Setelah melewati hari yang memilukan dan banyak hal yang terjadi, akhirnya kini aku tiba di Jepang. Mengapa dari sekian banyak negara aku memilih negara ini? Karena ini tempat kelahiranku selanjutnya aku memiliki keluarga di Amerika dan menetap di Jepang hingga aku berakhir kabur ke Indonesia.
Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan tapi aku merindukan negara kelahiranku ini. Tentu saja kehidupan baruku disini akan lebih tenang bila dia tidak ikut bersamaku.
"Anya, kesana yuk?",ajak Adrian menarikku ke sebuah kedai yang ada di dekat kami.
"Adrian, kita bahkan belum sampai di rumah baruku lho",rayuku yang pasrah ditarik-tarik ke kedai yang kini kami singgahi.
"Nanti saja, kita coba makanan disini dulu",tolak Adrian tidak fokus karena ada banyak makanan enak di depannya.
"Setelah itu kita langsung ke apartemen baruku ya?",putusku melihat Adrian yang hanya mengangguk-angguk.
Kami pun banyak berkeliling kesana kemari karena Adrian yang sangat suka makan, Adrian selalu mencegahku ketika ingin berjalan ke arah apartemen baru dan tanpa sadar malam pun tiba hingga kesabaranku habis dan menyeretnya ke apartemenku.
Setelah itu aku pergi lagi ke arah minimarket untuk membeli bahan makanan kami yang kosong dan tidak ingin membuang lebih banyak waktu, setelah sampai sana aku pun bergegas membeli apapun yang kubutuhkan.
"Wah, lihat, dia tampan sekali kan?",tanya penjaga kasir yang bertanggung jawab dengan barang yang kubeli.
Aku pun mengalihkan arah pandanganku ke arah yang dituju penjaga kasir tersebut. Aku pun melihat seorang pria dengan tatanan yang menurutku aneh walaupun tampan dan pria itu berjalan ke kasir yang sama denganku.
"Tuan muda memang tampan",puji penjaga kasir yang ternyata mengenal pria itu dan pria itu membalasnya dengan sebuah tatapan tajam. Aku hanya heran mendengarnya dan dengan cuek berlalu pergi lalu tanpa kusadari lelaki itu menatap kepergianku dalam diam.
Sesampainya di apartemen, aku melihat Adrian yang sibuk menonton televisi yang menayangkan berbagai jenis makanan dan aku pun beralih ke dapur untuk menyimpan persediaan makanan yang kubeli lalu pergi ke tempatku bisa tidur.
'Sepertinya aku pernah melihatnya beberapa kali',pikirku mengingat pria tampan yang nampak tidak asing itu.
Keesokan harinya, aku terbangun dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah baruku, rambut panjangku ku sisir serapi mungkin sebelum keluar dan melihat Adrian memakan roti dan tatapanku teralihkan pada beberapa bungkus plastik roti yang kini telah kosong tak bersisa.
"Kau makan semuanya?",tanyaku heran dengan perutnya.
"Hm~ tenang saja. Masih kusisakan separuh kok. Mau?",tawar Adrian dengan roti yang telah digigit setengahnya.
Dengan cemberut aku mengambil roti lain yang kusimpan khusus di kulkas dan sedikit mengolesnya dengan selai cokelat.
Akhirnya tiba bagi kami untuk berangkat ke sekolah baru yang ada di Jepang, SMA Tokyo Hago.
Disanalah tempat yang paling tepat untuk ku datangi karena setelah melakukan berbagai observasi, tempat ini juga cocok untuk mencari pasangan, sekolah sembari mencari pasangan. Keren kan.
Nah, sesampainya di sekolah kami disuguhkan dengan pemandangan indah bunga Sakura, benar-benar memikat hati pada pelajar yang akan belajar disana.
Setelah cukup lama mencari kelas yang akan ku tempati nanti, aku memutuskan untuk duduk di bangku barisan kedua dari depan. Sesaat setelah aku menaruh tasku, aku tak sengaja melihat ke samping yang ternyata ada cowok yang kemarin kulihat di minimarket.
Aku tidak begitu peduli padanya karena jujur saja dia terlalu menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
"Anya, ke kantin yuk?",ajak Adrian yang ternyata sudah duduk di belakangku.
"Hm? Kan pelajarannya sudah mau dimulai?",tanyaku heran.
"Hehe pasti tadi kau melamun kan?",kekeh Adrian menyelipkan rambutku ke belakang telingaku.
"Cari perempuan lain sana",ucapku kesal karena dia sudah berani pegang-pegang.
"Eh? Kok gitu?",herannya.
"Kau cemburu ya? Jika aku mendekati perempuan lain yang lebih cantik darimu",curiganya padaku.
"Khayalanmu sudah tingkat tinggi ya",ucapku memandangnya yang masih tebar pesona.
"...Hahh. Jika kau tidak mau, yah sudah",pasrahnya dengan wajah-wajah mau cari mangsa baru.
'Dia tidak berubah',pikirku heran.
"Kau kenal dia?",tanya lelaki di sebelahku begitu Adrian pergi.
"Tidak, dia hanya seseorang yang selalu menguntitku",ucapku kejam di belakang Adrian.
'Semoga dia tidak marah jika dia mendengar ucapan barusan',harapku terkekeh kaku memaling wajahku ke samping.
"Kelihatannya kalian akrab",ucap Adrian menyadari tingkahku.
"Lumayan, aku sudah terbiasa dengannya",balasku apa adanya.
'Mengapa dia tiba-tiba mengajakku berbicara? Padahal ada banyak perempuan-perempuan di dekatnya yang mencoba mengajaknya mengobrol tapi diacuhkannya',heranku yang tiba-tiba tersenyum penuh arti ke arahku.
Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya,'apa dia juga sama dengan Adrian? Atau karena dia tidak suka didekati, makanya dia membuat pelampiasan ke arahku' pikirku sudah melayang kemana-mana.
'Lebih baik aku ke perpustakaan',pikirku lalu beranjak pergi dan dicegatnya.
"Lepaskan tanganmu",ucapku kesal, merasa terganggu dengan tingkah anehnya itu.
'Apa dia orang aneh?',pikirku melihatnya masih tak juga melepaskan tanganku hingga Adrian datang dan melepaskan paksa tanganku yang dipegang olehnya.
Senang karena pegangan tangannya padaku sudah terlepas, aku pun bergegas pergi meninggalkan keduanya yang entah tengah membicarakan apa di belakangku.
Setelah mencari-cari, akhirnya aku menemukan perpustakaan yang kucari. Memasuki arena perpustakaan, aku pun mulai mencari buku yang sekira-kiranya menarik perhatianku.
Di area loker ujung di depanku saat ini, dapat kulihat ada seorang wanita yang memaksa si pria agar menciumnya.
'Ha.ha.ha, ada pemaksaan disini, tapi disini paling sepi diantara sekian banyak loker lain yang telah kukunjungi',pikirku pucat pasi.
Merasa risih dengan adegan di depanku, dimana si cowok nampak di kabedon dan si cewek semakin mendekatkan diri ke arah si cowok yang nampak jijik.
'Aku juga ingin cepat-cepat keluar dari sana jika itu terjadi padaku',pikirku dan langkahku semakin ringan ketika tangan si cowok berhasil kutarik keluar dari si cewek yang nampak menatapku sebal karena merusak kesenangannya.
'Cewek yang agresif',pikirku melihat tatapan dan raut wajah si cewek.
"Apa kau tahu? Melakukan hal seperti itu namanya pemaksaan dan kau seharusnya tidak berhak melakukan hal itu",ucapku mencoba menasehatinya yang sepertinya malah naik pitam.
"APA HAKMU HAHH? APA KAU TAHU SIAPA AKU? AKU ADALAH ANAK KEPALA SEKOLAH", teriaknya kesal ke arahku hingga aku harus menutup rapat kedua telingaku mendengar seberapa kencangnya dia berteriak.
"Putri kepala sekolah tapi tidak tahu aturan sekolah. Aku jadi ragu jika kau putri kandungnya",balasku tajam.
"APA KAU BILANG?",teriaknya tidak suka mendengar ocehan pedasku.
Tiba-tiba kurasakan tanganku ditarik pelan pergi dari si cewek ular oleh si cowok yang entahlah terlalu lembut atau bagaimana hingga si cewek bisa melakukan pemaksaan padanya. Aku masih memegang tangannya sebelum dia menarikku pergi.
'Ada apa dengannya?',pikirku aneh ketika kami sudah berlari cukup jauh dari si cewek ular.