Kota Tani, kota yang berada di timur kota Kretek.
Di suatu rumah makan.
"Apa kau mendengar siaran radio tadi? Keadaan kota Kretek semakin kacau. Aku rasa kita perlu lebih waspada." kata salah seorang pria yang sedang duduk di dekat kasir.
"Yah.. Kau benar. Kita tidak akan tahu kapan mereka akan sampai disini." sahut pria lainnya.
Sang pemilik restoran terkekeh dan berkata, "Jangan khawatir. Jika ada tentara maupun pemberontak yang menginjakkan kaki di kota ini, aku akan mengusir mereka dan membuat mereka menyesal karena telah mengganggu kedamaian kota ini!"
Disaat mereka terkekeh akan candaan sang pemilik restoran, tiba-tiba 2 truk tentara datang dan parkir di depan restoran. Beberapa dari para tentara tersebut pun langsung berjalan masuk ke dalam restoran untuk menjarah tempat itu.
"Angkat tangan kalian dan serahkan semua makanan dan minuman yang ada di restoran ini!!" seru salah seorang tentara, menodongkan senjata ke pemilik restoran.
"B-Baiklah, tunggu sebentar, tuan!" sang pemilik restoran bergegas berlari ke dapur untuk menyediakan permintaan para tentara.
Sementara menunggu sang pemilik restoran menyiapkan permintaan mereka, para tentara tersebut berjalan menghampiri seorang pemuda yang masih terlihat santai makan di sudut ruangan.
"Oi, apa yang kau lakukan? Bukankah kami bilang untuk mengangkat tanganmu!" kata salah seorang tentara yang berdiri di depan meja pemuda tersebut.
"Hah? Bagaimana caraku untuk makan jika aku mengangkat kedua tanganku?" kata pemuda tersebut, masih sangat santai menikmati makanannya.
Tentara tersebut terlihat kesal dengan jawaban yang ia dapatkan dan tanpa basa-basi, sang tentara pun melempar makanan pemuda tersebut ke samping. "Makananmu sudah habis. Sekarang angkat tanganmu." kata tentara tersebut, mendekatkan wajahnya ke wajah pemuda tersebut.
Pemuda tersebut menghela nafas dan memandangi makanannya yang berserakan di lantai.
"Hey tunggu. Sepertinya aku pernah melihat wajahmu di surat kabar." kata tentara satunya, mencoba mengingat-ingat. "Yeah! Aku ingat sekarang! Kau adalah bocah yang mengacau di istana Atlas 1 tahun yang lalu!" imbuhnya, bergegas untuk menghunuskan pedangnya.
Pemuda tersebut tiba-tiba meraih kepala sang tentara yang ada di hadapannya dan membenturkannya ke meja makan, sehingga membuat tentara tersebut pingsan seketika.
"Sepertinya aku harus kabur!" kata pemuda tersebut, beranjak berdiri.
======================
Name : Tatsuya Ricefield
Birthday : Kota Tani, 11 Juli 1992
Bounty : 20.000.000 Doku
======================
"Apa yang kau lakukan, bajingan tengik!!" teriak tentara lainnya, mengayunkan pedangnya ke arah Tatsuya.
Tatsuya menendang meja makan yang ada di hadapannya ke arah tentara tersebut, membuat tentara tersebut ambruk dan tertindih temannya yang sedang pingsan.
Tatsuya menendang para tentara yang tergeletak di lantai sampai babak belur. Sementara itu, para tentara lainnya yang menunggu di luar restoran bergegas masuk karena mendengar suara keributan dari dalam restoran.
Melihat bala bantuan para tentara datang, Tatsuya bergegas berlari melompati jendela samping dan melarikan diri.
"Tatsuya!!! Kau belum membayar makananmu!!!" teriak sang pemilik rumah makan, keluar dari dapur membawa beberapa kardus makanan.
"Jyahaha! Mengingatkanku dengan masa lalu saat kabur dari kantin!" kata Tatsuya, terus berlari dari kejaran para tentara yang mengejarnya dengan menggunakan truk.
Beberapa saat kemudian Tatsuya mendadak berhenti berlari dan membalikkan badan. Ia mengambil 2 pistol dari balik jaketnya dan menembaki truk tentara yang melaju mendekat. Beberapa dari tembakannya membunuh sang sopir dan meledakkan salah satu ban truk itu, membuat truk tersebut kehilangan kendali dan kemudian meledak.
"Bertahanlah, Shiro. Aku akan segera datang." kata Tatsuya, menyimpan kembali pistol-pistolnya dan berjalan meninggalkan truk yang terbakar tersebut.
.
.
Di ruangan tempat para siswa menyekap para tentara.
"Cindy, aku akan pergi ke balaikota bersama Dara. Sebaiknya kau pulang. Kau akan lebih aman jika berada di rumahmu." kata Shiro, berjalan menghampiri Cindy.
Terkejut mendengar suara Shiro, Cindy menoleh ke samping dan kemudian berkata, "Baiklah. Pastikan kau mengantar Dara dengan selamat." Cindy kemudian menoleh ke para gadis yang sedang mengobati para siswa yang terluka parah akibat serangan tadi. "Dan tidak. Aku akan tetap tinggal disini. Aku tidak bisa meninggalkan mereka." imbuhnya.
"Jika kau memang berniat menghentikan pemberontakan, maka berhati-hatilah dengan para kapten yang sedang berada di balaikota. Mereka pasti juga akan menganggapmu sebagai musuh, karena kau telah membunuh para pemanen yang sedang menjalankan misi di desamu." kata sang kopral, menyela pembicaraan mereka.
"Misi?" tanya Shiro, sedikit terkejut.
"Mereka membantai seluruh warga desa dan kalian sebut itu sebuah misi?!" sentak Cindy, terlihat sangat marah mendengar perkataan sang kopral.
"SOUL HARVEST, sebuah kewajiban yang didasarkan atas kebijakan pemerintah dunia. Misi tersebut mengharuskan pemimpin suatu wilayah untuk menyerahkan data para warganya yang dianggap terlalu miskin dan tidak produktif. Mereka yang tertulis di dalam daftar akan segera dibantai dan dipanen oleh unit tentara khusus yang bernama 'White Beret' atau sering dikenal sebagai para 'Pemanen'." jelas sang kopral.
Penjelasan sang kopral tersebut membuat para siswa tercengang. Sudah bukan rahasia lagi jika pemerintah dunia sering bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Namun apa yang mereka dengar barusan benar-benar tidak manusiawi.
"Untuk apa mereka melakukan itu semua??" tanya Cindy, seakan tidak percaya dengan cerita sang kopral.
"Entahlah. Kami para bawahan mana mungkin tahu untuk apa hal sekejam itu dilakukan." jawab sang kopral.
"Jadi, bukan Crowz penyebab kenapa desa diserang?" tanya Shiro, terlihat agak kebingungan. "Jawablah!!" sentak Shiro, menarik kerah sang kopral.
"A-Aku tidak tahu. Seperti yang telah aku bilang, mereka bukanlah dari unit kami.
Mereka datang ke kota ini murni karena misi. Sedangkan kami datang ke kota ini karena kabur dari serangan pasukan Crowz di kota Atlas." jawab sang kopral, agak gugup melihat Shiro yang nampak sangat marah.
"Jadi mereka sudah pergi dari kota ini?" tanya Cindy.
"Aku rasa begitu. Mereka pasti sudah dalam perjalanan menuju ke tempat yang akan dipanen berikutnya." jawab sang kopral.
Cukup puas mendapat jawaban, Shiro melepaskan kerah baju sang kopral dan kemudian berjalan keluar tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Aku tahu kau adalah orang yang kuat, karena kau mampu membunuh para pemanen seorang diri. Akan tetapi dengan kondisimu yang saat ini, kau pasti akan kerepotan melawan para kapten di balaikota. Jadi berhati-hatilah." kata sang kopral, memberikan nasihat.
Shiro sama sekali tidak menghiraukan nasihat tentara tersebut dan terus melangkahkan kakinya berjalan keluar ruangan.
Cindy hanya bisa terdiam melihat Shiro pergi. Ia kemudian mendekati sang kopral dan berkata, "Seberapa kuat kapten dari para tentara yang kau maksudkan itu?"
"Well, kau bisa menganggap mereka sebagai 100 orang pria." jawab sang kopral.
Mendengar jawaban kopral tersebut, Cindy hanya terdiam dan merasa semakin khawatir. Ia sudah mengenal Shiro sedari kecil, dan benar-benar tau jika Shiro adalah orang yang selalu memaksakan dirinya untuk dapat menggapai tujuannya. Dalam keadaannya yang saat ini, bukan tidak mungkin Shiro akan kehilangan nyawanya.
Cek komik pendek adaptasi novel-novelku di IG:ShiroMSFA dan mohon subscribe channel YouTube ShiroMSFA sebagai bentuk dukungan