Sekarang di dalam ruangan hanya ada mereka berdua, Cavin dan Adelia. Dan itu membuat kegugupan kembali melintas di benak Adelia dalam keheningan. Adelia berpikir mungkin saja pria yang menjadi kelien nya ini ingin membahas mengenai kesalahan Adelia tadi pagi karena telah lancang menabraknya.
'Tapi kan gue ngga sengaja' ungkap Adelia dalam hati
"Bisakah saya bicara dengan anda sebentar"
Suara Cavin memecah keheningan dan membuat Adelia mengalihkan perhatianya kepada pria muda di hadapannya.
Belum sempat Adelia menjawab permintaan Cavin, terdengar suara dering ponsel yang mengalihkan keduanya, dan ternyata dering ponsel itu berasal dari saku cardigan Adelia.
Adelia pun meminta ijin untuk mengangkat teleponnya terlebih dahulu.
"Maaf Tuan, bolehkah saya menjawab telepon terlebih dahulu?, Takutnya ada suatu hal penting."
"Ya, silahkan" Kata Cavin sambil menganggukan kepalanya sedikit.
Setelah mendengar persetujuan dari Cavin, Adelia pun langsung menjawab teleponnya dengan hati hati.
Orang yang berbicara dengan Adelia di sebrang telepon adalah ibunya yang mengabarkan bahwa penyakit yang diderita sang kakek kambuh kembali.
Sejak kecil setelah ayahnya meninggal, Adelia dan adiknya memang dirawat oleh kakek dan nenek mereka jika ibunya sedang pergi mencari nafkah.
Adelia sangat menyayangi mereka. Itulah mengapa Adelia sangat khawatir ketika mendapat kabar bahwa kakeknya dirawat di rumah sakit.
Adelia memilih tinggal sendirian di sebuah apartemen sejak dia mulai bekerja di perusahaan tempatnya bekerja saat ini karena tempat tinggalnya jauh dari kantor.
Karena kesibukanya, Adelia jarang menghubungi keluarganya hingga dia tidak tahu jika penyakit kakeknya kambuh karna Setahu Adelia kakeknya baik - baik saja sejak beberapa tahun terakhir.
/*/*/*/*/
Beberapa saat kemudian , Adelia selesai menjawab teleponnya lalu kembali menghadap Cavin dengan wajah menyesal dan khawatir.
"Maaf tuan, saya ada urusan mendadak dan saya harus pulang sekarang, Bisakah kita berbicara lain waktu? Saya harus segera pergi karena sesuatu terjadi kepada keluarga saya." Ucap Adelia berharap cemas
"Apakah masalahnya begitu serius?" Cavin menjawab dengan sebuah pertanyaan
"Kakek saya sakit dan sekarang sedang dirawat di RS, saya ingin memastikan keadaan kakek saya karena saya sangat khawatir. Jadi, bisakah saya pergi sekarang dan berbicara lain kali? " jawab Adelia. Matanya sudah mulai merah dan berkaca kaca
Cavin yang melihat Adelia seperti itu merasa tidak tega jika harus menahanya disini untuk membicarakan hal yang mungkin tidak terlalu penting.
Cavin biasanya sangat cuek dan dingin terhadap wanita entah kenapa merasa simpati terhadap Adelia. Apakah mungkin karena Adelia sedikit familiar bagi Cavin?
Cavin seperti mengangguk anggukan kepalanya dan terlihat seperti sedang berpikir sebagai respon dari jawaban Adelia.
Setelah hening beberapa saat Cavin akhirnya mengucapkan beberapa kata yang berhasil memecah keheningan
"Kalau begitu tinggalkan nomor teleponmu untuk ku" Ucap Cavin
Adelia hanya menjawab dengan 'Huh..?' bingung seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
'Huh... Ngga Barusan dia minta nomor gue?
Buat apa coba, dan kenapa dia tiba tiba pekai kata Aku-kamu'
"Apakah ada yang salah ?" Suara yang berat kembali terdengar di telinga Adelia
"Eh, tidak ada tuan" jawab adelia kaget
" kalau begitu berikan nomor teleponmu" Kata Cavin mengulang kata katanya tadi
"Emm, tapi untuk apa tuan ?" Tanya Adelia
"Bukanya tadi kamu bilang ingin mentraktirku?" Tanya Cavin pada Adelia