webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Bab 68

"Bukan kak Hao yang nangisin Gue. Tapi Gue emang pingin nangis aja," jelas Nayara.

"Heleh! Naya bohong tuh palingan di ancam Hao," kompor Reiga.

"Reiga Lu bener-bener ye!" Teriak Hao.

"Bener Nay Hao gak ngapa-ngapain Lo?" Tanya Putra.

"Nanti deh Gue ceritain mau tidur Gue," kata Nayara lalu masuk ke kamarnya.

"Tania Sania mama kangen," kata Freya saat baru datang dari kampusnya.

"Cuci tangan cuci kaki dulu Mah, baru gendong mereka," kata Nathan. Dengan secepat kilat Freya membersihkan badannya lalu menggendong Tania dan Sania.

"Tania sama Sania di gendong sama Om Om ganteng ya nak? Asik banget sih," kata Freya sambil menimang-nimang putrinya.

"Owh makasih loh Fey udah di bilang ganteng," kata Reiga salting.

"Iya, kalo Gue bilang cantik Lo banci dong?" Jawab Freya.

"Mampos! Bagus Fey Gue suka gaya Lo," kata Hao sambil tertawa terbahak-bahak.

"Itu kaki Lo kenapa? Di injek gajah apa gimana?" Tanya Freya.

"Gara-gara adik ipar Lo tuh. Cecerin air sembarangan," omel Hao.

"Untung Lo yang kena bukan keluarga Gue. Yaudah ya Gue mau ke kamar dulu," kata Freya lalu meninggalkan mereka.

"Pantesan jadi suami istri! Sefrekuensi nistain Gue sih!" Kata Hao mengundang gelak tawa temannya.

"Lo udah tahu belum adik Lo udah putus dari Jesse?" Tanya Hao.

"Serius Lo? Bagus deh," kata Nathan santai.

"Dan parahnya lagi pertama kali Gue lihat Nayara nangis gara-gara putus sama cowok," kata Hao.

"Emang pas Lo putus sama pacar Lo, Lo joget-joget, ha? Wajar kali nangis," kata Nathan.

"Nggak gitu anjir! Maksudnya Hao tuh tumben banget Nayara nangisin mantannya. Biasanya kan kagak pernah. Gitu kan maksud Lo Ho?" Kata Reiga dan Hao pun menganggukkan kepalanya.

"Dia nangis tapi di rumah. Di depan Gue ama Nathan. Kalau diluar jarang," jelas Nicholas.

"Baru tahu Gue kalau Nayara pacaran sama Jesse," celetuk Reiga.

"Bukannya waktu kita ke sekolah papasan ama Jesse ya? Cuma Jesse ngehindar gitu," kata Hao.

"Kalau Gue ngeh ada Jesse udah Gue bogem dia!" Teriak Putra.

"Kalian emang yakin Jesse nusuk Alex tanpa alasan?" Nicholas bertanya dengan pandangan yang kosong.

"Jelas lah! Orang dulu kan geng kita paling kuat!" Kata Putra kini sambil berdiri.

"Alex udah bunuh salah satu anggota geng Jesse dulu," kata Nicholas yang sukses membuat semua temannya terkejut.

"Ngadi-ngadi Lo Nik! Gak mungkin lah Alex kaya gitu," bantah Putra.

"Lo tahu Danar? Ya dia yang mati, Alex ngehajar dia sampe dia trauma dan sempet henti jantung," jelas Nicholas.

"Dari mana Lo tahu?" Tanya Putra dengan wajah serius.

"Gue gak sengaja denger temen sekampus Gue yang dulunya juga anggota geng Jesse," jawab Nicholas.

"Wtf?! Lo gak sengaja denger tapi Lo percaya?" Teriak Putra.

"Put jangan ribut anaknya Nathan bobok," kata Reiga.

"Tenang Put duduk Lo," kata Hao lalu menarik baju Putra untuk duduk di sebelahnya. Putra lalu membuka kancing atas kemejanya dengan kasar.

"Gue juga gak tahu pasti, Gue cuma mau ngasih tahu kalian. Dan...Gue juga ngerasa ada yang janggal sama kejadian waktu itu. Kenapa Alex sama Jesse bisa ada di kantor polisi? Siapa yang laporin mereka, sedangkan posko geng Jesse ada di pelosok gang? Dan kenapa mereka duel?" Pertanyaan Nicholas sukses membuat semua yang ada disana berpikir keras.

"Aduh Nik Lo yang bener aja deh! Kaki Gue udah sakit gini disuruh mikir tambah sakit anjir," keluh Hao.

"Gak usah dipikirin lah kalau gitu. Goblok banget!" Bentak Reiga tepat di sebelah telinga Hao.

"Eh eh itu si Putra sama Nicholas ngapa tatap-tatapan gitu? Serem amat," kata Reiga sambil menunjuk ke arah Nicholas dan Putra yang sedang saling melemparkan tatapan membunuh.

"Kita cari tahu nanti," kata Putra lalu memutuskan untuk pergi dari rumah Nicholas.

"Eh Gue juga mau balik," kata Reiga lalu ikut beranjak.

"Woyy Gue gimana? Rei tunggu!" Teriak Hao.

"Gue mau mandi," kata Nathan lalu meninggalkan Hao dan Nicholas berdua di ruang tamu.

"Apa Lo lihatin Gue kayak orang mesum?" Tanya Nicholas saat Hao menatapnya penuh arti.

"Anterin pulang hehe. Ayo dong Nik aaaa," kata Hao sambil ber aegyo.

"Ck! Ayo kalau gitu!" Kata Nicholas lalu membantu Hao.

"Pelan-pelan woyy sakit nih!" Bentak Hao saat Nicholas mendorongnya dengan kasar.

"Thanks Nik," kata Hao lalu duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

"Ho Lu kenapa babi?" Teriak Christ heboh.

"Kak Hao ngapain? Gue aduin mamahnya kak Hao deh biar gak dikasih uang jajan gara-gara tawuran," kata Karin lalu berpura-pura memencet nomer di HPnya.

"Jangan dong gila! Lagian Gue habis kepeleset di rumahnya nih! Gak ada Gue duel-duelan gitu," jelas Hao.

"Yaudah Gue mau pulang dulu. Bye kak Hao, duluan Kak Niko," kata Karin lalu pergi dari rumah Christ.

"Beneran kepeleset dia kak?" Tanya Christ sambil memerhatikan kaki sepupunya yang memprihatinkan itu.

"Iya dia jatuh gara-gara Nayara nyecerin air," kata Nicholas sambil terkekeh.

"Lagian Lo kalo jalan lihat-lihat dong! Mampus deh Lu," kata Christ sambil mengetuk gips Hao.

"Gue mau balik duluan yah. Mau ngerjain tugas," kata Nicholas.

"Eh Nik Gue besok nitip absen ya," kata Hao lalu diangguki Nicholas.

****

"Lex bangun anjir! Lama banget Gue nungguin sama yang lain. Jelasin ke kita kenapa Lo sampe ke tusuk gini!" Kata Putra disamping brankar Alex.

"Permisi saya akan melihat keadaan pasien Alex terlebih dahulu," kata dokter.

Perlahan Putra menyingkir dan duduk di sofa yang ada dikamar Alex. Rumah sakit yang ditempati Alex dibiayai oleh Sheri Asosiation. Dan Saka adalah orang yang paling sering datang menjenguk Alex.

Tanpa sengaja Putra melihat sebuah tas kecil milik perempuan. Apakah ada seseorang selain dirinya dan teman-temannya yang datang untuk menjenguk Alex? Apa mungkin Alexa kembaran Alex? Ah tidak-tidak Alexa tidak mungkin terbang ke Indonesia untuk menjenguk kembarannya yang terluka.

Putra tak mau memikirkan itu akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Alex dikamarnya dan pergi ke taman rumah sakit itu. Disana Ia melihat sekumpulan geng motor yang sedang menyambut temannya yang baru keluar dari rumah sakit.

"Kalau di inget-inget zaman itu tuh asik juga ya. Huh," kata Putra sambil menghela napasnya.

"Weh sakti mandra guna ya Lo! Ditusuk malah seger begini," kata salah satu anggota geng itu.

"Gue gitu loh," kata yang lainnya.

Putra dapat merasakan kehangatan diantara para anak muda itu. Dulu dia juga pernah merasakan perasaan itu hingga sekarang.

"Permisi apakah anda wali pasien Alex?" Tanya seorang suster tergesa-gesa.

"Iya benar Alex kenapa?" Tanya Putra panik.

"Dokter tolong bantu sahabat saya dok," mohon Putra sambil mencakupkan tangannya.

"Kami akan berusaha dengan maksimal. Mohon tunggu di luar ruangan agar dokter bisa menyelesaikan operasi dengan segera," kata suster lalu membawa Putra keluar ruangan.

"Tuhan tolong selamatkan Alex," mohon Putra sambil berusaha menenangkan dirinya.

"Kak Alex kenapa kak?" Tanya Nayara sambil mengatur napasnya.

"Nay kok Lo yang kesini? Niko sama yang lainnya kemana?" Tanya Putra.

"Kak Nathan lagi bantu Kak Freya. Kak Niko kuliah, Kak Hao Lo tahu sendiri. Karin sama Christ masih otw. Kak Reiga Gue gatahu," jelas Nayara.

"Kak Alex gimana?" Tanya Nayara.

"Masih ditangani kita berdoa aja semoga ada keajaiban," kata Putra.

Kini keduanya hanya diam, melantunkan doa untuk Alex. Tak selang beberapa lama Karin dan Christ sampai di rumah sakit dan ikut berdoa untuk Alex. Dokter pun keluar dari ruangan operasi Alex dengan wajah lesu bersama dengan suster.

"Gimana Alex dok?" Tanya Putra. Nayara yang semula duduk agak jauh dari mereka ikut mendekat untuk mendengarkan penjelasan dokter.

"Tiga puluh menit lagi..,"

"Kenapa sama tiga puluh menit?!" Teriak Putra dan mencengkram kerah dokter itu.

"Kak dengerin dulu dong tenang," kata Christ lalu menjauhkan tubuh Putra dari dokter.

"Maaf tapi setelah tiga puluh menit berlalu pasien Alex akan segera sadar," kata dokter yang tak lain adalah Renata itu dengan wajah kesal.

"Serius tante?" Tanya Nayara sambil menggenggam tangan Renata.

"Sepertinya lebih baik saya menjelaskan ini kepada Nayara saja. Dari pada harus menjelaskan kepada orang yang tak punya etika," kata Renata lalu berlintas begitu saja dari hadapan Putra.

"Kalian kabarin yang lain aja. Gue bakal ke ruangan dokter," kata Nayara lalu mengikuti Renata.