webnovel

One Piece: Boundary Master (Penguasa Batas)

Sinopsis: Seorang pemuda terlempar ke dunia One Piece dengan ingatan yang masih utuh. Dan memanfaatkan berbagai pengetahuannya tentang One Piece dan juga kekuatan buah iblis untuk memanipulasi Batasan, dia akan memulai kisah petualangannya dan menggapai puncak! ==== ===== ====== ======= Catatan Penulis: Ini adalah pertama kalinya saya menulis fan-fiksi. Dan jujur saja, saya sendiri hanyalah pemula dan bukanlah seorang penulis yang baik sebenarnya. Ada beberapa/banyak kekurangan dalam fan-fiksi ini, jadi jangan terlalu banyak berharap ini adalah mahakarya yang luar biasa!

rtlps_360 · ファンタジー
レビュー数が足りません
108 Chs

Chapter 08 - Turun Gunung

Lepus dan Brisa akhirnya sampai di pinggiran kota terdekat di balik gunung tempat tinggal mereka tinggal sebelumnya, yaitu Groundhog Town.

Sebelum memasuki kota kecil ini, Lepus memberi peringatan pada Brisa.

"Brisa, jangan memberitahu ataupun membicarakan soal kekuatanku pada orang lain kecuali kuijinkan."

"Un? Kenapa?"

"Karena kita harus berhati-hati. Kita tidak boleh mudah percaya pada orang lain. Jika tidak, kita mungkin akan diincar orang jahat. Mengerti?"

"Un."

"Bagus."

Sesampainya di kota, hal pertama yang Lepus lakukan adalah tentunya mendapatkan uang. Untungnya Lepus sudah membuat perencanaan sebelum mereka turun gunung. Lepus membawa sekeranjang ikan dan buah-buahan hutan yang ia dan Brisa kumpulkan sebelum mereka turun gunung untuk dijual di pasar.

"Brisa, kita akan jual ikan dan buah-buahan ini. Dan uang yang kita dapatkan nantinya akan kita pakai untuk beli beberapa pakaian baru, beli makan, dan menginap di penginapan."

"Un."

Lepus kemudian bertanya pada seorang pria paruh baya yang duduk merokok di dekat gapura kota.

"Permisi. Paman, mau ke pasar arahnya kemana, ya?"

"Oh? Pasar? Lurus saja di jalan utama ini, kemudian sampai di perempatan kau belok kiri, setelah itu sekitar beberapa ratus meter kau sampai di pasar."

"Terima kasih, paman."

"Ya."

~~~

Saat hari sudah sore, buah-buahan mereka terjual habis. Lepus kemudian membeli beberapa pakaian baru untuknya dan Brisa di kios pakaian di pasar itu juga. Kemudian mereka pergi ke restoran tak jauh dari sana.

Setelah masuk restoran, Lepus membawa Brisa ke meja kosong di sudut restoran dan duduk. Kemudian Lepus melihat-lihat menu yang ada.

Tak lama kemudian datang seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Selamat datang di restoran kami! Mau pesan apa?"

"Kami pesan ini 2, dan minumnya ini 2 juga. Itu saja." kata Lepus sambil menunjuk ke menu yang dia pilih.

"Baik. Silahkan tunggu."

Beberapa lama kemudian, wanita paruh baya tadi menghampiri kembali membawakan menu pesanan mereka.

"Ini pesanannya. Selamat menikmati."

"Terima kasih, bibi."

"Oh, ya. Sama-sama."

Kata bibi pelayan sambil tersenyum yang kemudian pergi untuk melayani pelanggan lainnya.

"Brisa, kita makan."

"Un."

Selesai makan, Lepus mengangkat tangan dan memanggil Bibi pelayan.

"Permisi, tagihannya!"

Bibi pelayan kemudian menghampiri untuk memberitahu tagihannya dan menerima uang.

Setelah membayar makan mereka, Lepus bertanya pada Bibi pelayan.

"Bibi, apa restoran ini butuh pegawai tambahan?"

"Hm? Pegawai tambahan? Maksudmu kau mau kerja disini?"

Bibi pelayan bertanya sedikit terkejut.

"Benar, Bibi. Aku dan adikku baru pertamakali datang ke kota, jadi kami ingin mencari pengalaman. Kami berasal dari desa gunung yang cukup terpencil dan kekurangan. Selain itu, kami kehilangan keluarga kami, jadi kami memutuskan untuk pergi meninggalkan desa."

Lepus sedikit memberikan kebohongan putih tapi memang tidak terlalu salah juga dengan situasi mereka sebenarnya.

"Oh, jadi begitu. Kebetulan restoran ini milikku dan suamiku, jadi bisa saja kalau kalian mau sedikit bantu-bantu."

"Terima kasih, Bibi. Kami bisa bekerja sebagai pelayan atau pencuci piring juga tidak masalah."

"Oh, boleh-boleh. Apa kalian sudah punya tempat tinggal? Kalau belum, kalian juga bisa tinggal disini juga. Kebetulan di lantai dua masih ada kamar kosong."

"Terima kasih, Bibi. Lalu, harga sewanya berapa?"

"Itu tidak perlu. Lagipula kalian akan bekerja disini, jadi anggap saja rumah sendiri. Selain itu, kalian juga akan mendapat jatah makan 3x sehari dan kami tetap akan menggaji kalian."

"Itu... Apa itu tidak berlebihan, Bibi? Apa Bibi tidak merugi kalau seperti itu? Lagipula kami bisa dibilang hanya numpang disini dan kami juga bukan kerabatmu atau semacamnya."

"Oh, soal itu tenang saja. Kebetulan kami baru saja kehilangan pegawai kami sebelumnya karena mereka pulang kampung katanya harus melanjutkan bisnis keluarga dan menikah. Jadi, kami juga senang akhirnya dapat tenaga tambahan. Ohohoho."

Bibi pemilik menjawab dengan santai dan tertawa.

"Oh, begitu ya. Baiklah, terima kasih, Bibi. Oh, dan perkenalkan namaku Lepus dan ini Brisa."

"Namaku Brisa."

Lepus memperkenalkan diri dan Brisa juga.

"Oh, senang berkenalan dengan kalian. Panggil saja aku Bibi Nora, dan suamiku koki di dapur, namanya Hector. Kalian bisa temui dia nanti. Baiklah, untuk saat ini kalian istirahat saja di kamar atas. Kamarnya di ujung kanan. Kalian bisa mulai bekerja besok. Akan kutunjukkan kamar kalian."

"Baik, Bibi Nora. Terima kasih."

"Ya, sama-sama."

Lepus dan Brisa kemudian mengikuti Bibi Nora ke lantai dua. Sesampainya di ujung lantai dua, Bibi Nora berhenti di depan sebuah pintu dan kemudian membukanya.

"Disini kamar kalian. Kalian bisa tinggal disini. Baiklah, selamat beristirahat."

Setelah menunjukkan kamar ke Lepus dan Brisa, Bibi Nora kembali ke restoran di lantai satu.

Lepus melihat-lihat seisi kamar dan menilainya. Kamar itu tidak terlalu luas, tapi juga tidak terlalu sempit.

"Tak buruk juga. Brisa, kita akan tinggal dan bekerja di restoran ini untuk beberapa waktu. Kita akan menghabiskan beberapa waktu di kota ini untuk beradaptasi dengan kehidupan bermasyarakat. Kau tidak masalah, kan?"

"Un."

"Baiklah. Kita tidur."

Meskipun mereka tidur bersama seranjang, mereka tidak mempermasalahkannya karena mereka sudah terbiasa sejak masih di gunung. Selain itu, mereka juga saling mencintai, jadi tidak masalah.