webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 67

"Nay heh Nayara! Bengong ae Lu," kata Reiga sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nayara.

"Ngapain kak?" Tanya Nayara.

"Mau nongkrong di sini sih sama yang lain. Sekalian nyapa anaknya Nathan. Owh ini ya mereka aduh lucunya ponakan Om," kata Reiga menatap gemas ke arah Tania dan Sania.

"Ih Nay Nay lihat mereka senyum ke arah Gue. Aaa kalian tahu mleyot gak sih? Iya ini Om lagi mleyot," kata Reiga membuat Tania dan Sania tertawa riang.

"Kak Reiga penyakitnya kumat," gumam Nayara dalam hati.

"Hai hai hai semua," sapa Hao yang datang bersamaan dengan Putra, Nathan, dan Nicholas.

"Ini Nath anak Lo? Lucu banget sih kalian pingin nyemplungin ke sumur deh jadinya," kata Hao asal.

Plak!

"Ngasal banget Lu ngomong! Kalau beneran gimana?!" Teriak Putra sambil menggeplak kepala Hao.

"Iya kan bercanda Gue juga gak mau kali malaikat Gue nyemplung," kata Hao sambil mengelus belakang kepalanya.

"Minggir Gue juga mau lihat anaknya Nathan. Duh mleyot nih Gue," kata Putra. Ketiga laki-laki itu menatap gemas Tania dan Sania, Nayara sementara menjauh dari mereka agar mereka bisa leluasa menatap anak Nathan. Toh sudah ada Nathan yang akan menjaga mereka.

"Mau kemana Nay?" Tanya Nicholas.

"Mau ke depan nyiapin minum," jawab Nayara lalu berlalu begitu saja dari Nicholas. Nicholas hanya memerhatikan kepergian adiknya.

"Ternyata Gue cuma ngayal," guman Nayara sambil menata beberapa gelas di atas nampan.

"Bisa-bisanya ya Gue berharap permintaan maaf dari mereka semua. Emang siapa Gue? Orang penting juga bukan. Duh Nay Lo tuh kenapa sih akhir-akhir ini? Ayo dong jadi Nayara yang dingin kaya dulu! Lemah banget diputusin Jesse langsung nangis tremor! Tapi wajar kan kalau abis putus itu nangis? Iya Nay gak papa nangis aja tenangin diri Lo abis itu bangkit," kata Nayara berusaha menyemangati dirinya.

"Eh buset!" Pekik Nayara saat melihat Justin sudah menyengir di belakangnya.

"Tadi Gue gak salah denger kan? Nayara Kanendra abis nangis di putusin sama pacarnya? Ah yang bener?" Kata Justin sambil menaik turunkan alisnya.

"Apaan sih Jus minggir deh Lo," kata Nayara lalu mengambil nampan yang berisi minuman dan diserahkan kepada Nathan.

"Uhuy jujur aja kali Kak Nay. Sama Gue juga," kata Justin lalu duduk di salah satu bangku taman.

"Diem gak Lo Gue slebet nih!" Kata Nayara sambil mengangkat tangannya.

"William bilang dia mau nyerah ngejar Lo," celetuk Justin.

"Terus? Gue harus nangis gitu? Atau nyebur ke kolam? Atau berenang ke antartika, ha?" Kata Nayara.

"Iya cepet sana!" Kata Justin sambil mengarahkan dagunya ke kolam ikan yang berada di taman itu.

"Sialan Lu!" Kata Nayara lalu Ia juga duduk di sebelah Justin.

Nayara termenung memikirkan lamunannya tadi. Lamunannya terasa seperti nyata. Dan sepertinya Nayara memang mengharapkan jika dia dan sahabatnya bisa kembali seperti dulu lagi. Andai saja Nayara bisa menyingkirkan egonya untuk sementara. Mungkin hari ini Ia dan Karin akan pergi hang out bersama seperti dulu.

"Mikirin apaan sih Kak? Bengong bengong ae kesambet mampus Lo!" Pekik Justin.

"Biarin Gue kesambet! Seenggaknya Gue bisa lupain masalah duniawi Gue," ucap Nayara.

"Lo kayaknya butuh temen deh Kak. Lo sama temen kelas Lo yang rempong itu siapa namanya?" Tanya Justin.

"Rendi? Reihan? Tiara?"

"Iya Tiara! Jujur aja Lo ga nganggep dia sahabat kan? Cuma sebatas temen doang, yakan?" Tanya Justin antusias.

"Gue nganggep mereka semua sahabat Gue sekarang. Tapi Gue masih perlu sahabat-sahabat lama Gue. Gue kangen mereka dan Gue pingin ngabisin waktu kaya dulu," ujar Nayara.

"Yaudah baikan ngapain susah?" Kata Justin santai.

"Santai ya Lu ngomong baikan! Gue aja bingung mau mulai dari mana percakapannya. Ketemu diem-dieman kaya orang gak saling kenal. Gue juga mau kali dikejar-kejar biar kaya bos gitu," canda Nayara.

"Gue yakin semua temen Lo pasti baikan sama Lo. Lo orang baik," kata Justin sambil mengelus kepala Nayara.

"Ini adik kakak pada kenapa suka benget ngelus pala Gue? Emang pala Gue bola ajaib apa?" Teriak Nayara sambil merapikan rambutnya.

"Iya bola ajaib. Wahai bola ajaib kabulkan lah permintaan saya," kata Justin sambil semakin mengacak rambut Nayara.

"Justin! Berantakan nih rambut Gue," kata Nayara.

"Nay Gue pinjem ponakan Lo!" Teriak Reiga lalu mendorong kereta Tania dan Sania ke dalam rumah.

"Gue bilang iya karena Lo jarang ketemu yah. Padahal pingin banget main sama mereka," gumam Nayara.

"Emang Lo gak pernah main sama mereka?" Tanya Justin.

"Tiap hari tapi pasti candu lah," jawab Nayara.

"Mau jalan gak kalau gitu? Ke lapangan, Lo punya sepeda kan? Gue juga bawa tuh di mobil," ajak Justin dan diangguki Nayara.

Nayara dan Justin bersepeda mengelilingi taman. Seperti biasa taman itu tak pernah sepi, biarpun dini hari atau tengah malam. Biasanya para geng remaja akan mengadakan perkumpulan di sana.

"Rame bat gila. Ini semua penduduk kompleks sini?" Tanya Justin dengan wajah terpukau.

"Iyalah. Lo satu-satunya yang berasal dari luar kompleks," kata Nayara.

"Terus tadi temen Kak Nathan juga dari luar kompleks," bantah Justin.

"Siapa bilang? Mereka tinggal di sebelah rumah Gue. Kak Hao kakaknya Christ. Kak Reiga kakaknya Egi. Kak Putra kakaknya Karin," jelas Nayara.

Reiga dan Egi merupakan saudara tiri. Ibu mereka berdua berbeda namun tetap akrab satu sama lain. Hao dan Christ merupakan sepupu, ibu mereka berdua merupakan saudara kandung. Sementara Putra dan Karin adalah saudara kandung, sama seperti Nicholas, Nathan, dan Nayara.

"Owh kirain dari luar kompleks. Itu nama-nama tadi siapa? Tumben denger," kata Justin.

"Males Gue ngasih tahu Lo. Lo ember!" Teriak Nayara.

"Dih sombong banget! Kak lomba yuk?" Tantang Justin.

"Nantangin nih? Siapa takut," kata Nayara.

"Yang kalah wajib ngabulin tiga permintaan gimana?" Tanya Justin.

"Oke! Siapa cepet sampe tiang listrik disana dia menang!" Kata Nayara lalu melajukan sepedanya mendahului Justin.

"Woyy curang Lo!" Teriak Justin lalu mulai menyusul Nayara.

"Yeay Gue menang!" Teriak Nayara dengan senyuman lebar.

"Ah curang Lo! Gak terima Gue! Ulang!" Kata Justin sambil cemberut.

"Gak ada pengulangan! Makanya konsentrasi. Gue menang wlee," kata Nayara sambil mengejek Justin.

"Yaudah permintaan pertama Lo apa?" Tanya Justin.

"Bentar masih mikir," kata Nayara lalu menaruh dua jari di dagunya.

"Cepetan kak mendung nih nanti keguyur hujan," kata Justin.

"Temenin Gue hujan-hujanan!" Perintah Nayara.

Tepat setelah Nayara berucap demikian, hujan deras mengguyur tubuh mereka berdua. Semua orang yang sedang berada di sana langsung berlari mencari tempat teduh kecuali Nayara dan Justin. Mereka hanya menatap langit membiarkan hujan membasahi tubuh mereka.

"Kak Lo kayak anak kecil sumpah!" Teriak Justin.

"Gue emang anak kecil Justin!" Teriak Nayara.

"Lah? Ayang itu ngapain si Naya hujan-hujanan sama cowok?" Tanya Mbak Andra dari dalam kafenya.

"Siapa tuh cowoknya?" Tanya Bang Jay penuh selidik.

"Jesse bukan?"

"Jesse gak setinggi itu," kata Bang Jay.

"Ya ampun Nayara Lo abis dari mana basah begini!?" Teriakan Reiga melengking memenuhi seluruh ruangan.

"Nay Lo!" Teriak Nathan saat melihat Nayara yang sedang basah kuyup.

"Justin mana Nay?" Tanyanya lagi.

"Justin udah Gue suruh pulang dia juga basah," kata Nayara lalu berjalan ke dapur untuk membuat susu hangat.

"Nay itu lantainya basah loh. Awas kepeleset," Nicholas yang risih melihat Nayara mengacaukan lantai dapur akhirnya menghampiri adiknya dan mengambil panci dan susu kaleng yang ada di tangan Nayara.

"Mandi sana, masuk angin nanti kamu. Biar kakak yang buatin ini," kata Nicholas.

"Sangkyu kakak," jawab Nayara lalu berlari ke kamar mandi.

"Etset! Hati-hati dong Nay," kata Putra yang bersiap menangkap tubuh Nayara yang tak sengaja terpeleset.

"Maaf kak," kata Nayara lalu melanjutkan perjalanannya ke kamar mandi.

"Nayara kemarin nangis Gue lihat di depan Lo kenapa Ho?" Tanya Reiga membuat Hao melotot.

"Nggak ada kok! Apa sih Lo jangan fitnah ya!" Kata Hao sambil melirik Nathan dan Nicholas sekilas.

"Lo apain adik Gue Ho?" Tanya Nathan dengan tatapan tajam.

"Kagak sumpah Nath gak ada. Rei Lo jangan gitu dong!" Kata Hao kalap.

"Rei, Put bawa anak Gue pergi jauh dari sini. Gue mau eksekusi si Hao," kata Nathan lalu menyerahkan kedua putrinya kepada Reiga dan Putra.

"Nath serius anjir Gue gatahu apa-apa. Nik percaya sama Gue," kata Hao.

"Lo apain adik Gue, ha?" Tanya Nathan sambil mendekat perlahan ke arah Hao.

"Hajar Nath!" Teriak Putra.

"Jangan sampe kendor!" Teriak Reiga tak kalah heboh.

"Nik tolongin Gue!!" Teriak Hao lalu berlari ke arah dapur. Dan....Gubrak! Hao terpeleset ceceran air Nayara. Reiga, Putra, Nathan, dan Nicholas tertawa terbahak-bahak melihat temannya yang kesakitan.

"Bwahahahha anjir sakit gak Ho?" Tanya Reiga sambil mengetuk gips yang sudah terpasang di kaki Hao.

"Pulang sendiri Lo entar," kata Putra membuat Hao ingin menangis.

"Put tega banget Lo anjir. Bantuin kek Gue hiks," kata Hao seakan-akan dirinya tengah menangis.

"Tania lihat deh Om burik itu. Dia jelek banget tahu," kata Reiga membuat Tania cekikikan.

"Sania suka Om kan?" Tanya Hao mendekat ke arah Sania yang masih di gendong Putra. Namun Sania yang di dekati Hao malah menangis dan membuat semua temannya menertawakan Hao.

"Bwahahahhaha anak-anak sekarang udah tahu cowok gudluking yah," kata Nathan sambil menghapus air matanya yang keluar akibat tertawa.

"Kak Hao kakinya kenapa?" Tanya Nayara yang baru saja selesai mandi.

"Kepeleset bekas air Lo tuh dia," kata Reiga.

"Makanya kalau abis hujan-hujanan jangan langsung wara-wiri sana sini di rumah. Untung aja si Hao yang celaka bukan anggota keluarga," kata Nathan.

"Maaf kak Hao," kata Nayara lalu mencakupkan kedua tangannya.

"Gapapa Nay, itung-itung tebusan yang kemarin," kata Hao lalu segera menutup mulutnya.

"Lo apain adik Gue setan?" Teriak Nathan.

"Gue bisa jelasin," kata Nayara mencegah kakaknya memperburuk keadaan Hao.