Anya mendengus sebal, kedua matanya memutar malas melirik cowok yang kini tersenyum lebar seakan mengejeknya. Rendy kalah mengejar mobil Ethan yang ternyata lebih jago membawa kendaraannya sehingga saat ini dengan amat terpaksa Anya juga mengalah.
"Mama, senang sekali akhirnya kamu ke sini juga." Andin memeluk Anya dengan rasa yang sudah sedari lama dia tumpuk dalam dada. Mama Ethan jelas merasa sangat bahagia sekali di buatnya. Anak sulungnya bisa membawa pacarnya kembali ke rumahnya.
Anya tersenyum paksa. "Maaf, Ma. Anya, udah jarang ke sini karena banyak tugas dari kampus."
Ethan mendengarnya ingin sekali meralat. Anya sudah berbohong pada Mama nya.
"Mama, sangat mengertikan hal itu, sayang. Tapi apa kamu sudah melupakan, Mama? Papa, juga terus bertanya kapan kamu datang lagi kemari. Sudah sangat lama sekali kita nyaris tidak pernah saling menatap seperti ini." lengan Andin mengusap pelan wajah Anya yang sangat di rindukannya.
Ethan melihatnya juga lega. Andai saja Anya tidak ada hubungan yang di sembunyikan dengan Rendy, mungkin Andin akan lebih sering bertemu dengan Ethan yang akan siap sedia untuk mengantarkannya ke rumahnya. Dengan begitu juga pasti mereka berdua tidak akan pernah bertengkar.
Andin sedikit mengerutkan dahi. "Tapi … kalian berdua kenapa saling berjauhan? Apa hubungan kalian sedang tidak baik?"
Anya terkekeh pelan. "Kita kan .."
"Engga, Ma. Mungkin perasaan aja, hubungan kita baik sentosa." Ethan memotong ucapan Anya yang entah akan membalas apa. Cowok itu hanya tidak ingin Anya berbuat aneh sampai membuat Mama nya bersedih seperti kemarinnya.
"Ethan, itu ga pernah romantis, Ma. Dia jalan aja jauhan, kayak orang ga kenal."
"Anya!"
"Kenapa? Emang bener."
Andin tersenyum kecil. "Loh, kenapa jadi adu mulut?"
Anya memalingkan wajahnya sudah terlalu malas. "Aku ijin ke toilet, Ma." Ucapnya yang hanya di angguki oleh kepala Andin.
"Anya, kamu marah sama aku?" Ethan merasa bersalah mulai bertanya.
Cewek itu hanya melirik dengan tajam lalu melongos pergi meninggalkan dua sosok yang di kenal lamanya di ruangan utama. Sebenarnya Anya ingin menghubungi kekasihnya untuk menjemput di sana, namun baru saja dia akan berbelok ke arah yang menjadi tujuannya kedua matanya melotot, begitu terkejut dengan sosok yang menatapnya dari arah tangga.
"Mau kemana kamu?"
Anya bergumam pelan, "Mama."
Kedua lengan yang di lipat membuat Anya sedikit gemetar.
"Kamu pikir, Mama, tidak tahu apa yang akan kamu lakukan?"
Anya bergeming. Sama sekali tidak bergerak di tempatnya. "Mama, kapan dateng ke sini? Kenapa ga hubungin aku kalau mau pulang?"
Mama nya memiring kepala dengan sunggingan di sudut bibir kiri. "Beraninya kamu bermain api di belakang, Mama."
"Anya, jelasin nanti."
"Tidak perlu." Mama nya mencondongkan tubuh sedikit, menepis jarak yang tadi terlihat memanas. "Kalau bukan karena mendiang, Papa. Kamu tidak akan ada di sini, Anya. Mama, sangat mengerti betapa sakit hati kamu. Tapi ingat sesuatu mengenai keluarga ini." Mama Anya kembali berdiri tegak sambil tersenyum lebar.
"Mama, sangat merindukan kamu." Anya di rengkuh sebagai mana orang tua yang sangat merindukan sosok puteri kandungnya. Mereka saling menyalurkan rasa setelah sekian lama tidak lagi bertemu.
"Mama, ga jadi marah?" pertanyaan Anya membuat Mama nya tertawa geli sambil melepas pelukan mereka.
"Memangnya kapan kamu di marahin sama, Mama?"
Anya kini terkekeh merasa senang. "Aku akan terus nurut selagi … Mama, juga restuin aku sama, Rendy."
>>>>>>>>>>>>>>
"Papa, merasa hari ini sangat spesial sekali kedatangan tamu yang sangat di nantikan lagi di rumah ini." Haris, selaku Papa dari Ethan berimbuh, menatap Anya dengan raut yang begitu ceria.
Andin melirik Mama Anya di hadapannya. "Krystal, juga menyempatkan pulang dan langsung datang ke sini. Padahal waktunya sangat padat dan sibuk di pekerjaannya mengurusi berbagai usaha serta perusahaan."
"Itu tidak sebanding dengan apa yang sudah suami saya kembangkan sebelumnya." balas Mama Anya, Krystal.
"Mama, juga menginap di sini, kan? Anya, bukannya di suruh untuk menginap oleh, Mama? Kemarin di telfon." celetuk Ethan mulai bertanya.
Anya mendecih di dalam hati. Cowok itu apa ingin sekali dia dan sang Mama berlama – lama di sana? Bahkan Anya ingin segera keluar dari rumah itu. Rendy pasti sudah menunggu kabar darinya. Jika dia menginap di rumah Ethan, bagaimana dengan pacar satunya?
"Malam ini, Mama, kembali pergi. Besok akan ada pertemuan penting antar bisnis, jadi tidak bisa bermalam di sini, Ethan."
Anya bersorak gembira di dalam hati. Namun dia harus berpikir kembali untuk membujuk Mama nya agar dia juga tidak jadi menginap di sana. "Anya, juga banyak tugas."
"Kamu tetap di sini. Soal tugas kuliah bisa di kerjakan bersama dengan, Ethan."
"Setuju, setuju." para orang tua langsung memotong sehingga Anya tidak bisa lagi beralasan. Mama nya selalu saja seperti itu, Anya merasa seperti memiliki … Ibu tiri.
Ethan tersenyum kecil. Entah kenapa waktu saat ini ingin sekali dia hentikan agar rumahnya terasa begitu hangat oleh dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Hanya ada kata andai di dalamnya, Ethan ingin menjadi orang yang bisa menjaga amanah dari mendiang Papa Anya.
"Iya, Anya. Nanti aku bantu selesain tugas kamu."
Anya hanya tersenyum tipis, sangat tipis dengan lirikkan yang begitu sinis.
"Kalian berdua semakin dekat, kan?" pertanyaan dari Haris membuat Anya terbatuk kecil karena tersedak ludahnya.
"Sayang, kamu kenapa?" Andin bertanya risau.
Anya terkekeh pelan. "Engga, kok. Anya, ga pa-pa."
Krystal menggeleng pelan. "Maaf jika puteri saya bersikap kurang sopan di hadapan kalian semua. Dia memang sangat berbeda dengan yang dulu."
Haris mengulas senyuman. "Remaja menuju dewasa memang membutuhkan proses yang tidak mudah, saya juga sangat mengertikan. Lagi pula bagi saya, Anya, tetap lah sama seperti yang dulu. Anak yang sopan dan baik."
Ethan meringis di dalam hati. Apa Papa nya akan tetap memuji seperti itu pada Anya jika saja tahu bagaimana sikapnya di area kampus? Bahkan tidak ada akhlak yang terpuji setelah bergaul dengan Rendy. Ethan tidak berusaha menjelekkan, namun itu yang dia rasakan ketika dia sendiri yang menyaksikan kedua insan itu menyatakan bahwa mereka berdua adalah pasangan.
Ethan di buang oleh Anya tanpa ada alasan yang membuatnya berpikir letak kesalahannya.
"Saya ijin untuk pergi lagi. Terima kasih sudah mengijinkan kami berdua di sini, waktu berharga kalian sekeluarga sangat saya hargai." Krystal berdiri untuk pamit.
Andin sedikit menautkan alis. "Loh, harus sekarang? Kamu baru beberapa jam di sini."
"Iya, Ma. Aku juga masih pengen lama sama, Mama."
Krystal tersenyum lembut dengan usapan di kepala cewek itu dan berbisik pelan, "Sebentar lagi, ya. Mama, pasti berhasil. Kamu tinggal tunggu beberapa waktu lagi agar kita bisa … kembali tenang."