepi.

"Kamu pikir mudah untuk lepas dariku? Kamu lupa siapa aku? Kamu lupa apa yang bisa aku lakukan?"

Alesha memalingkan wajahnya. Gadis itu kini terlihat iba melihat Abizar tergeletak tak berdaya.

"Tolong, selamatkan dia," pinta Alesha tiba-tiba.

"Baiklah, anak buahku akan membawanya ke rumah sakit. Tapi kamu harus menikah denganku!" tegas Excel tak main-main.

Alesha hanya bisa mengangguk pasrah. Ia tak bisa membuat Abizar dalam bahaya. Excel bukan seseorang yang akan membuang kalimat kosong.

Jika ia sudah mengatakan sesuatu, ia pasti akan melakukannya.

Alesha dipaksa masuk ke mobil oleh anak buah Excel. Ia tak punya pilihan lain saat ini. Namun, Alesha tidak akan pernah menyerah untuk melarikan diri dari Excel.

***

Mobil hitam mewah itu kini telah berhenti di sebuah hotel berbintang. Excel segera membawa Alesha menuju kamar yang rencananya akan menjadi tempat malam pertama mereka setelah ijab kabul hari ini.

Alesha masuk dengan dorongan dari Excel. Gadis itu menyesal karena telah membuang ponselnya tadi. Saat ini ia tak tahu harus meminta bantuan dari siapa lagi.

"Dengar baik-baik, jangan membuat ulah. Atau aku tak akan memafkanmu kali ini. Aku akan meminta penghulu untuk menikahkan kita di sini," ucap Excel lalu keluar dari kamar.

Alesha yang tak bisa kabur, memikirkan cara agar bisa keluar dari kamar. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan untuk membuka pintu itu.

Saat ia melihat di atas meja, di sana ada ponsel yang tergeletak. Alesha segera meraih ponsel itu dan benar saja. Ponsel Excel tertinggal di sana.

Dengan cepat Alesha menggambar pola untuk membuka ponsel itu.

"Syukurlah, Excel belum mengganti polanya," lirih Alesha.

Alesha segera menghubungi nomor telepon mamanya. Ia ingin mengatakan bahwa ia di sekap oleh Excel di kamar. Namun, ia segera urungkan niatnya. Gadis itu yakin sang mama akan tetap memaksanya menjadi istri Excel.

Kyoona. Nama kontak itu kini menjadi sorotan berikutnya. Kemungkinan Kyoona akan membantunya jauh lebih besar karena gadis itu menyukai Excel. Namun, baru saja panggilan terhubung seseorang meraih ponsel dari tangan Alesha dengan cepat.

Alesha membalikkan tubuh dan melihat Excel sudah berdiri di belakangnya.

"Bukankah sudah aku katakan untuk tidak bermain-main lagi!" Tatapan tajam Excel membuat Alesha ketakutan.

"Aku bilang kita akan menikah, jadi jangan membuat ulah lagi." Lanjutnya.

Alesha memundurkan langkahnya saat Excel terus maju mendekatinya. Hingga saat ini gadis itu terpojok di tembok kamar.

Excel meletakkan tangan di samping kepala Alesha, wajahnya mendekat membut deru napas Alesha mejadi cepat karena takut.

"Apakah aku harus merenggut kesucianmu terlebih dahulu, agar kamu mau menikah denganku?!"

Excel menarik tangan Alesha kasar dan mendorong tubuh gadis itu ke atas tempat tidur.

TBC.