webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 80

"Tania Sania aunty kangen," kata Nayara lalu mengusap kepala ponakannya.

"Will udah sembuh?" Tanya Freya.

"Agak mendingan kak," jawab William lalu duduk di sofa dan menyenderkan kepalanya.

"Kalau Lo sakit ngapain gak pulang? Malah kesini," ujar Nathan.

"Kan tadi William jemput Gue kak," jawab Nayara.

"Loh? Sania mana?" Tanya Nayara saat menyadari bahwa hanya Tania yang ada di keranjang bayi.

"Di pinjem tante Inge, tetangga sebelah," jawab Freya.

"Intinya Gue titip anak-anak Gue yah. Kita berdua mau ke mall," kata Nathan.

"Bukan ke mall! Mau beli alat rumah tangga buat di rumah baru," jelas Freya.

"Kalian beneran mau pindah?"

"Ya iyalah, yakali Gue tinggal disini mulu," jawab Nathan.

"Terus Gue? Oh iya ada kak Niko. Lah! Dia kan mau ke Jepang dua hari lagi!" Kata Nayara dalam hati.

"Belajar mandiri Nay, Gue bakal sering jengukin Lo kesini. Lagian nanti ada kak Lili yang jagain Lo," kata Nathan. Lili adalah tutor pengganti Jason.

"Iya, Gue jagain anak Lo. Tapi pulangnya bawa boba sama McD ya? Gue pingin," kata Nayara dan di iyakan saja oleh Nathan.

"Iya bawel! Oh ya nanti Bunda bakal kesini," kata Nathan.

"Tante Rena? Oke."

"Titip ya Nay, Will," kata Freya sebelum pergi.

"Okey kak!"

"Tania sekarang dirumah sama aunty sama uncle yah? Lucu banget sih ponakan aunty," kata Nayara dan membuat Tania dan Sania tertawa.

"Nay?"

"Hmm?"

"Gue boleh gendong gak?" Tanya William.

"Lo sakit nanti dia jatuh," kata Nayara.

"Nggak pegang doang, boleh ya?"

"Iya, iya udah bentar Gue bantu," Nayara lalu mengangkat Tania dan menyerahkannya kepada William.

"Lucu banget dia Nay," kata William.

"O jelas, aunty nya kan Gue," ujar Nayara diiringi dengan gelak tawa.

Ting Tong Ting Tong

"Bentar itu pasti tante Rena," ucap Nayara lalu membukakan pintu.

"Loh Justin? Gue kira tante Rena. Masuk," kata Nayara. Diluar ekspetasi, bukannya Renata yang datang tapi Justin dengan empat kotak McD ditangannya.

"Wah tahu aja Lo Gue lagi pingin McD, siniin!" Kata Nayara lalu merebut kotak itu.

"Bukan Gue yang beli tapi kak Nathan. Tadi ketemu di jalan Gue disuruh bawain ini sekalian," jawab Justin.

"Tapi kok empat? Buat siapa aja?" Tanya Nayara.

"Buat Tania sama Sania kali," jawab William asal.

"Bukanlah! Buat temen Gue, tadi Gue minta di traktir. Hitung-hitung biaya ongkir," kata Justin.

"Astaga, gak ikhlas Lo! Will taruh dulu Tania juga dia tidur. Makan dulu," kata Nayara lalu meletakkan Tania di keranjang bayinya.

"Nah itu dia temen Gue," kata Justin lalu berlari dan membukakan pintu untuk temannya yang tidak lain adalah Astrid.

"Loh Astrid?" Pekik William.

Hoooeeekkk.....Hooooeeeeekkkkk...

"Tania cup cup cup gak papa sssssttttt," Nayara langsung menggoyangkan perlahan keranjang bayi Tania hingga Tania tenang.

"Ish! Will kebangun kan anak orang!" Kata Justin sambil menggaplok lengan William.

"Ya abisnya syok anjir, dari mana kalian kenal?" Kata William.

"Dia sering dateng ke pertandingan Gue. Makanya kita saling kenal, dengan kata lain dia fans Gue, yakan?" Kata Justin PD.

"Iya," jawab Astrid dengan senyuman.

"Hoeekk, kresek kresek," kata Nayara dan William.

"Makan gih kak," kata Justin lalu membukakan bungkus makanan untuk Astrid.

"Lo tinggal di deket sini?" Tanya Nayara.

"Iya, di persimpangan," kata Astrid sambil menunduk. Nayara yang tahu bagaimana keadaan disana berusaha tidak menunjukkan rasa kagetnya dan berpura-pura tidak tahu.

"Ya- yaudah makan gih," kata Nayara sambil tersenyum canggung.

"Hhmm enak," tanpa sadar Nayara bergumam.

"Enak ya Nay?" Tanya William.

"Ha?" Kata Nayara sambil menahan malunya.

"Gue bersihin bibir Lo," kata William dan mengelap ujung bibir Nayara lalu memakannya.

"Ngapain di makan?" Protes Nayara.

"Kenapa? Malu ya?" Kata William dan membuat jantung Nayara berdebar.

"Biasa aja!" Kata Nayara dan kembali makan.

"Aduh kak Naya malu. Udah lah kasihan abang Gue terima aja," kata Justin sambil tertawa.

"Ssstt! Jangan berisik! Tania nanti bangun lagi," kata Nayara.

"Kenapa kalian gak jadian aja?" Tanya Astrid.

"Menurut kak Astrid kenapa mereka gak jadian?" Tanya Justin.

"Ya gak tahu lah," jawab Astrid bingung.

"Kak Naya tuh gengsi deket William. Padahal mah cinta, aduh!" Nayara langsung melempar bantal ke wajah Justin.

"Jangan sok tahu ya!" Kata Nayara.

"Emang bener kan Nay?" William bertanya sambil menatap dalam Nayara.

"Jangan gitu deh, males banget Gue," kata Nayara.

"Nay? Jujur Lo suka Gue apa gak?" Tanya William.

"Duh harusnya Gue gak ngungkit masalah itu," kata Justin.

"Emang kenapa?" Tanya Astrid yang tidak mengetahui apa-apa.

"Bisa-bisa mereka jadi awkward lagi kaya dulu," jelas Justin.

"Will please, Gue gak mau bahas ginian sekarang. Jagan bikin mood Gue down deh!" Kata Nayara.

"Bercanda kali, maaf ya. Lanjut makan lagi," kata William lalu mengusap kepala Nayara.

"Hyuh," Justin menghembuskan napasnya yang lumayan sesak tadi.

Ting Tong Ting Tong

"Bentar Gue mau buka pintu dulu," Nayara segera menuju gerbang saat tahu Renata yang datang. Bersamaan dengan tante inge yang meminjam Sania tadi.

"Makan tante," kata William.

"Lah? Ada William sama Justin ternyata. Ini siapa?" Tanya Renata.

"Astrid, temen kelas Nayara," jawab Nayara.

"Itu tadi siapa Nay? Kok gendong Sania?" Tanya Renata.

"Owh itu tante Inge tetangga sebelah. Kata Kak Freya tadi dia mau minjem Sania," jelas Nayara.

"Yaudah siniin Sania nya tante mau gendong," kata Renata.

"Tante mau minum apa?"

"Gak usah deh Nay nanti biar Nathan aja yang buatin. Oh iya, ini mama papa nya kemana?"

"Mereka lagi beli alat rumah tangga buat rumah baru mereka nanti," jawab Nayara.

"Berarti kamu tinggal sama Nicholas aja ya?" Tanya Renata lagi.

"Sendirian tante, kan kak Niko bakal ke Jepang buat kuliah."

"Astaga tante banyak nanya ya? Maaf ya

Kalian lanjutin aja makannya biar tante yang jagain mereka," kata Renata dan akhirnya lima remaja itu pindah ke taman belakang.

"Justin Gue pingin boba orderin gih," kata Nayara.

"Baru aja abis makan ayam pingin lagi?" Tanya Justin kaget.

"Tadi kan cuma ayam doang sama teh. Gue pingin boba ayo lah," kata Nayara.

"Iya udah Lo mau apa?"

"Gue mau boba yang vanilla."

"Gue samain kayak Nayara."

"Gue juga sama deh."

"Yaudah empat milktea vanilla. Masih otw abangnya," kata Justin.

"Makan mulu Lo kak awas gendut," kata Justin.

"Lo ngedoain?"

"Nggak kan cuma bilang, lagian William pasti gak masalah kalau Lo gendut," kata Justin dan diangguki William.

"Justin bisa gak sih Lo gak usah bahas tentang masalah itu lagi?" Kata Nayara.

Dan suasana diantara mereka kembali canggung. Teringat akan kerja paruh waktunya, Astrid buru-buru pamit dan segera pergi dari sana.

"Kita pulang ya Nay?" Kata William.

"Iya," jawab Nayara singkat.

"Jangan marah dong kak Nay. Iya deh Gue janji gak ngungkit itu lagi," kata Justin.

"Iya gak papa, Lo udah janji loh ya?"

"Iya iya kalo gitu kita pamit ya," kata William dan melajukan mobilnya diikuti mobil Justin di belakangnya.

"Tante, Nayara mau keluar dulu yah," kata Nayara sambil berpamitan kepada Renata.

"Iya nak, hati-hati ya," kata Renata.

Keesokan harinya....

"Pagi kak," sapa William kepada Freya dan Nathan yang sedang menggendong Tania dan Sania.

"Pagi Will," balas Freya.

"Pagi-pagi amat Lo nyamperin adik Gue," ujar Nathan.

"Hari ini kan hari terakhir Gue jemput Nayara. Besok udah nggak soalnya," kata William.

"Yaudah kalo Lo mau jemput ya jemput lagi aja. Nggak papa juga," kata Nathan.

"Nayara mana bisa di ajak gitu. Gue boleh ke kamarnya kan?"

"Ketuk dulu pintunya siapa tahu dia lagi pake baju," peringat Nathan.

"Yoi kak!" Kata William dan langsung menuju kamar Nayara.

"Nay Gue masuk ya?" Berkali-kali William mengetuk pintu namun tak ada respon dari dalam. Terpaksa William membuka pintu Nayara dan melihat Nayara sedang tertidur di meja belajarnya.

"Nay heh Nay bangun udah siang ayo berangkat," kata William sambil menggoyangkan tubuh Nayara pelan.

"Nnggghhhh," Nayara mengerjapkan matanya sejenak.

"Udah rapi tapi tidur lagi. Yuk buruan," kata William.

"Kak Naya berangkat ya, bye-bye," kata Nayara kepada Nicholas, Nathan, dan Freya.

"Iya hati-hati inget loh nanti malem kalian berdua," ingat Nicholas.

"Oke kak," jawab keduanya.

"Nay?" Panggil William.

"Hmm?" Jawab Nayara sambil mengalihkan pandangannya yang semula dari bukunya kini ke arah William.

"Dia gak nyadar apa kalo ini hari terakhir Gue jemput dia? Bisa-bisanya kelakuannya sama kaya biasanya. Bela-belain Gue bangun pagi-pagi, sekarang malah gini?"

"Apa Will?" Tanya Nayara karena sejak di panggil tadi William hanya memandang lurus ke depan.

"Nggak hehe," kata William.

Sebenarnya Nayara lupa jika ini hari terakhir William menjemputnya. Ia juga kurang peka dengan perlakuan spesial William hari ini. Kemarin malam William menawarkan diri untuk menemani Nayara belajar lewat video call. Pagi tadi juga Nayara di telphone oleh William untuk membangunkannya.

"Owh ya Will nan-."

"Gue duluan ya buru-buru," jawab William.

Belum sempat Nayara menyelesaikan kalimatnya William sudah lebih dulu membanting pintunya dan berjalan cepat ke arah ruang club basket. Nayara hanya mematung dan mencoba tidak acuh dengan kelakuan William, dan ia pun berjalan ke kelasnya.

"Nay! Tumben sendiri," kata Tiara dan langsung membalik kursinya menghadap ke arah Nayara.

"Tadi sama William tapi katanya dia buru-buru," jawab Nayara.

"Lo dikasih apa tadi pagi?" Tanya Rendi yang ikut nimbrung.

"Gak di kasih apa-apa. Emang kenapa?" Tanya Nayara bingung.

"Hari ini kan hari terakhir kalian berangkat bareng, gimana sih Nay? Gak peka banget!" Teriak Tiara.

"Jangan bilang Lo beneran lupa! Parah sih Lu Nay," kata Rendi sambil menutup mulutnya.

"Sial! Beneran lupa Gue! Pantes aja kemarin dia nawarin diri nemenin Gue. Nayara bodoh ihh!" Omel Nayara dalam hati.

"Nggak kok siapa bilang lupa? Cuma ya apa spesialnya sih? Toh juga sering ketemu," bantah Nayara.

"Bagus deh kalau Lo inget. Kasihan si William Lo ghosting mulu," kata Reihan dan duduk di tempatnya.

"Reihan si William kemana?" Tanya Arya.

"Katanya ada kegiatan tadi di club basket," jawab salah satu siswa.

"Oke kalau gitu silahkan lanjutkan bab 5. Baca dan pahami kemudian buat laporan," jelas Arya.

Selama jam pelajaran Nayara tak berhenti memikirkan William. Tiba-tiba dia merasa bersalah karena melupakan hari ini. Namun di sisi lain, memang hari ini sangat spesial hingga harus saling memberi hadiah? Nayara bingung.

"Gue duluan ya Nay," kata Tiara sambil menggandeng Reihan keluar kelas.

"Gue duluan ya Nay. William kayanya ngambek deh," kata Rendi.

"Ha? Ngambek?"

"Nggak tahu deh. Gue mau jalan sama ayang Gue dada," kata Rendi lalu keluar dari kelasnya.

"Dasar!" Cemooh Nayara.

"Permisi kak, mau nyari William apa ada?" Tanya Nayara pada salah satu kakak kelas yang dekat dengan William.

"Tuh dia di dalem. Murung mulu dari pagi mana skip kelas seharian. Samperin sana," kata kakak kelas itu.

"Makasih ya kak," kata Nayara lalu menghampiri William yang sedang melempar bola ke tembok dan menangkapnya lagi.

"Will?" Panggil Nayara pelan.

William mendengar Nayara, namun tidak ingin menolehkan kepalanya.

"Will? Lo marah ya sama Gue? Kenapa?" Tanya Nayara sambil perlahan mendekat ke arah William.

"Gak marah kok, udah selesai kelasnya? Ayo, Gue anter Lo pulang," kata William dan mengambil jaket dan tasnya dan pergi mendahului Nayara.

"Will tunggu!" Cegat Nayara.

"Oke oke maaf maaf Gue salah, Gue lupa hari ini hari terakhir kita berangkat bareng. Tapi, emang itu spesial?" Tanya Nayara.

"Bagi Lo emang biasa aja, tapi bagi Gue itu berarti," gumam William.

"Juga Lo bakal ketemu Gue tiap hari kan? Lo bebas mau jemput Gue kapan aja. Please lah jangan besarin masalah kecil," kata Nayara sedikit berteriak.

William yang semula membelakangi Nayara, kini mulai menghadap Nayara dan mendekati gadis itu.

"Lo bilang apa barusan? Yang tadi Gue gak mudeng," kata William sambil mendekatkan kepalanya ke arah Nayara.

"Yang mana? Gue ngomong banyak tadi," jawab Nayara.

"Yang sebelum itu."

"Apa sih? Gue minta maaf?"

"Bukan."

"Lo boleh jemput Gue kapan aja?"

"Iya itu! Gue kira Lo bakal ngelarang Gue jemput Lo!" Teriak William lalu memeluk Nayara erat.

"Will Gue gak bisa napas, Will sesak!" Kata Nayara karena saking eratnya pelukan William.

"Makasih Nay Gue sayang Lo," kata William dengan mata berbinar.

"Iya Gue juga," samar-samar Nayara mengatakan itu namun bisa di dengar oleh William.

"Apa Nay? Coba ulang."

"Nggak!"

"C'mon Nay, repeat once again? Gue gak denger tadi," kata William sambil mengejar Nayara yang berjalan cepat mendahuluinya.

"Apaan nggak bilang apa-apa juga!"

"Nay ayolah, sekali lagi astaga Lo bilang apa?"

"Diem deh Will! Ribut amat!"

"Huwwaa barusan Nayara bilang sayang ke Gue," teriak William di tengah-tengah lapangan. Nayara menutup wajahnya dengan tas dan segera masuk ke dalam mobil karena menahan malunya.

"Will cepetan!" Panggil Nayara kepada William yang masih berteriak seperti orang gila.

****

"Bun, berarti nanti ada Nayara juga dong?" Tanya Bastian kepada Renata.

"Iyalah, kan adik ipar kakak kamu. Gisel sama William juga dateng katanya," jelas Renata.

"Penyambutan bayi tujuannya buat apa sih Bun? Emang tante Sherina gak malu punya anak yang nikah muda?"

"Hush! Kok punya pikiran kaya gitu kamu Bas? Harusnya berterima kasih karena tante Sherina mau nerima kakak kamu," kata Renata.

"Ya nggak maksudnya tante Sherina sama om Rivanno kan CEO perusahaan terkenal. Hampir semua orang di penjuru dunia tahu mereka. Tiba-tiba ngumumin berita kaya gini apa gak di hujat?"

"Kita harus siap sama konsekuensinya. Lagian cepat atau lambat pasti Tania sama Sania bakal di ekspos ke publik."

"Owh gitu, bentar ya Bun Bastian ngangkat telphone," kata Bastian lalu menjauh dari bundanya.

"Bastian, Kak Alex!"

"Mama!" Pekik Nayara lalu memeluk Sherina yang sudah lama tidak Ia lihat.

"Princess mama apa kabar? William mana?" Tanya Sherina.

"Tuh masih parkir mobil," jawab Nayara.

"Sore tante," sapa William.

"William apa kabar? Justin? Mama sama Papa kamu gimana?"

"Semuanya baik-baik dan sehat kok tante. Tante gimana?"

"Tante juga baik. Sana ke belakang cobain chef tante bikin kue," kata Sherina dan menyuruh Nayara dan William pergi ke taman belakang.

"Rame yah Nay?"

"Iya, gak nyangka bakal serame ini. Padahal acara nya di gedung kenapa masak di sini? Bukannya udah chatering ya?" Kata Nayara.

"Masakan di sini buat keluarga yang dateng nanti. Nenek kamu kakek om tante pokoknya keluarga," jelas chef Nayara yang bernama Romi.

"Cobain," kata Romi dan menyerahkan beberapa potong kue untuk Nayara dan William.

"Gimana?"

"Mmhh, enak kok. Rasa coklat," kata William.

"Bwahahaha kalo warnanya merah ya stroberi lah. Btw, pacar kamu Nay?"

"Bukan, temen," jawab Nayara yang masih sibuk mencicipi satu persatu makanan.

"Saya ke depan duluan ya chef. Semangat."

"Okei! Semangat!" Kata chef itu dan tersenyum setelahnya.

"Mah, Papa mana? Gak barengan lagi baliknya?" Tanya Nayara.

"Enak aja! Papa lagi di ruang kerjanya tuh," kata Sherina ngegas.

"Demen banget ngegas," gerutu Nayara.

"Apa?!"

"Nggak Ma!! William mau pamit nih," kata Nayara.

"Lah? Oh iya tante William pamit dulu," kata William setelah diberi tatapan membunuh oleh Nayara.

"Anter sana Nay Williamnya. Titip salam sama calon besan yah Will," kata Sherina sambil mengedipkan matanya.

"Mah!!!"

"Buruan Will keburu inces marah," kata Sherina. Memang hobinya mengerjai putri satu-satunya itu.

"Makasih ya Will untuk dua bulannya," kata Nayara dari luar mobil William. Sementara William sudah stand by di belakang kemudinya.

"Maksudnya? Katanya Gue bisa jemput Lo kapan aja!" Omel William.

"Iya boleh, emang kapan Gue bilang gak boleh? I mean, makasih karena Lo selalu jagain Gue selama dua bulan ini," kata Nayara.

"Ya ampun Gue kira Lo bakal gak ngasih Gue jemput Lo lagi. Kalo gitu sampe jumpa nanti ya," kata William lalu mengeluarkan mobilnya dari halaman rumah Nayara.

"Hati-hati ya Will," kata Nayara sambil melambaikan tangannya.

"Duluan ya," William akhirnya pergi dari kediaman Nayara.

Drrrrttt.....Drrrttttt.....Drrrrtttt

"Halo Bang Jay?"

"....."

"Bisa-bisa, bentar Naya bilang ke Mama dulu."

"Ma Nayara mau ke kafe Bang Jay. Disuruh jagain Kanaya sama kafenya. Soalnya mereka mau nganter Zayn imunisasi," kata Nayara di sebelah Mamanya dan diiyakan saja.

"Nanti kamu tolong urus semuanya ya Astrid. Saya nanti mau pergi ke kondangan soalnya," kata Mbak Andra kepada Astrid.

"Iya Mbak, serahin sama saya," kata Astrid dengan senyuman.

"Yaudah lanjutin ngepelnya," kata Mbak Andra.

"Misi Bang!" Panggil Nayara saat memasuki kafe.

"Selamat dat-," Astrid langsung mematung ditempatnya saat melihat Nayara masuk ke dalam kafe.

"Nayara?" Astrid langsung menunduk, begitupun Nayara yang langsung berjalan cepat menemui Bang Jay yang sedang membersihkan pot bunga.

"Bang Jay!"

"Astaga Nay! Bikin kaget ae Lu! Tuh Kanaya sama Zayn, titip yah," kata Bang Jay to the point.

"Naya sibuk loh Bang! Mana bantuin Mama, jagain Nia twins, ini disuruh jaga anak Lo juga. Emang Gue baby sitter apa?" Protes Nayara.

"Kamu gak mau Nay?" Tanya Mbak Andra dengan raut wajah menyeramkan.

"Mau kok hehe, tadi Bang Jay aja yang nyuruh Naya nge drama," bohong Nayara.

"Kena lagi Gue capek bat," gerutu Bang Jay.

"Makasih ya Nay, maaf ngerepotin kalian seumuran btw," kata Mbak Andra sambil menggendong Zayn.

"Kita kan temen sekelas," kata Astrid.

"Se-serius? Oh kalo gitu yaudah ngobrol aja," kata Mbak Andra sembari menyembunyikan rasa kagetnya.

"Sini Bang Kanaya biar Naya gendong."

"Kita berangkat yah, nitip ya Nay," kata mbak Andra lalu meninggalkan Nayara dan Astrid.