webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Bab 81

Kondisi kafe lumayan ramai, sehingga Astrid sedikit kewalahan menanggapi banyak orang yang datang. Nayara yang hampir mengenal setiap orang yang datang menyapa satu-persatu orang yang datang sambil bermain dengan Kanaya.

"Bang Jay mana Nay?" Tanya Putra dengan tubuhnya yang sudah di banjiri keringat dan napas yang tidak teratur.

"Lagi nganter Zayn imunisasi, kenapa kak? Kok gitu muka Lo?" Tanya Nayara yang ikut panik.

"Jagain kafe sama Kanaya ya," kata Putra lalu pergi dari sana setelah menepuk pundak Nayara.

"Napa dah dia," tanya Andrew yang datang bersama Egi, Karin, dan Christ.

"Gak tahu tuh tadi dateng sambil lari terus pas ditanya malah pergi," jawab Nayara.

"Tadi Hao juga buru-buru sambil mukanya panik ngambil mobil," kata Christ.

"Lah? Kan mobil kak Hao di kantor polisi Christ? Kok bisa bawa mobil?" Tanya Karin, kenapa Karin bisa tahu mobil Hao di kantor polisi. Karena dua hari yang lalu pada saat Putra meminjam mobil Hao, Putra tidak sengaja melanggar lampu merah dan mobilnya pun di tilang polisi.

"Pake mobil aku tadi," jawab Christ.

"Kok Gue ngerasa ada yang gak beres yah?" Celetuk Egi.

"Iya yah, berdoa aja biar gak terjadi apa-apa," kata Christ.

"Bentar Gue mau minum dulu. Mbak teh poci nya sa..."

"Gi sekalian kita!" Teriak Andrew lalu duduk di meja luar.

"Huh, teh poci 5. Rasa coklat satu, vanilla satu, original tiga," kata Andrew.

Setelah minuman jadi Egi langsung mengambil minumannya dan meletakkan secarik kertas bertuliskan "diskon temen" diatasnya. Astrid yang tidak tahu pada saat perlombaan hadiahnya adalah voucher minuman gratis di kafe Bang Jay.

"Maaf Mas tapi ini bukan uang," tanya Astrid.

"Owh, itu kata Bang Jay bisa di pake buat minum gratis disini," jawab Egi.

"Maaf mas tapi saya gak bisa percaya sama mas," kata Astrid.

"Serius itu di kasih Bang Jay," kata Egi.

"Ta-tapi.."

"Kenapa Gi?" Tanya Nayara yang melihat Astrid mencegat Egi.

"Itu kartu buat minuman gratis kan, Nay?" Kata Egi sambil menunjuk kertas yang di pegang Astrid.

"Iya emang, tapi kan di pakenya cuma pas ada Bang Jay atau Mbak Andra doang. Bayar gih," kata Nayara.

"Owh gitu ya? Maaf Gue gatahu. Nih, sorry ya jadi ngerepotin," kata Egi lalu segera membayar minumannya.

"Gitu doang di permasalahin Lo Gi Gi. Padahal Lo punya banyak uang," kata Christ.

"Ya siapa sih yang gak mau gratisan? Nih yang cokelat punya Andrew, yang vanilla Nayara, yang ori kita," Egi masih mengingat rasa teh poci kesukaan teman-temannya.

"Wah makasih Egi udah traktir. Sering-sering gini dong," kata Karin.

"Bangkrut Gue nraktir babi kaya Lo semua," kata Egi dan disahuti dengan gelak tawa kelimanya.

"Kak Egi punya pacal belom?" Tanya Kanaya.

"Kak Egi? Belom, Kanaya mau gak jadi pacar kak Egi?"

"Nggak mau kak Egi jelek! Mending sama kak Andrew aja, wlee!" Kanya mengejek Egi hingga membuat laki-laki itu menelan ludahnya.

"Masih bocil gak boleh pacar-pacaran, benerin dulu cara ngomongnya. Baru pacaran," kata Christ.

"Kak Christ juga ganteng kok hehe," puji Kanaya.

"Oh ya? Yaudah sini peluk kak Christ."

"Tapi kalau dilihat dari lubang pipet teh gelas. Kyaaa," kata Kanaya sambil tertawa khas anak bayi.

"Berdosa kamu ya Kanaya," kata Christ menahan geramnya.

"Di ledekin mantan tidak. Diledekin anak kecil iya," ejek Egi.

"Sialan Lu Gi!"

Plak!

"Aduh! Sakit babi! Gak usah pakek geplak pipi juga! Nanti gak cubi!" Rintih Egi yang dipukul oleh Christ.

"Malu bat Gue punya temen modelan gini ya tuhan. Pingin pindah universe rasanya," celoteh Karin.

"Dari pada Lo gak punya temen? Mending mana?" Tanya Andrew.

"Nggak dua-duanya deh. Udah ih jangan berantem gitu malu banget dilihatin orang," kata Karin yang menahan malunya.

"Permisi mbak! Mbak!" Astrid yang bengong melihat kelakuan manis kelima sahabat itu disadarkan oleh pembeli yang sudah lama mengantri.

"Ma-maaf. Tadi pesanannya apa?" Tanya Astrid.

"Basgor satu sama teh anget. Makanya kalo kerja jangan ngelamun," kata pembeli itu.

"Maaf," kaga Astrid lalu segera membuat pesanan.

"Enak ya jadi anak orang kaya. Punya banyak temen, hidupnya gak susah, apa-apa diturutin. Nggak kaya Gue, miskin, gak punya orang tua, bahkan sekolah pun Gue harus mati-matian belajar dan harus jadi..," Astrid menghentikan suara yang ada dipikirannya. Ia takut dan merasa bersalah pada dirinya. Demi bersekolah di SMA favorit dirinya rela berbuat dosa.

****

Lampu terang menghiasi gedung besar, dimana penyambutan menantu dan cucu dari keluarga Kanendra dilaksanakan. Para tamu perlahan mulai memenuhi area gedung. Semua terlihat bahagia dan exited.

"Selamat atas cucu mu tuan Kanendra," kata salah satu partner Rivanno.

"Terimakasih. Silahkan nikmati jamuannya," kata Rivanno.

"Wah tidak menyangka jika kau akan menjadi seorang kakek secepat ini. Selamat tuan Rivanno," kata Thomas yang sudah datang bersama Adele, William, dan juga Justin.

"Terimakasih tuan Thomas. Mari silahkan duduk," kata Rivanno mempersilahkan Thomas dan Adele untuk duduk di meja VIP.

"Sherina selamat! Aku turut senang dengan berita ini. Mengapa kau tidak memberitahuku lebih awal?" Tanya Adele dan langsung memeluk Sherina.

"Terimakasih Adele, aku memang menunggu untuk memberimu kejutan," jawab Sherina.

"Haha, kau memang yang terbaik," kata Adele.

"Bagaimana keadaan bisnis mu? Apakah sejauh ini lancar?" Tanya Adele.

"Ya untungnya masalah karyawan yang korupsi sudah ditangani. Aku harap kedepannya tidak ada kejadian seperti itu lagi," kata Sherina.

"Panggil lah kami jika kalian memang memilki masalah dengan perusahaan. Kami akan siap membantu kapan pun," kata Thomas.

"Baiklah, terimakasih tuan Thomas," kata Rivanno dan Sherina dengan senyuman.

"William sama Justin kalian temuin aja langsung Nayara ya diruang tunggu," bisik Adele.

"Kami permisi," kata William dan Justin.

"Will Lo duluan aja, Gue mau ke kamar mandi," kata Justin lalu buru-buru mencari toilet.

"Yaudah buruan!"

William pun berjalan perlahan dan mulai mencari-cari letak ruangan Nayara.

"Permisi, Nayara dimana ya?" Tanya William kepada salah satu pelayan.

"Nona Nayara ada diruang tunggu di sebelah sana," jawab pelayan itu.

"Oke, terimakasih," kata William lalu melangkahkan kaki dan membuka pintu ruangan yang ditunjuk oleh pelayan tadi.

Nayara sedang berdiri di depan cermin, dengan gaun putih anggun yang dikenakannya. Rambutnya terurai bergelombang dan jepitan sakura melekat di rambutnya. William terpesona dengan Nayara, Ia langsung menghampiri Nayara dan tersenyum di belakangnya.

"Astaga William Gue kira penampakan," kata Nayara dan berbalik ke arah William.

"Udah siap? Ayo keluar," kata William dan melipat tangannya agar digandeng oleh Nayara.

"Bentar nunggu Gisel sama Bastian. Kata Mama keluarnya setelah kak Nathan sama Kak Nicholas," kata Nayara.

"Oke," jawab William dan mereka berdua tersenyum sambil menatap satu sama lain.

"Ayo Fey, gak deg-degan kan?" Tanya Nathan.

"Deg-degan lah Nath, ini lebih banyak orang dari pada waktu kita nikah," kata Freya sambil menenangkan dirinya.

"Fey Raya mau ngomong," kata Nicholas lalu menyerahkan handphonenya.

"Oh my god! Fey Lo cantik banget! Jadi iri!" Teriak Raya diseberang sana.

"Nanti juga Lo bakal gini Ray. Tunggu aja Nicholas peka haha," kata Freya.

"Gausah pura-pura deh. Gue tahu Lo lagi nervous kan? Kelihatan kali," kata Raya.

"Tahu aja Lo! Gimana Lo disana? Baik-baik aja kan?"

"Ya aman sih, Gue bahagia banget bagus banget disini Fey. Kuyy lah sini mampir ke kostan Gue haha," kata Raya.

"Mata Lu mampir! Lo kira Indonesia Jepang kaya Jakarta Surabaya apa!" Protes Freya.

"Haha udah ya, Gue mau istirahat. Semangat Fey!"

"Yaudah kamu istirahat ya sayang, tunggu aku besok," kata Nicholas lalu menyudahi video callnya.

"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Nathan dan Freya hanya mengangguk.

"Yuk keluar," kata Nathan lalu menggandeng tangan Freya.

"Kami sambut Tuah Rivanno Kalendra dan Nyonya Sherina Anindita," kata pembawa acara.

Semua yang datang berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah. Kedua pasangan suami istri itu tampak sangat serasi bergandengan tangan di atas panggung.

"Lihat mereka, serasi banget yah," kata Adele.

"Kita juga kok," kata Thomas yang sukses membuat Adele malu.

"Terima kasih untuk hadirin yang telah datang pada malam hari ini. Kami ingin menyampaikan bahwa kami juga sangat berterima kasih atas do'a dan berkat yang para hadirin sampaikan untuk menantu dan cucu kami. Terima kasih juga kepada Arya dan Renata karena sudah mempercayai kami untuk menjaga putri kalian, Freya Kesya Anastasia." Kata Rivanno memberikan pidato di depan para tamu.

"Silahkan tuan Rivanno dan Nyonya Sherina beserta tuan Arya dan Nyonya Renata untuk memotong tumpeng," kata pembawa acara.

Prok Prok Prok Prok

"Silahkan para hadirin untuk menikmati acara hiburan selanjutnya," kata host.

Rivanno, Sherina, Arya, dan Renata lalu turun dari panggung dan menghela napas lega di belakang panggung.

"Huh gila deg-degan parah Gue Rin," kata Renata.

"Bisa bayangin kan gimana Gue setiap saat speech di depan orang banyak?" Kata Sherina.

"Ini anak-anak udah siap kan Ma? Kok belum ada yang keluar?" Tanya Rivanno.

"Tuh," tunjuk Sherina ke arah tangga.

Nathan dan Freya menuruni tangga dengan bergandengan tangan. Nicholas berada di depan dan langsung menyapa Mama nya.

"Wow, ganteng bat deh anak-anak mama. Adiknya mana?" Tanya Sherina.

"Udah turun duluan kan sama William sama Gisel sama Bastian. Nggak ada?" Tanya Nicholas lalu memerhatikan sekitar.

"Owh itu dia disana lagi ngobrol temennya," kata Freya sambil menunjuk Nayara yang sedang bersama teman-temannya.

"Selamat ya nak, kamu udah resmi jadi menantu kami," kata Sherina lalu memeluk Freya.

"Makasih Ma," jawab Freya lalu memeluk Sherina.

"Anak kalian ada di sebelah panggung, susulin gih. Jangan lupa sapa satu-satu tamu loh Nath," kata Rivanno.

"Iya pa, yuk sayang," kata Nathan dan pergi ke arah anak-anaknya.

"Nicholas kapan nih nyusulnya?" Tanya Renata.

"Biarin aja lah dulu Nathan sama Freya jadi pasutri kesayangan Gue. Gak usah buru-buru," kata Rivanno.

"Iya juga yah, semangat ya kamu belajar di Jepang nanti!" Kata Renata.

"Tante sama om juga semangat nyari uangnya. Kalo gitu Nicholas mau nyamperin Nayara dulu," kata Nicholas lalu menghampiri Nayara.

"Temen kak Niko gak ada yang dateng ya? Bahkan Bang Jay sama Mbak Andra gak ada," kata Nayara.

"Iya yah, kemana ya mereka. Hao gak pulang dari tadi siang buru-buru pergi. Telpon pun nggak diangkat," kata Christ.

"Kak Reiga juga sama, ditelponin hp nya aktif dan dia on tapi gak diangkat," kata Egi.

"Ahh palingan mereka bikin rusuh lagi nanti dateng-dateng udah lah santai ae," kata Andrew.

"Yaudah ngobrol aja lanjut lagi."

"Perasaan Gue rada-rada gak enak nih," kata Nicholas dan Nathan secara bersamaan dalam hati.

"Selamat datang Nyonya Dewi silahkan duduk," sapa Rivanno kepada Dewi, yups ibu Jesse.

"Selamat tuan Rivanno atas menantu baru kalian. Perkenalkan ini anak saya Jason dan Jesse," kata Dewi.

"Jason? Astaga lama nggak ketemu nak. Gimana kabarnya?" Tanya Sherina.

"Baik bu, Nayara?" Tanya Jason balik.

"Dia biasa aja sih, tuh dia sama temennya," kata Sherina.

"Kalian udah saling kenal?"

"Iya benar, Jason adalah tutor anak kami," jawab Rivanno.

"Dan Jesse adalah pacar Nayara bukan?" Kata Dewi sambil tersenyum.

Sherina langsung menatap tajam ke arah Jesse, "bukankah mereka sudah putus?"

"Iya tante kita udah putus," kata Jesse.

"Ahh maaf saya tidak tahu," kata Dewi tersenyum canggung dan menatap ke arah Jesse tajam.

"Mari silahkan nikmati acaranya," kata Rivanno.

"Siapa tuh pa?" Tanya Sherina.

"Ibu Dewi, anaknya pak deddy yang megang anak perusahaan Ackerley," jawab Rivanno.

"Apa-apaan bilang Nayara masih pacaran sama Jesse? Berarti Nayara pernah ketemu dia dong?" Kata Sherina cemas.

"Udahlah gapapa. Kaya gak pernah aja kamu tuh."

"Bukan gitu pa, beda lah sama yang ini."

"Nayara apa kabar?" Tanya Dewi dan langsung memeluk Nayara secara paksa. Hampir saja jus yang Nayara pegang terjatuh akibat tarikan keras dari Dewi untung saja William segera peka dan mengambil jus dari tangan Nayara.

"Ba-baik tante," kata Nayara.

"Kok gak pernah main kerumah lagi?" Tanya Dewi.

"Emang kapan Gue main kerumahnya?" Tanya Nayara dalam hati.

"Ngg itu..."

"Permisi nona Nayara ada panggilan dari tuan muda Nicholas," kata seorang pelayan.

"Terima kasih, saya permisi," kata Nayara lalu segera menemui Nicholas.

"Kak kenapa?" Tanya Nayara kepada Nicholas.

"Nggak nyaman kan kamu deket ibu Jesse? Sini aja duduk temenin kakak," kata Nicholas dan Nayara duduk di sebelah Nicholas.

"Giliran sendiri aja nyari Naya. Kalo udah ada kak Raya gak ada yang inget ada Naya di dunia," omel Nayara.

"Dih kok ngomel sih? Kaya ibu-ibu aja deh," kata Nicholas.

"Abisnya nyari pas perlu doang."

"Udah ih jangan dilanjutin kamu ini!"

"Sakit jangan cubit-cubit Naya juga nyubit kak Niko nih nih biar tahu rasa!"

"Aduh maaf maaf iya deh gak lagi astaga Nay sakit," rintih Nicholas.

"Besok kakak berangkat yah?" Tanya Nayara sambil menatap Nicholas.

"Iya, kenapa? Sedih ya?"

"Nggak biasa aja ye!"

"Nanti kamu mau kuliah dimana Nay?"

"Naya pingin kuliah di Indonesia terus mau ikut papa kerja di Afrika."

"Nggak pingin kuliah di luar negeri emang?"

"Bukannya nggak mau tapi gak tahu deh lihat nanti."

"Nik dipanggil papa Lo!" Kata Nathan sambil menghampiri Nicholas dan Nayara.

"Key," lalu Nicholas, Nathan, dan Nayara pergi dari sana dan menuju belakang panggung.

Sementara itu...

Putra, Reiga, dan Hao sedang berada di depan ruang operasi.

Flashback....

"Lex! Alex! Alex! Bangun!" Teriak Reiga.

Alex tersungkur dilantai dengan darah yang sudah berceceran dari atas kepalanya. Reiga yang kebetulan ingin menemui Alex menemukan Alex sudah dalam kondisi seperti itu.

"Lex bertahan! Gue bawa Lo ke rumah sakit!" Dengan sekuat tenaga akhirnya Reiga berhasil mengangkat Alex menuju mobilnya. Reiga pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh dan langsung membawa Alex ke rumah sakit.

"Maaf tolong tunggu di luar," kata salah satu suster.

"Lex, jangan mati please!" Mohon Reiga.

Tanpa babibu Reiga langsung menelpon Hao dan Putra. Ia sengaja tak menelpon yang lain, karena Reiga tahu nanti malam Nathan akan melakukan penyambutan untuk anaknya. Jadi Ia hanya mengabari Hao dan Putra saja.

"Bang Jay lagi nganter Zayn imunisasi," kata Putra dengan napas yang tidak teratur.

"Kok bisa Alex jatuh?" Tanya Hao.

"Gue gak tahu, intinya Gue dateng kerumah dia, dia udah jatuh darahnya udah ada di lantai," jelas Reiga.

"Berdo'a semoga Alex baik-baik aja," kata Hao.

"Iya."

"Oh ya, jangan kabarin Nathan, Nicholas sama yang lainnya dulu. Takut nanti mereka beban pikiran. Kita juga gak bisa buat Nathan dateng dan ninggalin acaranya gitu aja," kata Reiga.

"Bener. Nanti Gue yang bakal jelasin ke mereka," kata Putra.

"Alex gimana?!" Teriak Bang Jay sambil berlari bersama Mbak Andra dan Zayn.

"Bang Jay? Kok tahu kita ada di rumah sakit?" Tanya Reiga.

"Gak penting! Alex gimana?!" Teriak Bang Jay.

"Dia lagi di operasi. Gue gak tahu pastinya. Kita berdoa yang terbaik aja," kata Hao.

"Kalian nggak ngasih tahu Nicholas atau Nathan, 'kan?" Tanya Mbak Andra.

"Nggak mbak," kata Reiga.

"Bagus, nanti kita gak usah dateng ke acara mereka. Setelah acaranya selesai kita langsung ngabarin mereka," jelas Mbak Andra.

"Ayang, kita pulang dulu yah. Nanti aku ke sini lagi," kata Bang Jay dan Mbak Andra pamit pada ketiga remaja itu.

Selama dua jam mereka ber tiga menunggu sambil berdo'a di depan ruang operasi. Rasa-rasanya, masa muda mereka selalu saja dihantui oleh rumah sakit. Alex, Nayara, dan kini mereka harus kembali melantunkan do'a untuk teman mereka.

"Bisa bertemu dengan wali pasien?" Tanya dokter.

"Saya dok!" Kata Reiga cepat.

"Pasien mengalami mati otak, kami akan memantau perkembangan pasien setiap satu jam. Kalian boleh menemui pasien di ruangannya nanti setelah tiga puluh menit. Kalian mengerti?"

"Baik dok."

"Baiklah, saya permisi dulu."

"Terima kasih dok," kata ketiganya.

"Aish! Mati otak apaan anjir! Dulu koma sekarang mati otak! Aakkkhh!" Kata Putra frustasi.

"Tenang Put," kata Hao sambil memeluk sahabatnya itu.

"Gimana? Udah selesai operasinya?" Tanya Bang Jay.

"Udah," jawab Reiga lemah.

"Terus?"

"Alex mati otak Bang," kata Reiga.

"Astaga apa lagi cobaan ini ya tuhan," kata Bang Jay tak kuasa menahan tangisnya.

Tiga puluh menit berlalu....

"Lex..," lirih Hao.

"Kata Andrew acara Nathan udah selesai," kata Putra.

"Langsung aja kabarin mereka. Makin cepat makin bagus," perintah Bang Jay dan Putra segera menurutinya.

"Gak kerasa ya, selama empat belas tahun kita temenan," celetuk Hao.

"Dulu waktu kita kecil, kita happy banget yah. Main bola di lapangan bahkan masak-masakan sama cewek pun gak masalah," lanjutnya.

"Gue gak bakal nyangka kalo kita bakalan pisah sebentar lagi."

"Stop! Ho Lo ngomong apaan sih?! Seakan-akan Alex gak akan hidup lagi!" Bentak Reiga.

"Memang, dia gak akan bisa hidup Rei. Lo tahu? Sampai saat ini belum ada yang tahu cara nyembuhin orang yang mengalami mati otak! Kita gak bisa berharap banyak!" Kata Hao.

"Lo kalo mikir gitu terus mendingan pergi deh! Jangan memperkeruh suasana! Gak jelas banget jadi orang Lo! Alex bakal hidup!"

"Lo terlalu bodoh Reiga! Makanya pas pelajaran biologi Lo jangan molor! Alex bakalan mati cepat atau lambat!"

"Hao! Rei! Stop! Gak usah debatin hal-hal kaya gitu! Lo Ho! Kalo Lo mau berantem sama Reiga, mending Lo pergi dulu tenangin diri Lo! Jangan bikin ribut disini!" Kata Bang Jay.

Hao langsung mengambil kunci mobilnya dan keluar dari ruangan Alex dan memberikan Reiga tatapan tajam.

"Ho mau kemana Lo?" Tanya Putra.

"Urus aja urusan Lo!" Kata Hao dan tetap melanjutkan jalannya.

"Hao napa bang?" Tanya Putra.

"Lagi syok," jawab Bang Jay cepat.

"Kak Alex!" Karin langsung menangis di sebelah tempat tidur Alex. Karin, Andrew, Christ, dan Egi datang bersamaan. Nayara, Nathan ,dan Nicholas akan menyusul nanti setelah acara benar-benar selesai.

"Kak Alex bangun! Gak boleh lemah!" Kata Karin sambil menangis histeris.

"Gak seru Lo kak kalau gini! Lo ketua geng!" Kata Egi.

"Kak Alex Karin bakal lakuin semuanya kalo kak Alex bangun. Please Karin mohon hiks, Karin gak mau lihat kak Alex mati," kata Karin.

"Karin Karin sshh sshh berdo'a ya gak boleh ngomong gitu. Kita berdo'a sama sama ya cantik," kata Putra lalu memeluk adiknya itu.

"Kak Putra Karin sayang sama kak Alex haa," Karin menangis di dalam pelukan kakaknya.

"Iya iya kakak tahu. Semuanya juga sayang kan sama Alex. Cup cup gak boleh nangis," kata Putra.

Dubrak!

Christ dan Andrew memutuskan untuk keluar dari ruangan Alex. Mereka tidak bisa menangis atau pun mengucapkan sepatah kata pun di dalam. Mereka terlalu takut untuk kehilangan sosok yang mereka banggakan. Sedari dulu, selain Bang Jay, Alex lah yang paling di hormati. Bahkan tak ada seorang pun yang akan membantah jika Alex sudah angkat bicara. Alex tipe teman yang akan melakukan semuanya demi membantu temannya yang kesusahan. Tanpa meminta imbalan apa pun.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Enjizoo44creators' thoughts