webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 107

"Semangat Rei, Gue yakin Lo pasti bisa," kata Hao yang berdiri sambil memegang pundak Reiga.

"Inget, kemarin kita udah bahas tentang ini dengan serius, jadi jangan sampe gagal," kata Nathan.

"Kita juga udah latihan ciuman kan kemarin?" Kata Putra dan membuat Reiga menatap tajam ke arahnya.

"Si anjir malah diingetin," kata Hao yang langsung menepuk belakang kepala Putra.

Kemarin di kafe Bang Jay...

"Apaan Rei nyuruh kita ngumpul disini?" Tanya Hao dan langsung duduk bersama dengan Putra dan Bang Jay.

"Bentar, tunggu Nathan dateng dulu," jawab Reiga sambil menyesap kopinya.

"Kelihatannya kita akan membahas sesuatu yang serius, benar tidak?" Tanya Hao.

"Ngapain njing nyuruh Gue kesini? Baru juga abis dateng dari perjalanan bisnis," kata Nathan yang langsung duduk dan memijit kepalanya.

"Sumpah sombong banget Lo baru gitu doang," ucap Bang Jay.

"Nathan udah di sini, Lo mau bahas apaan?" Tanya Putra.

"Bantuin Gue buat baikan sama Lily," kata Reiga. Semuanya diam selama kurang lebih dua puluh menit.

"Jadi Lo mau baikan sama Lily?" Tanya Bang Jay sambil memukul meja.

"Anjing kaget Gue Bang," kata Hao sambil memegang dadanya.

"Iya, Gue gak tahan di diemin mulu sama dia. Kemarin Gue juga udah caper di depan rumah dia, tapi dia malah menghiraukan Gue," kata Reiga dengan wajah serius.

"Caper ngapain Lo?" Tanya Hao yang memiliki firasat buruk tentang ini.

"Gue gombalin dia sih, nggak terlalu bikin harga diri Gue jatuh juga," jawab Reiga.

"Sumpah kalau Gue jadi Lily juga ilfeel kali deket cowok kaya Reiga," bisik Nathan.

"Rei, Lo tuh percuma, ganteng, kaya, populer, tapi gaya pdkt Lo kaya gini. Menjijikan," kata Bang Jay.

"Terus Gue mesti gimana? Langsung gempur biar hamil kaya kasusnya Nathan?" Tanya Reiga.

"Gak usah bawa-bawa rumah tangga Gue kalau urusan beginian," ucap Nathan.

"Mending nyerah deh," kata Putra.

"Gak! Gue gak akan nyerah buat ngejar Lily!" Teriak Reiga.

"Terus? Lo mau gimana lagi? Makanya sebelum ngelakuin sesuatu itu pikir dulu. Jangan asal ceplas ceplos bilang anak orang jalang," ucap Putra.

"Lo tuh harusnya dukung Gue, Gue kan temen Lu. Lagian Gue gak tahu kalau dia ada di belakang Gue waktu itu jadi Gue cuma nyebut doang," kata Reiga.

"Cium dia mungkin berhasil Rei," kata Hao.

"Maksud Lo? Gue nyium dia gitu? Gimana caranya?"

"Ya makanya ayo sini Gue ajarin," kata Nathan lalu berdiri dan membuat Reiga berhadapan dengan Putra.

"Jangan bilang Lo mau Gue latihan sama Putra. Gak gak Gue gak mau!" Teriak Reiga sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue sih gapapa," kata Putra dan membuat Reiga membelalakkan matanya.

"Apa maksud Lo Put? Lo udah gila ya?" Teriak Reiga semakin menjadi.

"Lagian ini kan buat bantuin Lo deket lagi sama Lily. Jadi Gue gak masalah, toh emangnya Lo punya perasaan khusus sama Gue?" Kata Putra.

"Ya kali! Nggak lah. Yaudah sini buruan gimana caranya?" Tanya Reiga. Dirinya pasrah saja, intinya dia bisa dekat lagi dengan Lily.

"Jadi pertama Lo harus bisa musatin seluruh perhatian Lily buat Lo. Lo ajak deep talk bila perlu. Bilang kalau Lo tuh sebenernya sayang dan mau minta maaf sama dia," kata Nathan.

"Oke, Gue coba ke Putra. Ekhem. Lily, denger yah, semua yang terjadi waktu itu seluruhnya cuma kesalahpahaman doang. Gue…"

"Kesalah pahaman? Lo ngatain Gue jalang loh Rei! Owh bukan cuma itu Lo bahkan bilang status Gue lebih rendah dari itu," teriak Putra.

"Ngapain Lo marah anjir?" Tanya Reiga.

"Mengantisipasi siapa tahu Lily beneran ngomong kaya gitu. Udah buruan gimana caranya Lo ngadepin situasi kaya tadi," kata Bang Jay.

"Owh gitu, oke oke ulang ya. Niat Gue cuma bercanda Lily, Gue gak beneran bermaksud ngatain Lo. Gue bilang status Lo lebih rendah dari pada Gue karena Gue kesel Lo nyiram Gue pake air. Gue minta maaf yah?" Kata Reiga sambil menatap mata Putra.

"Bagus juga akting Reiga," kata Hao.

"Cocok jadi pemain sinetron azab," kata Nathan sambil menahan tawanya.

"Enteng ya Lo minta maafnya. Lo tahu kan Gue tuh nahan malu karena Lo udah ngatain Gue kaya gitu di depan temen Lo. Lo gak tahu 'kan rasanya?" Teriak Putra sambil memperagakan pacarnya yang biasanya marah dengannya. Putra cukup berpengalaman tentang ini.

"Gue minta maaf, Gue tahu Gue gak seharusnya kaya gitu. Gue minta maaf yah," kata Reiga dan meraih tangan Putra.

"Mereka berantem lagi Bang?" Tanya Christ yang baru saja sampai bersama Andrew.

"Nggak, lagi simulasi maafan sama cewek. Sejak kapan Lo di sini?" Jawab Bang Jay.

"Sejak tadi sih," jawab Christ.

"Minta maaf? Gue gak mau nerima…"

Tanpa aba-aba Reiga langsung mencium bibir Putra. Putra pun kaget dan merasakan sensasi aneh yang terasa di tubuhnya. Mendadak tubuhnya menegang dan jantung Putra berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Anjir lancar yah Rei," kata Nathan yang speechless akibat ulah temannya.

"Gue sayang sama Lo Lily, Gue cuma gengsi dan nyari perhatian Lo. Please, maafin Gue yah?" Kata Reiga dengan tatapan tulus.

"Udah bagus akting Lo," kata Putra lalu mendorong tubuh Reiga.

"Widih, tuh pinter Lo. Ngapain nanya saran ke kita?" Tanya Hao.

"Ini kan rencana Lo semua, Gue kan cuma ngikutin sesuai arahan doang. Anjir jijik banget Gue nyium Lo sumpah," kata Reiga ke arah Putra.

"Ngapain Lo senyum-senyum gitu? Jangan bilang Lo salting karena Gue cium?"

"Nggak," jawab Putra.

"Gue balik duluan yah," kata Putra lalu keluar dari kafe Bang Jay dengan senyum yang merekah.

"Aneh deh tuh orang, Gue curiga jadinya," kata Nathan.

"Gak mungkin anjir, kalau dia belok ngapain pacaran sama cewek?" Kata Hao.

"Iya juga yah," kata Nathan.

"Kalau dia pacaran sama cewek supaya gak ada yang curiga kalau dia gay gimana? Ngeri Gue sama si Putra," kata Bang Jay.

"Gak boleh nuduh yang nggak-nggak, yakali dia gay. Gara-gara si Reiga nih jadinya ngundang asumsi," ucap Hao.

"Semua aja salahin ke Gue, tch!"

Flashback off…

"Nah tuh Lily, buruan samperin sana," kata Nathan lalu mendorong Reiga.

"Hai Lily," sapa Reiga canggung.

"Mau apa lagi Lo?" Tanya Lily jutek.

"Lo jangan jutek-jutek gitu dong. Kan Gue niatnya mau minta maaf sama Lo," kata Reiga dengan tampang yang menurut Lily sangat menyebalkan.

"Semua yang terjadi hari itu tuh kesalah pahaman doang, Gue gak bermaksud ngomong tentang hal itu ke Lu. Gue…"

"Kesalah pahaman? Bilang kalau Gue jalang itu kesalah pahaman? Gak cuma itu loh Rei, Lo bahkan ngatain Gue rendahan di depan banyak orang. Kalau Lo ada di posisi Gue gimana?" Teriak Lily.

"Oke sesuai rencana..."

"Gue gak bermaksud, itu semua cuma bercandaan doang," kata Reiga dan mencoba memegang tangan Lily.

"Bercandaan Lo bilang? Lo kira hal kaya gitu patut dijadiin bahan bercandaan? Lo pikir itu lucu?" Kini sudah ada banyak siswa yang mengerubungi keduanya.

"Wihh kok malah jadi kaya orang abis tawuran sih?" Kata Hao dan memutuskan untuk melihat bersama Putra dan Nathan.

"Gue sayang sama Lo, Gue cuma nyari perhatian Lo. Please Li maafin Gue," mohon Reiga.

Lily yang menyadari jika disekitarnya telah ada banyak orang yang berkerumun, memutuskan untuk membicarakan hal ini nanti saja.

"Mending kita omongin lagi nanti Rei. Gue mau ke kelas dulu," kata Lily namun tangannya berhasil di tahan Reiga.

"Kita selesaiin di sini aja. Maafin Gue ya Li," kata Reiga.

"Nggak Reiga, nanti…" sesuai dengan latihan yang kemarin di lakukan oleh Reiga, Reiga mendadak mencium bibir Lily. Lily yang kaget berusaha melepas tautan bibirnya.

"Ly, maafin Gue yah…"

Plak!

"Siapa Lo berani nyium Gue? Mulai dari sekarang Gue gak mau lihat muka Lo lagi! Gue jijik sama Lo!" Lily langsung berlari dengan air mata yang masih mengalir deras di pipinya. Reiga sudah banyak kali mempermalukannya. Lily terus berlari hingga dia menabrak seseorang.

"Lily, Lo kenapa?" Tanya orang itu.

"Asep…" Lily langsung memeluk Asep dan menangis di pelukan Asep.

"Udah-udah, kita ke kantin dulu yah beli minum," kata Asep lalu menuntun Lily setelah Lily setuju.

"Rei, Lo ngapain diem? Kejar bego!" Teriak Hao.

Reiga mengangguk, dengan secepat kilat Reiga berlari dan mencari Lily ke seluruh kampus. Hingga akhirnya Reiga menemukan Lily sedang menangis di depan Asep.

Reiga memutuskan untuk kembali ke mobilnya dan pergi ke jembatan yang sama dengan dimana Alexa hampir bunuh diri. Ia merutuki dirinya, dia merasa bersalah karena terus saja mempermalukan Lily.

"Reiga bodoh! Reiga goblok! Reiga Lo gak bisa diandelin sama sekali! Lo mending mati aja!" Teriaknya di atas jembatan sambil sesekali memukul dada dan kepalanya.

"Reiga mana?" Tanya Hao kepada Nathan.

"Gue lihat sih tadi dia ngebut keluar dari kampus. Mungkin ke jembatan kali," jawab Nathan.

"Merasa bersalah Gue udah ngasih ide gila kaya gitu. Gue kemarin sih udah yakin ide ini bakal berhasil," kata Hao sambil menundukan kepalanya.

"Udah gapapa, mungkin emang ini yang harus di hadapin sama Reiga sebelum dia bener-bener ketemu sama wanita yang tepat," kata Nathan dan mengusap bahu Hao.

"Reiga selalu gagal di semua hal yah," ucap Putra dan membuat kedua temannya menoleh ke arahnya.

"Maksud Lo?"

"Nggak, maksudnya bukan di segala hal juga. Tapi kalau berhubungan tentang cinta dia gak pernah beruntung. Bahkan sebelumnya dia gagal mempertahankan hubungan orang tuanya 'kan?" Jawab Putra.

"Kok Lo ngomongnya gitu sih? Kita kan gak pernah tahu cobaan apa yang bakalan di kasih sama tuhan," ucap Hao.

"Udah ih, kok malah Lo berdua yang berantem? Sekarang kita fokus sama matkul, habis itu kita bahas lagi masalah ini," kata Nathan dan berhasil memisahkan temannya yang hampir baku hantam itu.

***

"Hai, lama gak ketemu," sapa Bella yang sengaja menunggu Raya keluar dari kelasnya.

"Bella?"

"Owh, ternyata Lo masih inget yah sama Gue? Lo apa kabar?" Tanya Bella sambil berjalan memutari tubuh Raya.

"Mau apa Lo nyari Gue?" Tanya Raya balik.

"Gue nyari Lo kenapa gitu? Hmm, kenapa yah? Menurut Lo?" Tanya Bella dengan senyuman yang jahat.

"Jangan ganggu kehidupan Gue sama Freya!" Kata Raya tegas.

"Kenapa Gue gak boleh ganggu? Lo takut kalau Nicholas bakal berpaling dari Lo?"

l

"Nggak, ngapain Gue takut? Lo tuh hobinya ngerusak hubungan orang yah?" Tanya Raya dengan tatapan mengejek.

"Apa maksud Lo ngomong kaya gitu?"

"Nggak bermaksud apa tapi, Lo sendiri kan yang mutusin buat selingkuh dari Nathan. Dan sekarang Lo dateng dan berlagak seolah-olah Nathan cuma boleh pacaran sama Lo. Makanya, kalau ngelakuin sesuatu itu berpikir dulu. Udah ya, Gue sibuk mau balik dulu," kata Raya lalu berlalu begitu saja dari hadapan Bella.

"Raya sialan!"

"Aku pulang," ucap Raya dan langsung di sambut hangat oleh Nicholas. Hubungan mereka kian membaik setelah kejadian malam itu.

"Hai, tumben siang udah balik. Udah makan belum?" Tanya Nicholas sambil membantu Raya melepas jaket dan tasnya.

"Udah tadi pas berangkat ke kampus," jawab Raya.

"Makan siang berarti belum dong? Mau makan apa? Sushi mau gak?"

"Mau, tapi aku mau natto juga," kata Raya.

"Oke, biar aku beli dulu," kata Nicholas.

"By, makan di luar yuk?"

"Yaudah ayo."

Dengan cepat Raya mengambil kembali jaket dan tasnya lalu berlari ke arah Nicholas.

"Byy, aku mau bilang sesuatu sama kamu tapi kamu jangan marah ya?" Tanya Raya sambil memerhatikan Nicholas yang sedang memakan sushi nya.

"Iya bilang aja," jawab Nicholas.

"Aku tadi ketemu sama Bella."

"Uhuk… uhuk…. Uhuk…."

"Ya ampun Byy, pelan-pelan dong makannya. Bentar aku ambilin minum dulu," kata Raya lalu mengambilkan air untuk Nicholas. Fun fact, restoran di Jepang kebanyakan self service.

"Nih nih minum dulu. Sampe segitunya," ucap Raya lalu menyerahkan air untuk Nicholas.

"Dimana kamu ketemu Bella?"

"Di depan kelas aku, kayanya dia sengaja nungguin aku," jawab Raya.

"Jauhin dia, kita gak pernah tahu apa yang bakal dia lakuin ke kamu. Kalau dia bikin masalah sama kamu telfon aku," kata Nicholas.

"Iya aku tahu. Btw, kok Bella bisa tahu ya kelas aku di sana? Dia liburan di sini?"

"Sebenernya aku udah tahu dia kuliah di sini. Aku cuma gak pingin kamu tahu dan malah jadi overthinking," jawab Nicholas.

"Iya gapapa, aku malah seneng kalau dia kuliah di sini," kata Raya dan membuat Nicholas menatapnya aneh.

"Loh, kenapa?"

"Ya kalau di Indonesia nanti Freya sama Nia Twins di ganggu lagi sama dia. Lebih baik dia gangguin aku di sini dari pada dia gangguin keluarga Nathan," jawab Raya sambil tersenyum.

"Dulu kamu benci banget sama Freya, kenapa sekarang jadi bestie sih?"

"Kan iparan," kata Raya sambil tertawa.

"Iya juga yah," kata Nicholas dan melanjutkan kegiatan makan mereka dengan sesekali mengobrol ringan.

****

"Mama tumben banget nyuruh Kak Nathan sama Kak Freya nginep di sini," kata Nayara.

"Mama mau bikin pesta buat ulang tahun keponakan kamu. Kan lagi sebulan mereka satu tahun tuh," jawab Sherina.

"Owh iya yah," kata Nayara sambil mengangguk.

"Gimana hubungan kamu sama William? Baik-baik aja 'kan?" Tanya Sherina.

"Iya baik, dia juga sering dateng buat nemenin Nayara tidur malemnya," jawab Nayara.

"Nayara, Mama ingetin yah jangan ngelakuin hal yang lebih dari itu. Mama cuma gak mau kamu nanti ngalamin apa yang Mama alami," kata Sherina sambil mengelus kepala putrinya.

"Mama tahu William anak baik yang gak bakal ngelakuin itu ke kamu. Mama cuma ngingetin kamu aja yah sayang," lanjutnya.

"Iya Ma," jawab Nayara.

"Owh ya, kamu besok jemput Kak Niko sama Kak Raya yah mereka kan mau balik."

"Jam berapa?"

"Malem sih, jam Sembilan kalau gak salah. Mama minta tolong yah?"

"Iya Mama."

"Freya lama banget pulangnya."

"Halo Ma," sapa Freya yang baru saja datang.

"Ehh cucu-cucu Oma udah nyampe. Baru aja di omongin lama datengnya ehh udah dateng aja," kata Sherina.

"Kak Nathan belum pulang Kak?" Tanya Nayara.

"Belum, dia masih di kantor. Mungkin malem pulang katanya," jawab Freya.

"Capek ya pasti ngurus Nia Twins sambil kerja?" Tanya Sherina.

"Nggak kok Ma, kan ada Bunda sama Ayah juga," jawab Freya. Ia berbohong karena sebenarnya ia sangat lelah.

"Jangan bohong ya kamu, Mama udah pernah ngerasain ada di posisi kamu. Mama capek banget, harus kuliah, kerja, ngurus Nathan sama Nicholas. Kenapa kamu gak nyari baby sitter aja?"

"Freya gak bisa ninggalin anak Freya sama orang asing Ma," jawab Freya.

"Ya iya juga sih, tapi nanti kalau kamu capek kasih tahu Mama. Mama bakal tinggal di Indonesia dan siap jadi baby sitter anak kamu," kata Sherina.

"Mama pasti ada maunya 'kan?" Tanya Nayara.

"Naya kok ngomongnya gitu sih? Mama ikhlas tahu," kata Sherina.

"Ma, Nayara mau berangkat les dulu yah," kata Nayara lalu mengambil tasnya dan meninggalkan rumah.

"Hati-hati ya Nay," teriak Sherina.

"Owh ya Ma, mungkin nanti Freya bakal langsung pulang pas Nathan balik dari kerja," kata Freya.

"Loh kenapa? Padahal Mama mau ngerencanain pesta ulang tahun anak kalian loh malem ini," kata Sherina dengan raut wajah yang sedikit kecewa.

"Bukannya ulang tahun mereka sebulan lagi yah?"

"Iya memang lagi sebulan, tapi Mama pingin pestanya mewah. Mama pingin ngasih yang terbaik buat cucu-cucu Mama. Bunda kamu juga udah setuju dan mau dateng malem ini," kata Sherina.

"Ya maksudnya apa gak terlalu awal nyiapin ini semua?" Tanya Freya.

"Nggak, udah pokoknya untuk ulang tahun anak kalian yang ke satu tahun ini biarin Mama sama Bunda kamu yang ngerencanain yah. Kita pingin ulang tahun cucu-cucu kita itu gak terlupakan selamanya," kata Sherina.

"Makasih ya Ma," kata Freya lalu memeluk mertuanya itu.

"Kamu gak perlu berterima kasih. Harusnya Mama yang berterima kasih sama kamu karena kamu udah ngasih Mama cucu," kata Sherina dan mengelus kepala Freya.

"Mama bisa aja."

"Halo semua," kata Renata yang baru saja sampai dan langsung duduk di sebelah Freya.

"Salam dulu kek Lu," protes Sherina.

"Kan udah tadi, salam ala orang luar," kata Renata.

"Ayah mana Bun?" Tanya Freya.

"Udah pulang, Bunda suruh pulang biar Bunda bisa leluasa ngobrol," jawab Renata.

"Dulu waktu ulang tahun Nathan yang pertama, Mama cuma bisa ngasih dia kue kecil. Sedangkan waktu Nayara ulang tahun, Mama gak bisa ngerayain karena memang waktu itu Mama lagi fokus sama urusan bisnis Mama sama Papa. Dan Nayara sama neneknya sampe dia umur lima tahun," kata Sherina.

"Gila sih perjuangan Lo sama Rivano. Gue dari dulu gak pernah hidup susah sih," kata Renata.

"Heh Lo mau pamer gitu sama Gue?"

"Nggak, maksudnya Gue harus lebih bisa bersyukur karena dari lahir Gue udah enak hidupnya gitu. Tapi sekarang malah Lo yang lebih kaya dari Gue," kata Renata.

"Sama aja semuanya. Bastian gimana? Betah kah di Amerika?"

"Betah, kan ada Gisel," jawab Renata.

"Bucin ye anak Lo sama anaknya Devian. Dunia itu sempit yah," kata Sherina.

"Itu karena mereka kenalnya di kampung. Kalau Lo gak ngajak Nayara liburan di sana dia gak sahabatan sama Bastian sama Gisel," kata Renata.

"Keajaiban yah," ucap Sherina sambil terkekeh.

"Hubungan anak Lo sama pacarnya siapa itu namanya?"

"William maksud Lo?"

"Nah iya dia."

"Lancar jaya!"

"Dia pewaris Ackerley Company bukan sih? Gila sih hebat banget anak Lo," kata Renata kagum.

"Anak Lo juga hebat bisa bikin anak Gue jatuh hati," kata Sherina.

"Kalau nggak kejadian mah Nathan gak bakal mau sama Freya," ucap Freya sambil menunduk.

"Owh ya? Bukannya sebelum kalian tahu kalau kamu hamil kalian udah sempet pacaran ya?" Tanya Sherina.

"Iya itu kan karena pacar Nathan yang sebelumnya selingkuh," kata Freya.

"Tapi walau pun gitu, Nathan sayang kamu kan sekarang? Nathan gak bakal mau bucin sama perempuan yang nggak dia sukain," kata Sherina.

"Bunda bersyukur banget karena Sherina yang jadi ibu merua kamu. Karena Bunda tahu kalau Mama mertua sama Papa mertua kamu itu baik," kata Renata.

"Mama juga bersyukur yang jadi mantu Mama itu kamu. Kamu itu spesial sayang," kata Sherina.

"Ayo lah, kita bahas tentang tema pestanya. Keburu malem ntar suami Gue kesepian lagi," kata Renata. Mereka lalu mulai membahas tentang pesta ulang tahun Tania dan Sania secara serius.

Nayara dan William sedang berada di pinggir danau. Mereka menghabiskan malam minggu yang indah ini.

"Kamu yakin mau ngulang?" Tanya William.

"Kan wajib," jawab Nayara.

"Aku tunggu, aku temenin sampe kamu lulus," kata William sambil mengelus tangan Nayara.

"Gak perlu, cukup selalu ada buat aku…"

"Aku temenin kamu sambil aku berusaha mewujudkan mimpi aku. Kamu ngulang aku kuliah dan berusaha buat sukses. Aku selalu ada buat kamu," kata William.

"Aku kira kamu mau ikut ngulang sama aku," kata Nayara.

"Will, aku mau kamu beliin gorengan sama teh anget yang waktu itu dong," kata Nayara.

"Oke, aku cari dulu," jawab William lalu turun dari mobil dan membeli apa yang Nayara minta.

"Makasih ya," kata Nayara lalu meminum teh hangat yang dibeli William.

"Awas panas," kata William.

"Besok temenin aku jemput Kak Niko ya Will?"

"Besok ya mereka dateng? Jam berapa?"

"Kata Mama malem jam sembilan."

"Iya aku temenin. Apa sih yang nggak buat kamu," kata William.

"Makasih ya William," kata Nayara dan mencium William.

"Jangan bilang makasih, aku pacar kamu. Kamu bisa ngandelin aku di segala hal," kata William.

"Aku juga, andelin aku kalau kamu butuh bantuan," kata Nayara dan memeluk William erat.

"Huh, ayo kita berjuang sama-sama."