webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · 若者
レビュー数が足りません
30 Chs

16. Hanya Drama

~~~

Pagi tiba, hari terakhir Ice dan Aldrich sekolah sebelum libur 1 bulan.

"Whoamm" Ice terbangun. Ia mengambil hpnya diatas meja samping kasurnya.

"Jam setengah tujuh" Ice mengusap matanya.

Tring

Sebuah pemberitahuan muncul di hp Ice tanda ada pesan.

Ternyata itu dari Aldrich.

Ald_:

"Nanti sekolah bareng ya, gw uda bisa bonceng lo"

Seketika terulas senyuman di wajah Ice.

Icepreechaya:

"Iya"

Ia segera bersiap siap mandi dan mengganti pakaiannya.

Setelah itu Ice keluar dari kamarnya, ternyata Aldrich sudah menunggu depan pintu kamar.

"Lama nunggu gue?" Tanya Ice.

"Ga kok, yok berangkat"

Mereka berdua berjalan ke arah motor Aldrich.

Aldrich kemudian memberikan helm nya kepada Ice.

Sampai sekolah,

"Ice, besok gue mau langsung berangkat ke rumah ibu gue, lo siap siap ya"

"Oke" Ice tersenyum. Tak terasa Ice sudah lama disini.

Mereka berdua masuk ke dalam kelasnya. Kegiatan belajar mengajar pun dimulai.

"Oke anak anak, kalian besok sudah mau libur akhir semester ya, saya akan memberikan tugas akhir semester untuk kalian semua. Saya mau kalian buat laporan selama kalian liburan. Ditulis tangan ya, ga ada yang ngetik. Dan ga ada yang ga ngumpul."

Tok tok tok

Pintu kelas diketuk, itu Adela.

"Permisi bu, mau nyari Ice" kata Adela kepada guru biologi yang sedang mengajar itu.

Ice segera keluar dari kelas.

"Kenapa kak?" Tanya Ice.

"Besok sudah mau libur semester, kamu kalau bosen di asrama aja, kamu bisa jalan jalan ya.. kakak bisa anterin kamu jalan jalan" kata Adela.

"Gapapa kok kak, saya uda punya rencana liburan sama Aldrich ke rumah orang tuanya.." Ice tersenyum.

"Oh.. oke kalau begitu, ternyata kalian berdua sudah akrab sekali ya.." Adela tersenyum.

Ice hanya membalas dengan senyuman.

'Akrab bangettt kak.... sampe pernah tidur sekamar, huh'

"Yasudah, kakak cuma mau bilang segini aja, kamu bisa lanjut belajar yaa.."

"Iya kak" Ice kembali ke kelasnya.

~~~

Kringgggg

Bel istirahat berbunyi, Ice yang terlelap dalam mimpinya pun terkejutkan oleh suara bel istirahat.

Guru keluar dari kelas.

"Gimana? Enak tidurnya?" Tanya Aldrich sedikit terkekeh.

Ice menguap, dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya sambil mengangguk.

"Sumpah, gue gatau sejak kapan gue tidur" Ice ikut terkekeh.

Aldrich sedikit menggeleng.

"Udah siap ke kantin?" Tanya Aldrich lagi.

Ice tersenyum memperlihatkan giginya yang terjejer rapi sambil mengangguk.

Di kantin,

Setelah mereka berdua mengambil makanan, mereka duduk di suatu tempat duduk.

Tiba tiba,

Seseorang menuangkan segelas jus jeruk tepat diatas kepala Ice.

Ice sangat kaget, ia langsung berdiri dan melihat ke arah orang itu begitu pula dengan Aldrich.

Dia.

Mantan Aldrich.

"ANA!!" Bentak Aldrich ditengah kantin. Ana, mantan Aldrich hanya tersenyum miring sambil menatap tajam Aldrich. Tatapan Aldrich menatap Ana juga tak kalah tajamnya dengan Ana.

"Ini baru permulaan, liat aja nanti!" Kata Ana dihadapan semua orang dikantin.

Aldrich berjalan ke arah Ice dan memberikan lap wajahnya yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.

"Bersihin rambut lo" kata Aldrich kepada Ice. Aldrich langsung menarik tangan Ana dan segera pergi dari sana meninggalkan Ice sendiri.

"Apaan lo? Ngapain lo gituin Ice?"

"Siapa suruh dia ngambil lo dari gue? Ini bukan salah gue!"

Aldrich mengepalkan tangannya. "Ini akan menjadi terakhir kalinya gue memperingati lo, lagi sekali lo gini, lo liat aja apa yang akan terjadi" Selesai bicara Aldrich langsung meninggalkan Ana. Ia mencari Ice ke tempat tadi.

"Ice, lo--" kata Aldrich terpotong.

"Gue gapapa, gue ke toilet dulu, ni lap wajah lo, gue ga dapet pake kok.." Ice mengembalikan lap wajah ke Aldrich kemudian ia langsung berjalan ke toilet wanita. Ia mencuci rambutnya sekaligus bajunya yang kotor. Rambut dan pakaian Ice jadi basah kuyup.

Ice melangkah keluar dari toilet. Terlihat Aldrich yang sedang duduk menunggu Ice depan toilet. Saat Aldrich telah menyadari kedatangan Ice, ia langsung berdiri dan berjalan ke arah Ice.

Aldrich memeriksa keadaan Ice dari kepala sampai ujung kaki. Ia kemudian langsung membuka jaketnya dan menyelimuti tubuh Ice dengan jaketnya.

"Mau pulang?" Tanya Aldrich.

"Engga, gapapa" kata Ice menatap lurus kedepan.

"Kalo gitu gue beliin lo seragam baru, lo--"

"Ald, selama ini memang salah gue yang terus aja tergantung sama lo. Dan itu bikin mantan lo ga seneng. Dan gue yang jadi sasarannya"

"Ice, gue minta maaf"

"Ini bukan salah lo. Lo ga perlu minta maaf. Gue cuma mau lo jauhin gue aja, gue gamau berhubungan lagi sama lo. Gue sebenernya uda ada kak Adela yang bertanggung jawab sama kehidupan gue disini. Nanti gue bakal bilang sama kak Adela biar gantiin buddy untuk gue.." kata Ice.

Ice melepas jaket yang tadi diberikan oleh Aldrich kemudian langsung mengembalikan kepadanya. Ice langsung berjalan melewati Aldrich begitu saja.

"Lo marah sama gue" kata Aldrich yang menghentikan langkah Ice.

"Gue ga marah Ald. Gue cuma ga pengen masuk ke dalem hubungan percintaan lo sama dia aja."

"Bukan lo yang masuk, tapi gue yang narik lo buat masuk. Jadi ini bukan salah lo. Ice, jangan pergi, gue mohon." Lanjut Aldrich.

"Ald, lo ga perlu mempertahankan gue. Gue tau, lo masih sayang sama mantan lo" Selesai bicara, Ice langsung lanjut melangkah memasuki kelasnya.

Aldrich terdiam setelah mendengar perkataan Ice, ia sedang mencerna perkataan Ice. Memang benar, ia masih menyayangi Ana, tak ada gunanya buat ia mempertahankan Ice. Tapi, ia rasa Ice juga penting bagi hidupnya. Bahkan terkadang lebih penting dibandingkan Ana.

~~~

Kringggg

Bel pulang berbunyi.

Ice segera mengambil tasnya dan dengan cepat berjalan keluar kelas, sedangkan Aldrich yang cepat cepat memasukkan seluruh buku yang berantakan diatas mejanya ke dalam tasnya, kemudian ia segera menyusul Ice. Sejak tadi di kelas mereka memang tak dapat berbicara apapun, semua tenggelam dengan pemikirannya sendiri. Aldrich langsung berlari keluar dari sekolahnya setelah melihat Ice baru saja keluar dari gerbang.

"Ice, Ice.." Aldrich terus berlari bagaikan sedang dikejar sesuatu.

"Ice tunggu gue" dan pada akhirnya, Aldrich berhasil meraih bahu Ice. Aldrich berusaha menyeimbangkan nafasnya yang tak beraturan.

"Ice.." Aldrich masih menyeimbangkan nafasnya yang terengah engah.

"Gue udah ngambil keputusan dari hari itu, hari yang gue putus sama Ana. Gue udah ninggalin dia, dan gue ga akan balik lagi ke dia, gue--" perkataan Aldrich terpotong.

"Udah, cukup," Ice membalikkan badannya menghadap Aldrich.

Ice melihat kesekelilingnya dan Aldrich, memastikan tak ada yang mengikuti.

"Lo uda ga marah?" Tanya Aldrich.

"Besok jam berapa berangkat ke rumah ibu lo?" Tanya Ice tanpa menjawab pertanyaan Aldrich.

"Lo belum jawab pertanyaan gue"

"Besok jam berapa?" Tanya Ice kedua kalinya.

"Jam tujuh" Ice sedikit mengangguk.

"Gue ga dapet marah sama lo, tadi cuma..... drama" kata Ice menatap Aldrich.