webnovel

Pelangi Tak Selalu Muncul Setelah Hujan

"Aku sudah bertekad untuk mencari ridho suamiku, karena ridho Alloh ada pada ridho suamiku. Karena jika seorang muslimah menjalankan sholat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mendapatkan ridho suaminya, maka ia akan dapat masuk ke dalam Surga melalui pintu mana saja yang dia inginkan" (Rumaisha Azzahra, seorang wanita karir modern yang baru berhijrah ) "Istri itu ibarat pakaianan bagi suaminya. Sejak awal, Abang memang tidak ingin mencari 'pakaian' jadi. Abang ingin 'menjahit sendiri' sendiri pakaian Abang. Oleh karena itu, Abang menikahimu, Dek. Karena Abang ingin mendidik, membina, dan membimbingmu hingga menjadi seorang perempuan sekaligus istri yang sholehah" (Muhammad Rosikh Abdurrahman, seorang hafidz Qur'an) .............................. Rumaisha Azzahra.. adalah seorang wanita karir cerminan perempuan modern masa kini. Ia hanyalah perempuan biasa, dari keluarga biasa, dan menempuh perjalanan hidupnya dengan biasa-biasa saja. Hingga suatu ketika, 'sebuah hal' besar mengubah hidupnya. Ia pun berniat total untuk berhijrah di jalan Alloh Subhanahu Wata'ala. Ia pun berdoa kepada Alloh agar diberikan jodoh yang dapat membimbingnya dunia akhirat. Bak durian runtuh. Rumaisha ternyata menikah dengan seorang ustadz hafidz Qur'an yang menjadi idola para akhwat. Muhammad Rosikh Abdurrahman namanya. Rumaisha yang merupakan produk pendidikan umum dan tak pernah mengenyam sama sekali pendidikan pesantren, bagaikan mengalami "shock culture". Bahkan banyak pula yang menganggap bahwa pernikahan mereka tak sekufu. Lali bagaimanakah kehidupan rumah tangga Rumaisha dengan ustadz Rosikh? Lalu bagaimana pula ketika Rumaisha harus menghadapi kenyataan bahwa atasannya, Aditya Mandala Putra yang seorang 'don juan', ternyata menaruh hati padanya? Silakan baca bagaimana seluk beluk romantika Rumaisha dan Rosikh serta perjalanan hijrah Rumaisha di novel "Pelangi tak Selalu Muncul Setelah Hujan".

Melati Putri Pertiwi · 都市
レビュー数が足りません
23 Chs

BAB 13 Menemui Babak Baru

Seperti biasa, aku selesai dalam dunia kantorku pukul 17.00. Seharusnya aku langsung pulang, tapi ada sebuah pekerjaan yang mengharuskan aku untuk lembur sejenak. Aku telah minta izin pada bang Rosikh untuk pulang terlambat. Alhamdulillah bang Rosikh mengizinkan.

Kawan-kawanku pulang satu per satu. Dan aku tetap asyik dalam dunia pekerjaanku.

“Rum..kok belum pulang?” Laura mengurku.

“Ohh..iya.. ini La, aku harus segera menyelesaikan revisi proyekku dulu. Biar lega dan cepat selesai. Tiga hari lagi pak Greg akan meminta laporan revisinya.” Jawabku.

“Ooohh.. begitu. Ya sudah, good luck ya kalau begitu. Kami pulang duluan ya.” Sahutnya. Seperti biasa, Laura, Tiara, dan Vindy pulang bersama-sama. Mereka satu arah.

“Iyaa..sip.. hati-hati ya kalau begitu..” jawabku renyah.

Kantor menjadi hening. Tiba-tiba aku teringat, keheningan ini sepertinya sama seperti keheningan yang dulu pernah kurasakan. Langsung saja bulu romaku berdiri tegak. Yaa benar.. ketika aku berada di ruangan kantor sendirian, mas Aditya datang dengan segala bentuk rayuannya.

Subhanallah.. badanku langsung merinding. Jantungku berdegup kencang. Nafasku memburu. Aku harus cepat-cepat pulang. Aduh bodohnya aku. Aku tak boleh sendirian di kantor, karena akan membuka peluang bagi atasanku itu untuk kembali mendekatiku.

Dengan segera aku membereskan barang-barangku. Bersiap untuk pulang. Belum selesai aku menbereskan barangku, sebuah suara laki-laki sudah mencegatku. Suara bass yang sangat kukenal.

“Mau kemana, Rum? Buru-buru sekali? Bukannya kau harus lembur hari ini?”

Kudongakkan wajahku. Ternyata benar!! Sial!! Mas Aditya sudah berdiri dengan gagahnya di samping mejaku. Tangannya menyilang di depan dada. Posenya ini sangat mirip dengan singa jantan yang hendak memangsa buruan. Raut wajahnya pun menyimpan penuh misteri serta tipu muslihat. Bulu kudukku semakin berdiri melihat sosoknya yang selalu muncul dengan tiba-tiba.

“Mas Aditya!?” Seruku penuh dalam keterkejutan.

“Iya, Rum. Ini aku. Kenapa kau buru-buru pulang? Ada sesuatukah di rumah? Ataaauuu.. ada yang ingin kau hindari di kantor ini?” Kata mas Aditya dingin dan kaku. Tangannya yang tadi bersilang di dada langsung dipindahkannya ke atas mejaku. Agaknya dia berusaha menghalangiku agar aku tak bisa melarikan diri. Sesore ini, wajahnya masih tetap tampan dan glowing.

“Eehh.. heemm.. enggak.. enggak mas. Nggak ada apa-apa. Cuma..emang Rum.. harus pulang. Ini kan sudah sore.. sudah waktunya pulang.” Jawabku terbata-bata.

“Tapiii.. bukannya kamu mau lembur sore ini? Kenapa buru-buru? Takut ya sama aku?” Tanya mas Aditya. Langsung to the point. Membuatku tertohok.

“Maksud..maksud mas? Maksud mas apa ya?”

“Sudahlah, Rum.. nggak usah banyak basa- basi. Aku ke sini mau meluruskan semua apa yang terjadi di antara kita. Kenapa kau menikah sangat mendadak? Bahkan tanpa memberi tahu aku? Kenapa Rum?”

“Mas.. kenapa aku harus memberitahu mas? Memang mas siapa saya? Toh, mas juga tiba-tiba bertunangan tanpa memberitahu aku. Aku pun tak protes.” Jawabku.

“Oooo..jadi begitu ya. Jadi kau mau balas dendam begitu? Kau memang tak punya perasaan, Rum…”

“MAS YANG TAK PUNYA PERASAAN!! SUDAHLAH MAS, MENYERAHLAH!! KINI AKU SUDAH MENJADI ISTRI ORANG!!”

“HAH!? APA MAKSUDMU!? AKU MEMUTUSKAN PERTUNGAN ITU KARENA KAU! TAPI KAU DENGAN SEENAKNYA MALAH MENIKAH TANPA MEMBERITAHUKU!!!” Seru mas Aditya. Telunjuknya diarahkan tepat di depan wajahku. Emosinya meledak-ledak.

DEEEGGGGGG.. jantungku bagai berhenti beberapa saat. Akhirnya.. akhirnya mas Aditya mengungkapkan hal itu juga. Mengungkapkan alasan mengapa dirinya membatalkan pertunangan. Sebuah alasan yang sudah merebak menjadi gosip bagi kawan-kawan sekantor. Banyak yang mengaitkan pembatalan pertunangan itu denganku. Tapi waktu itu mas Aditya tidak memberitahuku secara gamblang tentang alasannya. Dan hari ini.. saat ini.. mas Aditya dengan sangat jelas dan sangat tegas mengungkapkan alasan pembatalan pertunangannya. Sungguh alasan yang sangat menohok relung hatiku.

“Mas.. maksud mas apa?” Kataku mulai melunak.

“Rumaisha.. kau.. apakah kau ini benar-benar polos atau bodoh sih!? Aku itu dijodohkan oleh orang tuaku. Aku sama sekali tidak pernah menyetujui pertunangan itu. Di hatiku hanya ada kamu Rum.. selalu terukir namamu. Yang ada dalam relung hatiku juga hanya namamu. Sebenarnya waktu itu aku ingin segera memberitahumu tentang pembatalan pertunanganku!! Tapi entah kenapa, kau malah ambil cuti umroh!!! Lalu setelah kau pulang, tidak ada angin tidak ada hujan, kau langsung sebar undangan nikah!!! Kau benar-benar TAK PUNYA HATI!!! Heemm.. tapi..aku percaya bahwa kita dipertemukan oleh takdir. Jadi, aku pun yakin bahwa suatu saat takdir jugalah yang akan mempertemukan kita kembali!!”

“MAASSSS.. KAU SUDAH SINTING!!!!” Aku mulai berteriak, emosiku tak karuan. Aku hendak lari meninggalkan ruangan.

“RUMAISHAA.. KAU TAK AKAN BISA LARI LAGI DARIKU. KAU TAK AKAN BISA LARI SEBELUM KAU JELASKAN DENGAN GAMBLANG MENGAPA KAU MENDADAK MENIKAH DAN MENINGGALKANKU!?” Mas Aditya langsung memegang lenganku dengan amat kuat. Membuatku tidak bisa kemana-kemana.

“MASSS.. Tolong.. tolong lepaskan aku.. Mass, aku juga sangat sakit saat tahu bahwa mas bertunangan dengan orang lain. Karena itu mas, aku mundur. Mundur secara total. Lalu..lalu aku memohon kepada Alloh agar menunjukkan siapakah jodohku yang sebenarnya. Lalu Alloh pun menunjukkan bahwa bang Rosikh adalah jodohku dunia akhirat. Aku..aku hanya bisa setia dengan bang Rosikh. Aku hanya bisa mengabdi padanya.. tolonglah.. tolong terima kenyataan ini mas!! Rum sudah menjadi milik orang lainn!!!” Aku menjelaskan sambil terisak-isak.

“Kau.. teganya kau Rumaisha.. dengan begitu mudahnya kau bilang ‘mundur’!? Padahal aku sudah bersusah payah membatalkan pertunangan itu demi kau!!! Tapi kauu.. kauu.. dengan mudahnya kau bilang MUNDUR!!!!? KAU.. KAU SAMA SEKALI TAK PUNYA TEKAD JUANG, RUMAISHA!! Aku sangat menyesal.. menyesaaaal telah berjuang sampai sejauh ini demi dirimu!!!!” Seri mas Aditya lagi. Cengkramannya pun semakin kuat.

“MAS.. BAGUSLAH KAU MAS MENYESAL. SEKARANG MAS BISA CARI PEREMPUAN LAIN YANG MASIH SINGLE UNTUK MENJADI PENDAMPING MAS. JANGAN INCAR PEREMPUAN YANG SUDAH JADI ISTRI ORANG!!!” Aku berteriak.

Tiba-tiba mas Aditya melepaskan cengkeraman tangannya. Sejenak aku terkesima. Beberapa saat tadi, aku merasakan bahwa laki-laki ini tak akan rela melepaskanku. Namun, secara tiba-tiba, ia melepaskan genggaman mautnya. Aku sedikit melongo.

“Oooh.. begitu.. jadi begitu ya maksudmu, Rum.. baiklah.. baiklah kalau itu yang menjadi maumu!!!” Kata mas Aditya. Ia tampak linglung.. “Oke.. baiklah kalau begitu...Aku akan berusaha menghapus nama-namamu dalam hatiku!!! Akan kubuat kau MENYESAL telah meninggalkanku!!!” Ancam mas Aditya.

Degggggggg… kembali lagi jantungku bagaikan berhenti. Ancaman mas Aditya nampak begitu mengerikan. Aku tak tahu apa yang akan dilakukan oleh atasanku yang (kuduga) psikopat ini. Aku tak tahu, apa yang kira-kira akan dilakukannya padaku, bawahannya yang tak berdaya ini. Aku sama sekali tak bisa menebaknya.

“SEKARANG PULANGLAH.. PULANG SEBELUM AKU BERUBAH PIKIRAN!!!” Bentak mas Aditya.

“Baik.. baik mas.. aku pulang.. terima kasih dan selamat tinggal!” Aku membalas. Aku pun langsung pergi sambil membawa semua tas kerjaku.

Seperti biasa, aku memesan taksi online. Di dalam taksi, aku hanya bisa (kembali) menangis. Seluruh perasaan campur aduk. Tapi kali ini perasaan yang mendominasi adalah perasaan takut dan khawatir. Bagaimanapun juga, mas Aditya adalah atasanku. Ancamannya terasa begitu dekat sekali. Aku begitu takut dengan ancamannya itu. Tak ada bayangan sama sekali dalam benakku tentang apa yang akan diperbuatnya kepadaku.

………………

Sampai di rumah, bang Rosikh sudah menungguku dengan manis. Di meja makan sudah tersedia sayur bening dan gorengan bakwan jagung. Pasti bang Rosikh yang memasaknya.

“Sudah pulang, dek?” Tanya bang Rosikh. Aku belum sempat menyembunyikan air mataku, hingga bang Rosikh pun menyadarinya.

“Ada apa, Dek?” Tanya bang Rosikh lagi. Nampak kekhawatiran dalam raut mukanya.

“Nggak.. nggak ada apa-apa, bang..” jawabku lirih.

“Jangan berbohong. Kamu itu tidak pandai kalau berbohong. Coba sini ceritakan pada Abang, ada masalah apa?” Bang Rosikh dengan sabar menanyaiku.

“Bukan.. bukan masalah besar kok Bang. Cuma..cuma masalah kantor saja.” Jawabku.

“Iya. Abang tahu masalah kantor. Coba sharing dengan Abang. Siapa tahu bisa membantu meringankan bebanmu.”

“Panjang Bang, ceritanya. Susah kalau dijelaskan. Rum bingung harus cerita darimana dulu.” Aku menjawab.

“Ya sudah. Kalau gitu, kamu sholat Maghrib dulu saja. Terus mandi, makan. Baru setelah sholat Isya’, kita ngobrol-ngobrol ya.” Kata bang Rosikh lembut.

“Iya Bang..” jawabku.

……………

Setelah sholat Isya’, bang Rosikh sudah menungguku untuk bercerita. Tampak sedikit gurat kecemasan pada wajahnya.

“Ada apa, Dek? Kok rasanya kamu tadi habis menangis? Ada apa di kantor? Berbagilah dengan Abang.” Tanya bang Rosikh.

“Iya Bang.. begini, Rum ada sedikit masalah dengan atasan Rum. Dia.. dia.. tidak suka dengan kinerja, Rum. Rum dianggap tidak profesional.”

“Tidak profesional bagaimana maksudnya?” Tanya bang Rosikh lagi.

“Iya.. Abang masih ingat kan dengan jam tangan yang kemarin itu? Itu hadiah dari atasan Rum, Bang. Dan Abang juga ingat kan kalau kemarin Rum minta izin untuk pergi bertiga dengan atasan Rum? Salah satunya Rum harus pergi dengan atasan Rum itu. Dan Abang kan tidak mengizinkan untuk Rum pergi. Jadi.. ya Rum menolak ajakan mereka pergi hari ini. Karena Rum hanya ingin mengejar ridho Alloh. Ridho Alloh ada pada ridho Abang. Lalu atasan Rum itu marah-marah. Rum dicap sebagai pegawai yang tidak profesional.” Jelasku panjang lebar.

Aku memang sengaja tidak menceritakan selengkapnya. Karena selama dua bulan menikah ini, aku dan bang Rosikh masih dalam tahap penyesuaian. Kami belum menceritakan tentang masa lalu terdalam kami masing-masing. Dan akupun tidak tahu apakah suatu saat aku harus menceritakan kisahku dengan mas Aditya pada suamiku ini atau tidak.

“Maa syaa Alloh.. kamu hebat, sayang.. Abang tidak menyangka kalau kamu bisa mengambil keputusan seperti itu. Kamu benar-benar berani mengambil risiko demi tujuan yang lebih besar, yaitu tujuan akhirat. Abang benar-benar tidak menyangka,Dek. Abang sangat salut padamu.” Kata bang Rosikh sambil memelukku. Dengan pekukan yang terhangat.

“Tapi akhirnya.. aku jadi kena semprot oleh dua atasanku itu,Bang..” kataku lirih.

“Tidak apa-apa, sayang. Semua keputusan, apabila dilandasi dengan mengaharap ridho Alloh, In syaa Alloh tidak akan ada yang sia-sia. Alloh passstiii akan membalas kebaikanmu berlipat-lipat ganda.” Sahut bang Rosikh.

“Benarkah, Bang? Rum tidak tahu.. mungkin ini akan berdampak pada karier Rum selanjutnya..” aku mengeluh.

“Tapi kau akan mendapat mahkota dari Abang kelak..”

“Mahkota apa, Bang?”

“Mahkota sebagai bidadari Abang di suga nanti. Kau mau pilih mana? Karir dunia atau mendapatkan mahkota dari Abang?”

“Yaaa tentu mahkota dari Abaangg..” kataku merajuk.

“Iya sayang.. In syaa Alloh.. yakinlah, mungkin saat ini kau menemukan rintangan dalam hidupmu. Tapi jika kamu mengambil keputusan karena Alloh, In syaa Alloh jalan yang lurus dan benar akan terbuka untukmu. Yakinlah akan hal itu. Yang perlu kamu lakukan sekarang hanyalah tawakal kepada Alloh saja. Serahkan semuanya kepada Alloh. Kembalikan semua masalah pada Alloh. Yakinlah, sayang..”

“Iya ya, Bang.. Alhamdulillah.. Rum lega sekali. Tadi pikiran Rum sangat kalut. Tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Rum khawatir mengambil keputusan yang salah lalu berdampak pada karier Rum..”

“Sssttttttt...sayang” bang Rosikh memotong ucapanku. Telunjuknya ditempelkannya pada bibirku, “Kau dari tadi mengatakan tentang kariermu. Kau mengkhawatirkan kariermu. Tak tahukah kau kalau karier tertinggi seorang perempuan itu adalah di dalam rumah? Dengan mengurus keluarganya.. mengurus suaminya.. mengurus anak-anaknya.. mendidik anak-anaknya hingga menjadi generasi Islam yang tangguh.. Itulah puncak karier tertinggi perempuan yang sangat amat dihormati dalam Islam.”

“Tapi, Bang.. berarti apakah Islam tidak memperhitungkan karier perempuan yang bekerja di luar rumah?”

“Bukan begitu maksudnya, Dek. Tentu.. tentu Islam memperhitungkannya. Sekali lagi, Islam bukanlah agama yang kolot. Kalau kita menilik sejarah, ada banyak juga ilmuwan Islam yang berasal dari kaum perempuan. Bahkan diakui oleh dunia lho.. seperti Rufaidah binti Sa’ad yang merupakan perawat dan ahli pengobatan perempuan Islam yang pertama. Ada juga Mariyam Al-Ijliya yang diakui kehebatannya sebagai astronom perempuan. Islam bukanlah agama yang ‘mengekang’ perempuan hingga menjadi terpojok. Sebaliknya, Islam justru memuliakan perempuan. Aturan-aturan dalam Al-Qur’an dan hadist-hadist tentang perempuan justru bertujuan untuk ‘menyelamatkan’ dan ‘memuliakan’ perempuan. Para muslimah tentu dibebaskan dalam berkarya, apalagi jika karyanya itu bermanfaat bagi umat manusia. Maa syaa Alloh sekali itu..”

“Tapiiii.. kembali lagi. Perempuan juga harus melihat kodratnya. Mereka sudah diberi kewajiban oleh sang Khaliq untuk mengurus keluarga. Mendidik generasi-generasi Islam hingga menjadi generasi Mulsim yang Rabbani. Yang tangguh. Generasi Islam yang kokoh, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Generasi penerus yang menjadi cikal bakal ulama masa depan. Mujahid-mujahid yang tangguh dalam menegakkan syariat Islam. Serta para hafidz hafidzah yang akan meneruskan kejayaan Islam. Siapa lagi yang akan mendidik mereka kalau bukan para ibu? Dalam hal ini maksudnya adalah kaum perempuan.”

“Jadi intinya.. boleh.. boleh sekali seorang perempuan berkarya. Tapi mereka harus juga ingat dengan tugas utama mereka sebagai seorang istri dan seorang ibu. Karena ‘pekerjaan’ mereka sebagai istri dan ibu itulah yag akan dihisab oleh Alloh di hari akhir nanti. Tanggung jawab sebagai istri dan ibulah yang akan ditanyai pertama kali oleh Alloh nanti. Baru nanti ditanya tentang ilmu mereka. Apa yang mereka lakukan terhadap ilmu-ilmu mereka di dunia.”

“Begini dek.. mendidik anak dan melayani suami itu juga bisa menjadi amal jariyah lho. Amal jariyah adalah amal yang terusssss mengalir walaupun si pemiliki amal sudah meninggal. Amal jariyah itu ada tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat, sedekah di jalan Alloh, dan.. doa anak-anak yang sholeh. Kalau misal kamu bisa mendidik anak-anakmu kelaak menjadi anak yang shalih shalihah, lalu mereka mendoakanmu, In syaa Alloh pahalamu akan terus mengalir, Dek.”

“Tentu kita tidak menafikkan adanya ‘ilmu yang bermanfaat’ sebagai sumber amal jariyah. Misal kamu memiliki ilmu di bidang arsitektur. Kamu bisa mengembangkan rancangan-rancangan bangunan baru yang berguna bagi masyarakat luas. Apalagi kalau rancangan bangunannmu itu berguna juga untuk umat Muslim. Misal, kamu merencanakan pembangunan Islamin Centre dengan model baru. Waaahh.. Maa syaa Alloh sekali itu. Kalau kamu membuatnya dengan niatan untuk mendapatkan pahala dari Alloh, In syaa Alloh ilmu-mu bisa menjadi amal jariyah juga..” jelas bang Rosikh panjang lebar.

“Maa syaa Alloh, Abaaanggg.. Rum sangat.. sangat terharu dengan penjelasan Abang.. Baru kali ini Rum mendapatkan masukan dengan pola pikir yang baru. Maa syaa Alloh.. Alhamdulillah.. Rum sangat bersyukur bisa menjadi istri Abang. Sangat.. sangat.. sangat bersyukur..” kataku antusias. Tak kuduga, mengalir setetes air mata haru di pelupuk mataku.

“Iya sayang.. Abang juga bersyukur jadi suami kamu, Dek.. Gimana? Masih galau nggak?”

“Sudah nggak Bang.. Alhamdulillah.. Rum malah semakin antusias nihhh.. Antusias dalam mengemban tanggung jawab sebagai istri, sekaligus sebagai perempuan yang berkarier. Rum ingin menjadikan ilmu Rum sebagai amal jariyah Rum kelak. Rum ingin terusss dan terusss berkarya tanpa meninggalkan kewajiban Rum sebagai seorang istri dan ibu kelak.”

“Maa syaa Alloh.. Aamiin.. Abang sungguh sayang denganmu, Dek..”

“Sama Bang.. Rum juga sayaaaang sekali sama Abang.”

Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. banyak-banyak kupanjatkan puji syukur terhadap kemurahan Alloh. Segala yang ada di dunia ini sudah diatur dengan sedemikian rapih oleh-Nya. Aku menikah dengan bang Rosikh juga menjadi sebuah takdir yang harus disyukuri.

Belum pernah aku merasa menjadi perempuan yang sebegini beruntungnya. Memiliki imam yang bisa selalu mengarahkanku pada jalan Islam. Jalan yang sesuai dengan syariat. Inilah jawaban dari doaku saat umroh. Waktu itu aku memohon pada Alloh agar diberikan jodoh yang bisa membimbingku dunia dan akhirat. Alhamdulillah.. Alhamdulillah semua doaku itu dijabah oleh Alloh.

Akhirnya aku bisa tidur dengan tenang. Segala kepenatanku selama di kantor musnah seketika. Segala permasalahanku dengan mas Aditya juga lenyap tak bersisa. Yang tersisa hanyalah kebahagiaan dan kebahagiaan sebagai seorang perempuan. Dan kebahagiaan sebagai seorang istri.