webnovel

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Pertemuannya dengan bocah delapan tahun membuat Lin Tian sadar, bahwa kekuatan tidak sepenuhnya bisa melindungi banyak orang. Sebaliknya, dengan kekuatan dan kekuasaan membuat orang-orang semakin menderita, terutama mereka yang lemah. Ketika Lin Tian hendak mengajak bocah tersebut untuk pergi, saat itu juga gerombolan Pendekar mengepung dirinya. Bocah tersebut tewas saat salah satu Pendekar menjadikannya dirinya sebagai tawanan. Lin Tian yang sudah dipenuhi luka itu akhirnya mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membunuh semua pendekar tersebut. Lin Tian pun menghembuskan napas terakhirnya. Namun, ketika dia membuka matanya bukan Nirwana yang didapatnya, tetapi dunia yang jauh berbeda dengan masa lalunya. Takdir telah membawanya ke masa depan, lebih tepatnya di tahun 2022. Ribuan tahun hari kehidupan sebelumnya. Namun, pada kehidupan keduanya pun dunia tidak jauh berbeda dengan kehidupan pertamanya. Ketidakadilan masih meraja rela, bahkan lebih kejam dari yang pernah dilihatnya. Lin Tian tidak memiliki pengalaman apa-apa pada kehidupan keduanya. Akan tetapi, dia bertekad untuk mengembalikan kedamaian dunia. Mampukah Lin Tian mengembalikan senyuman orang-orang yang ada di sekitarnya? Akankah kehidupan barunya membuat Lin Tian menyesali kematiannya? Takdir apa yang akan Lin Tian jalani nanti? Siapkah Lin Tian mengetahui kalau orang-orang yang pernah ada di kehidupan pertamanya, hadir di dunia baru ini?

arayan_xander · アクション
レビュー数が足りません
205 Chs

12. Pengejaran

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 12 :

"Diam!" Lin Hua berteriak dengan begitu keras sehingga membuat Lin Tian dan Lin Xiao berhenti saling mengejar.

Duo Lin tersebut berhenti bukan karena suara Lin Hua, melainkan gadis itu menarik telinga seperti seorang guru yang sedang marah karena anak muridnya bersikap nakal.

Baik Lin Tian maupun Lin Xiao sama-sama menjerit kesakitan. Lin Hua sungguh memperlakukan mereka layaknya sedang menarik seekor anak kucing yang ingin dibuang.

"Aduh! Aduh! Sakit ... Kak Hua, sakit!" lirih Lin Xiao sambil memasang wajah memelas, mencoba untuk melepaskan tangan Lin Hua dari telinganya, tetapi usahanya itu sia-sia.

Biarpun Lin Hua seorang wanita dan wanita kerap kali dipandang sebagai makhluk yang lemah, maka anggapan tersebut tidak berlaku untuk Lin Hua. Dia memang memiliki wajah yang cantik seperti gadis pada umumnya dan terlihat seperti orang yang pendiam, faktanya Lin Hua adalah seekor singa yang terperangkap dalam tubuh manusia.

"Nona," kata Lin Tian tiba-tiba, "Tolong, lepaskan telingaku maka aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan," lanjutnya yang sebenarnya penuh dengan modus.

Lin Hua merenggangkan tarikannya pada Lin Tian, panggilan lembut itu nyatanya mampu menghipnotis Lin Hua. Lin Xiao menyipitkan matanya, dia tahu saat ini Lin Hua sedang terpana dengan rayuan maut dari seorang Lin Tian.

"Nona ..." Kembali Lin Tian memanggil Lin Hua dengan manis, "Aku mohon Nona. Lepaskan tanganmu dari telingaku, maka aku akan mengabulkan semua permintaanmu," ulang Lin Tian penuh keyakinan.

Kata-kata manisnya memang mampu meluluhkan seekor singa yang tengah mengamuk itu. Sementara itu, Lin Xiao hendak berkata juga, tetapi belum sempat dia mengeluarkan kalimat rayuannya Lin Hua sudah menarik telinganya lebih keras lagi, membuat Lin Xiao menjerit kesakitan.

"Diam!" bentak Lin Hua, seraya menatap dingin Lin Xiao yang terpaku sambil menahan sakit pada telinganya.

"Bisa diam tidak? Dari tadi kau terus saja berteriak tanpa alasan, membuat telingaku berdengung."

Lin Xiao pun menelan ludahnya sendiri, sejak tadi dirinyalah yang menahan sakit karena Lin Hua tidak mau melepaskan tarikannya. Namun, sekarang dia yang berbalik dimarahi oleh Lin Hua, di mana letak kesalahannya?

Pemuda dua puluh lima tahun itu akhirnya menjatuhkan pandangannya pada Lin Tian yang sekarang sudah terbebas dari jerat Lin Hua. Dia merasa iri dengan pria yang juga bermarga Lin tersebut.

Bagaimana Lin Xiao tidak dibuat kesal, Lin Hua membebaskan pria itu hanya karena dia memanggilnya dengan sebutan 'Nona' sedangkan dirinya mencoba melakukan hal yang sama, malah mendapat kemarahan lainnya. Lin Xiao merasa Lin Hua telah pilih kasih padanya.

Namun, bukan Lin Xiao namanya jika tidak bisa keluar dari masalahnya. Tentu dia memiliki seribu cara jitu untuk bisa terlepas dari jerat Lin Hua.

Ketika Lin Hua tengah asyik mengobrol dengan Lin Tian, saat itu juga Lin Xiao berteriak dan membuat yang lainnya terperanjat.

"Awas! Merunduk!"

Sontak saja semua orang yang ada di sana pun menunduk ketika Lin Xiao berteriak. Fokus Lin Hua pun terpecah belah, hal yang pertama dia lakukan adalah melindungi Lin Tian terlebih dahulu.

Secara respect dia mendekap Lin Tian dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Jadi posisi Lin Hua berada di atas Lin Tian, sementara itu Lin Xiao tertawa puas.

"Apa yang kalian lakukan? Musuh? Awas! Merunduk!" tanya Lin Xiao dengan senyuman mengejek.

Lin Hua pun buru-buru bangun dan merapikan pakaiannya, dia menyeka rambutnya yang tampak acak-acakan berusaha untuk melupakan kejadian memalukan itu.

Lin Tian pun bangun setelah Lin Hua menyingkir dari tubuhnya. Lin Xiao tampak sangat bahagia karena berhasil membuat sepasang insan tersebut terjebak dalam situasi yang canggung.

Setelah mendapatkan kesadarannya kembali, barulah Lin Hua mengepalkan kedua tangannya. Dia membulatkan matanya seraya mengeratkan gigi-giginya. Lin Xiao dapat merasakan kalau sesaat lagi dirinya akan dalam bahaya. Bisa dilihat dari cara Lin Hua menatapnya.

Lin Xiao pun berpikir untuk mencari cara agar bisa terhindar dari Lin Hua. Dia mulai mengambil ancang-ancang untuk lari. Lin Hua pun sudah dapat membaca arah pikiran Lin Xiao, dia mengenal dengan baik Lin Xiao.

"Jangan coba-coba untuk lari dariku, Lin Xiao atau kau akan mendapatkan hal yang lebih buruk dari sebuah tarikan di telinga!" ancam Lin Hua di akhir kalimatnya.

Lin Xiao tahu kalau kalimat tersebut tidak serius diucapkan Lin Hua. Namun, dirinya harus tetap menghindar dari kemarahan Lin Hua atau gadis itu tidak akan membuat hidupnya tenang.

Lin Xiao pun mulai berlari, "Hei, kau! Lin Xiao ... Kemari kau!" Lin Hua pun mengejarnya di belakang. Sementara itu Lin Tian hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua insan yang bersikap layaknya anak-anak.

Lin Hua pun hampir menangkap Lin Xiao, tetapi saat itu juga sikap keduanya berubah secara signifikan.

"Scorpio!" kata seseorang yang baru saja menampakkan dirinya di depan ruangan. Seketika Lin Hua dan Lin Xiao mematung, tatkala pria dihadapan mereka menyebut nama 'Scorpio', Lin Hua buru-buru memberi hormat dan begitu juga dengan Lin Xiao.

"Di mana Scorpio?" tanya pria tersebut, seraya menjatuhkan pandangannya ke dalam ruangan.

Pria bertubuh besar dan berotot itu membawa sebuket bunga di tangannya. Lin Hua segera mempersilahkan pria tersebut untuk masuk ke ruangan. Dia menunjukkan sikap hormat pada pria yang kira-kira memiliki tinggi 175 cm itu.

"Terima kasih," balas pria tersebut seraya mengulas senyuman tipis. Biarpun Lin Hua tidak mengatakan apa-apa, tetapi dirinya membalas dengan berkata 'Terima kasih' dan Lin Hua senang mendengarnya.

Pria itu pun mengayunkan kakinya dan memasuki ruangan tempat Lin Tian dirawat. Raut wajahnya begitu bahagia tatkala netranya berada dalam garis lurus dengan sosok pemuda pemilik nama Lin Tian tersebut.

"Putraku! Scorpio." Pria itu langsung saja memeluk Lin Tian dengan hangat, dia mengelus-elus punggungnya seraya menahan air mata agar tidak membasah di pipinya.

Ketika pria itu memanggilnya dengan sebutan 'Putra' seketika itu juga Lin Tian mematung, tubuhnya mengeras dan sulit untuk dikendalikan.

Pria itu memeluk Lin Tian untuk waktu yang cukup lama, selama itu juga Lin Tian tidak bergerak bahkan napas pun dia pelan-pelan. Lin Tian mencoba menelaah situasinya sekarang, kehadiran sosok pria ini semakin menambah daftar orang-orang yang harus Lin Tian kenal.

Lin Tian berpikir, setelah ini entah berapa banyak lagi orang yang harus dirinya temui di kedepannya sekarang? Dia tidak bisa terus menerus memakai ingatan pemilik tubuhnya tersebut karena itu dapat membuat ingatannya perlahan-lahan menghilang.

"Kau baik-baik saja bukan, Putraku? Kau tidak terluka bukan? Coba aku lihat." Pria itu melepaskan pelukannya, lalu dia memutar-mutar tubuh Lin Tian untuk memastikan tidak ada luka pada tubuh pemuda yang dianggapnya sebagai putra itu.