"Sialan..." Sang sersan tumbang. Ia menggenggam perutnya yang terus mengucurkan darah. Dengan perlahan ia menoleh ke belakang seraya berkata, "Si...Siapa kau?!"
"Malaikat maut!!" kata pria tersebut tersenyum sadis. Dia mengangkat pedangnya dan kemudian memenggal kepala sang sersan.
=================
Name : Daddy Coltdiesel
Birthday : Kota Kretek, 19 April 1991
=================
"Sejak kapan malaikat maut botak?" bisik Shiro kepada pria di sampingnya.
"Entahlah.." jawab pria tersebut.
Sesaat setelah Daddy membunuh sang sersan, sekelompok siswa yang membawa berbagai macam senjata tajam datang menghampiri. Sang kopral yang menyadari akan kekalahannya pun menjatuhkan senjata dan mengangkat tangannya.
"Shiro! Kenapa kau memulai pesta ini tanpaku?!" sentak Daddy, menghampiri Shiro.
"Hah? Siapa kau ini?!" tanya Shiro, agak kesal dengan nada Daddy berbicara.
"Jangan bercanda!! Kita bertarung hampir setiap hari dan sekarang kau bertanya siapa aku?!!" sentak Daddy, menarik kerah baju Shiro.
"Aahhmm.. Jhonny Brazzers-san??" kata Shiro, mencoba untuk menebak namanya.
"Siapa itu Jhonny!! Apa kau pikir aku seorang bintang skidipapap skuik wik wik?!!" teriak Daddy, membanting pedangnya karena kesal.
"Ouwh.. Menyeramkan sekali." kata Shiro, berlagak takut.
"Shiro, dia itu Daddy, siswa kelas 3 yang selalu menantangmu." kata salah seorang pria yang berdiri di belakang Shiro.
"Sudahlah. Bicara dengan orang bodoh sepertimu hanya membuatku naik darah." Daddy mengambil pedangnya dan berkata, "Sekarang, Kopral-san, kau ingin mati dengan cara apa?"
"Aku menyerah! Tolong maafkan aku!" kata sang kopral dengan tegas, menundukkan kepalanya.
"Apa kau serius?! Kau sama menyebalkannya dengan si bodoh itu!" Daddy menoleh kanan kiri dan kemudian mengayunkan pedangnya ke arah sang kopral. Namun... Shiro bergegas menangkis serangan Daddy dan berkata, "Bukankah dia sudah menyerah?"
"Hah??! Apa kau pikir apa yang telah mereka perbuat bisa dimaafkan?!" sentak Daddy.
"Tentu saja." kata shiro dengan wajah serius.
"Shiro!! Aku sudah memperbaikinya!!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan Akmal dari lantai 3 yang mengalihkan perhatian mereka semua.
Daddy menoleh ke arah sumber suara tersebut dan berkata, "Sekarang apa lagi?! Apanya yang sudah diperbaiki?!"
"Rawatlah luka mereka yang sedang terluka dan bawa semua tentara yang masih hidup ke tempat para tentara lainnya." kata Shiro, memberi perintah. "Jhonny, ikuti aku!" imbuhnya seraya berjalan menuju ke lantai 3.
Daddy menghela nafas dan berkata, "Sudah kubilang, aku bukanlah Jhonny." Ia kemudian mulai berjalan menyusul Shiro seraya berkata, "Apa kau tahu kalau kau itu terlalu naif? Oi, apa kau mendengarkanku?!"
Sesampainya di laboratorium teknologi.
"Kenapa kau bersama Daddy-san??!" kata Akmal, terkejut melihat Daddy berjalan dibelakang Shiro.
"Apa ada masalah?!" kata Daddy dengan wajah seram.
"Ehm, tentu saja tidak!" kata Akmal, agak ketakutan.
"Apa sudah bisa berfungsi?" tanya Shiro kepada Akmal, melihat-lihat mesin penyiar radio yang telah diperbaiki oleh Akmal dan Dara.
"Tentu saja. Hanya saja gelombang radio dari mesin ini bisa terdengar lebih jauh dari mesin penyiar biasa. Bahkan mungkin akan sampai di kota Atlas." kata Akmal, mencoba untuk menghidupkan mesin tersebut.
"Tidak masalah." kata Shiro yang kemudian duduk untuk bersiap melakukan siaran.
Akmal menghidupkan mesin tersebut dan memberikan aba-aba ke Shiro untuk memulai siaran.
"Yo! Jhonny Brazzers here!!" seru Shiro, membuka siaran.
"Jangan bercanda kau!!!" Karena merasa kesal, Daddy pun mencengkram kepala Shiro dan menekannya ke bawah.
Sambil menahan tekanan Daddy, untuk sekali lagi Shiro memperkenalkan diri, "Namaku Shiro. Aku hanyalah seorang warga biasa dari desa Sumber."
Melihat Shiro yang sudah mulai serius, Daddy pun melepaskan tangannya dari kepala Shiro dan berjalan sedikit mundur untuk menyenderkan punggung di dinding.
"10 tahun yang lalu, ayah dan saudaraku mati di peristiwa 'Jembatan Kaligelis'. Setelah itu, aku dan ibuku hidup dalam kemiskinan. Walaupun begitu, kami masih membayar pajak dan menuruti peraturan kerajaan. Akan tetapi, 1 Minggu yang lalu... Desaku diserang oleh para tentara. Semua rumah hangus terbakar dan aku menemukan ibuku sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Disaat aku sedang dalam kehampaan dan tidak tahu harus berbuat apa, para tentara yang telah membantai warga desa datang menghampiriku. Apakah kalian tahu apa yang aku lakukan? Aku melampiaskan amarahku dan membunuh semua tentara yang ada di hadapanku. Tapi apa itu sudah cukup untuk meredamkan amarahku?? Tentu saja tidak! Aku masih tidak bisa menghilangkan kebencian yang masih melekat di dada ini!"
Sementara itu, di seluruh ruang di sekolah dan di berbagai tempat lainnya di kota Kretek dan wilayah sekitarnya, orang-orang terlihat sedang mendengarkan siaran radio tersebut dengan seksama.
"Kalau boleh jujur.. Saat ini, aku ingin sekali membantai seluruh tentara yang ada di kota ini dan menjadikan mayat mereka sebagai makanan anjing! Namun, walau aku berhasil melakukannya. Hal itu tidak akan merubah kenyataan bahwa keluargaku sudah tidak ada lagi di dunia ini!" Sejenak Shiro terdiam dan memandangi Dara yang sedang berdiri di sebelahya.
"Aku ingatkan kepada kalian sebelum kalian terlanjur melakukan hal-hal bodoh yang akan kalian sesali nanti. Orang-orang yang berada di balaikota merupakan keluarga kalian sendiri. Walaupun kalian berhasil mengalahkan mereka dan menguasai balaikota, lalu apa kalian pikir pemerintah akan tinggal diam?! Kalian akan dianggap sebagai pemberontak dan pasukan kerajaan akan membantai kalian semua tanpa pandang bulu. Yang menanti kalian di balaikota bukanlah sebuah kebebasan yang kalian harapkan, akan tetapi kematian yang tak terhindarkan. Aku melakukan siaran radio ini guna meminta kalian untuk tidak mengorbankan keluarga kalian demi tujuan bodoh kalian untuk bunuh diri. Apabila kalian tetap bersikeras untuk mengambil alih balaikota, maka bersiaplah untuk menghadapiku!" Shiro mematikan mesin siaran tersebut dan kemudian beranjak berdiri berjalan meninggalkan ruangan.
"Aku mengerti sekarang. Jadi kau orangnya." kata Daddy, berjalan perlahan menghampiri Dara.
Dara yang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Daddy pun hanya bisa terdiam dan berjalan menghampiri Akmal.
"D-Daddy-san, apa yang kau maksudkan?" tanya Akmal, sedikit gugup. Ia pun perlahan menggerakkan tangannya untuk menggapai senapan di atas meja.
"Wanita ini.. Aku tahu jika dialah orang yang telah membuat Shiro mengambil pergerakan." kata Daddy, menatap mata Dara. "Shiro yang ku kenal adalah orang bodoh yang egois dan tidak peduli dengan hal-hal yang tidak menyangkut tentang dirinya. Tapi lihatlah sekarang, dia hendak menghentikan pemberontakan yang menurutku adalah hal yang sangat merepotkan baginya."
Daddy terus menatap Dara dan tersenyum seram. "Tapi aku menyukai dia yang seperti itu!" kata Daddy yang kemudian berjalan keluar meninggalkan Akmal dan Dara. "Ayo kita bunuh semua tentara kerajaan! Jiahahahhaha!!" Daddy berjalan menyusuri lorong kelas dengan penuh semangat.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Akmal, menepuk pundak Dara. Dara tidak menjawab pertanyaan Akmal dan hanya bisa terdiam khawatir membayangkan apa yang akan terjadi.
Please support.
Cek komik pendek adaptasi novel-novelku di IG:ShiroMSFA dan mohon subscribe channel YouTube ShiroMSFA sebagai bentuk dukungan