webnovel

Telur Monster

Eps. 02 Telur Monster

Merasa tidak enak atas apa yang Karen katakan barusan, membuat dirinya kembali memanggil pria berambut putih itu dengan nada sedikit kencang dari kejauhan.

"Ano- tolong tunggu sebentar, tuan Zaki!" seruan wanita penjaga meja Administrasi memanggil namaku.

"Hmm??" lirikan mata ini menoleh ke belakang.

Terlihat jelas bahwa Karen sedang melambaikan tangan kanannya seakan ia sedang meminta diriku supaya mendatangi meja kerjanya untuk kedua kalinya.

"Ada apa nona Karen?" bertanya kebingungan tepat di hadapan gadis berambut biru tersebut.

"Se- sebenarnya aku memiliki sebuah saran untukmu tuan Zaki, bagaimana apa kamu mau mendengarkannya?"

"Saran, saran yang bagaimana itu?"

"Jadi begini."

Karen menjelaskan kepadaku mengenai bagaimana cara memiliki hewan sihir atau yang di sebut sebagai Summoning.

Cara pertama, aku di minta untuk mempelajari sihir tersebut dan biasanya seseorang membutuhkan waktu satu sampai tiga bulan barulah dapat memanggil hewan sihir dari dunianya.

Cara kedua, Karen mengatakan supaya aku pergi menuju Pasar Bebas yang berada di tengah-tengah desa Gurki karena di sana terdapat telur monster.

"Telur monster??" tanya ku sejenak dalam penjelasannya ini.

"Iya benar tuan Zaki."

Apa bila telur monster itu berhasil kamu dapatkan maka secara otomatis, makhluk tersebut akan jinak kepada kamu dan dengan kata lain kamu sudah memiliki satu hewan sihir dalam bentuk Monster yang sudah di jinakkan dari kecil.

"Hmm..."

Dalam hati aku berfikir, mungkin apa yang di katakan Karen barusan ada benarnya dan aku harus mempertimbangkan semua hal tadi dengan matang.

Tapi berapa koin yang di butuhkan untuk membeli telur monster tersebut, aku ragu jika harganya sangat mahal bisa-bisa aku harus berpuasa besok pagi.

"Hadeh..." hembusan nafas panjang terasa berat keluar dari mulut.

"Tuan Zaki, ada apa?" tanya Karen menatapku penuh dengan tanda tanya.

"Oh tidak-tidak, bukan apa-apa kok."

Sepertinya aku tidak punya pilihan lain, aku harus mengikuti saran yang di berikan oleh nona Karen barusan.

"Oke baiklah, terimakasih banyak atas informasinya ya nona manis."

"Heh??"

Sontak kata-kata yang aku ucapkan barusan membuat pipi gadis berambut biru ini menjadi memerah, di karenakan baru pertama kali ada pria yang memasang wajah sejujur itu kepada dirinya.

Ketika langkah kaki ku tiba di luar pintu rumah Guild, dengan cepat akupun bergegas menuju pusat desa Gurki, tempat Pasar Bebas berada.

Pasar Bebas merupakan sebuah tempat yang di mana semua barang dari luar desa dapat kamu temukan di sini kecuali Budak yang tidak dapat kamu dapati.

Walau begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa di tempat lain mungkin hal seperti itu bisa saja dapat kamu temukan dan pembelinya biasanya adalah para penjabat ataupun petinggi suatu negeri.

Dalam perjalanan menuju Pasar Bebas, aku sempat berhenti melangkah lalu merogoh kocek yang berada di dalam saku celana ku ini dan benar saja, uang yang aku miliki tidaklah banyak.

"Bagaimana aku bisa hidup dengan 23 koin?"

Baru mengatakan hal tersebut seketika ke dua bola mata ku memperhatikan sekitar tempat aku berada sekarang dan aku menyaksikan perumahan penduduk yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap jerami berwarna kuning.

Hati ku berkata kembali apakah uang sewa di sekitar sini mahal semua, apakah cukup untuk aku tidur satu malam saja.

Lepas dari semua hal barusan tiba-tiba beberapa anak kecil melewati diri ku dan terdengar perkataan mereka yang menyebutkan tentang apa yang sedang aku cari yaitu, telur Monster.

"Oii.. Oii buruan! Keburu habis telur monsternya di beli orang lain."

"Heh??" wajah ku seketika itu sangat kaget mendengar ucapan ketiga anak barusan.

"Jangan cepat-cepatlah, capek tau!"

"Buruan! Keburu kiosnya tutup."

Aku tak menyangka ternyata Dewi keberuntungan sedang berpihak kepada diri ku dan ia mencoba menuntun langkah kaki ini melalui anak-anak barusan.

Dengan cepat akupun langsung bergegas mengikuti mereka karena ketiga anak tersebut mengetahui di mana lokasi kios tempat penjualan telur monster itu berada.

"Huh ah huh ah!" suara nafas ku tari ulur maju mundur terasa sesak mencoba mencari nafas.

Setibanya di lokasi kejadian, Pasar Bebas ternyata adalah tempat yang sangat ramai hingga dapat terdengar oleh telinga ini tentang apa yang sedang semua orang katakan sekarang.

"Kerang, kerang, kerang, kerang!"

"Ayam bakar, semur kadal, bebek goreng!"

"Pisaunya tuan, Pedangnya nyonya!"

"Buku sihir, buku mantra dan majalah dewasa mari beli bukunya bapak-bapak ibu-ibu!"

Begitulah suara yang aku dengarkan hingga membuat ku sadar tentang satu orang yang sebelumnya pernah aku jumpai di rumah Guild beberapa waktu yang lalu.

"Hahahaha! Dasar anak-anak payah."

Kalian kurang beruntung hari ini, cobalah datang lagi besok dengan membawa uang yang banyak kepada ku.

"Heh??" tatapan heran beserta kaget ketika aku menyaksikan si tua Bogel sedang menertawai ketiga anak-anak sebelumnya.

"Sialan! Kenapa 10 telur yang kami beli, isinya zonk semua."

"Kau pasti berbuat curang ya kan kakek tua!"

"Iya benar, pasti dia berbuat curang!" ujar ketiga anak kecil tersebut merasa sedang di tipu oleh permainan Lotre ini.

"Hei, hei, hei! Mana mungkin aku melakukan hal sekotor itu."

Nasib kalian saja yang buruk dan tidak beruntung sampai-sampai kalian melempar kegagalan kalian kepadaku.

"Eh, keberuntungan ya!" lanjut kaki ini melangkah mendekati mereka.

"Ka- kau!?" kaget si tua Bogel menyadari kehadiran Zaki.

"Hmm??" anak-anak di depan kios kakek tua tersebut menatap heran penuh dengan kebingungan.

"Kalau kau mau mencoba keberuntungan, silahkan saja tapi maaf. Tinggal 2 telur saja yang tersisa."

"Oh tidak masalah, ngomong-ngomong berapa harganya?"

"Harga untuk 1 telur, kau bisa membayar dengan 10 koin."

"Eh buset, ini pemerasan namanya woy!"

"Mau tidak??"

Sialan, dia mencoba memanfaatkan keadaan ku karena ia tau aku sedang membutuhkan hewan sihir untuk pendaftaran menjadi seorang petualang.

"Baiklah, tidak masalah!" tegas ku penuh dengan tekanan mental dan batin karena si tua Bangka ini.

Bogel memakai cara licik agar dapat mencari uang dan ia mencoba mengambil uang anak-anak ini dengan cara permainan Lotre atau hampir mirip seperti perjudian.

Di tambah lagi, tinggal 2 telur yang tersisa di hadapan ku sekarang. Telur berwarna biru berada di sebelah kanan sedangkan telur yang berwarna merah berada di sebelah kiri.

"Boleh juga kau, seperti aku tak menyangka akan menggunakan teknik terlarang ku sendiri di tempat seperti ini."

"Heh!?" kaget keempat orang tersebut mendengar ucapan ku barusan.

"Tek- teknik terlarang katamu??"

"Teknik macam apa itu bang!"

"Boleh kami melihatnya!"

"Boleh ya bang!"

"Oh, silahkan."

Tidak perlu berlama-lama lagi dan langsung saja akupun mencoba memulai rapalan sihir dengan mengucapkan beberapa mantra terlarang itu tepat di hadapan mereka berempat.

"Ca..."

"Sihir macam apa yang akan dia gunakan!?" tanya si tua Bogel di dalam hati, sesaat sebelum aku memulai membaca mantra.

"Apakah Abang itu dewa perang??" tanya ketiga anak-anak di dalam hati penuh dengan ketegangan.

"Ca... Cap Cip Cup kembang kuncup pilih mana yang mau di Cup!"

Jari-jemariku menunjukkan ke kanan dan ke kiri secara bergantian dan akhirnya berhentilah jari telunjuk ini pada telur sebelah kiri yaitu, telur berwarna merah.

"Eh, eeh!"

"Apanya teknik terlarang ah!" teriak si tua Bogel sangat kesal, merasa seperti sedang di tipu oleh Zaki.

"Eh, kenapa kau tiba-tiba marah begitu kepadaku?"

"Dasar Abang tukang tipu, kau sama saja seperti si kakek tua itu."

"Tidak-tidak, tolong jangan samakan aku dengan manusia seperti dirinya."

"Heh, akupun tidak terima jika di samakan dengan dirimu ya!"

Merasa kesal atas perlakuan tidak baik ini tentu saja membuatku sangat ingin membuktikan apa yang telah aku lakukan barusan.

"Oii Bogel, bagaimana cara menggunakan telur monster ini?"

"Eleh, itu telur kosong tau."

"Cepatlah katakan padaku bagaimana cara kerjanya!"

"Payah bilang kayak gini, coba kau angkat telur itu ke atas."

Jika telurnya bercahaya itu berarti kau mendapatkan satu Monster yang di mana bentuk makhluk tersebut sangat mirip seperti hewan sihir.

"Oh begitu ya, baiklah aku mengerti sekarang."

Sesuai dengan apa yang di katakan oleh si pria tua barusan, langsung saja membuat kedua tangan ini mengangkat telur berwarna merah yang aku pegang naik melewati ke atas kepala saya.

Tiba-tiba!

Satu hal aneh terjadi yaitu pandangan semua orang beralih tertuju ke arah kios si tua Bogel, seakan hal yang tidak mungkin tapi mungkin terwujud setelah sekian lama.

"Heh?!" kaget semua orang yang berada di Pasar Bebas menyaksikan suatu hal langka sedang terjadi ternyata.