webnovel

Sampai kapan harus berpura-pura

            "Aaaah, Bu. Saya baru ingat kalau ada yang harus saya bicarakan tentang Naskah," ucap gadis itu memberi kode pada Ibu Juan kalau ia ingin bicara berdua saja dengan laki-laki tersebut.

            "Oooh, oke kalau begitu. Saya keluar sebentar, kalian ngobrol dulu aja berdua," kata Ibu Juan tersenyum penuh arti. Wanita itu pun bangkit dari tempat duduknya kemudian pergi dari sana, meninggalkan Clara dan Juan berdua saja. Hihihi ... pasti akan sangat seru kalau mereka bisa bicara berdua,  batin wanita tersebut.

            Tatapan Juan sangat tidak ramah kepada Clara, gadis itu tahu kalau laki-laki di sebelahnya ini ingin dirinya memberitahu apa saja yang terjadi selama dirinya bersama dengan Ibu pria tersebut. Namun, Clara tidak tahu harus memulainya dari man? Menatap wajah laki-laki itu saja  gadis tersebut tidak berani, dirinya takut setengah mati. Buset dah, gue harus gimana nih? Gue harus ngomong apa? Ucap gadis itu dalam hati.

            Clara  menelan ludah gugup, ia berusaha mengatakan apa yang ada di pikirannya pada Juan dengan benar. "Hmmm ... jadi, gini Pak Juan. Soal Ibu—" belum sempat Clara menyelesaikan omongannya, laki-laki tersebut malah memotongnya. Gadis itu sangat terkejut di buatnya.

            "Apa pun yang kamu lakukan untuk menutupi hubungan kita ini, kamu harus bilang terlebih dahulu kepada saya," ucap laki-laki itu dengan tatapan yang serius.

            Clara menganggukkan kepalanya secara tomatis. "Si—siap, Pak Juan!"

            "Bagus," kata Juan melihat Clara nurut pada apa yang ia ucapkan.

            "Apa aja yang kamu lakukan sama Ibu saya seharian ini?"

            "Ng ... kita tadi Cuma belanja, habis itu masak makan malam buat Pak Juan." Jawaban Clara memang tidak salah, keduanya memang melakukan apa yang dikatakan oleh gadis itu.

            "Saya tidak peduli dengan belanja dan masak mkan malam itu, apa saja yang kamu bicarakan dengan Ibu saya selama kalian bersama seharian ini?" tanya Juan mengganti pertanyaannya, laki-laki itu menghela napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan menahan emosinya.

            Memang jika bicara dengan gadis ini harus jelas semuanya. Juan sangat kesal karena Clara seperti tidak berarti apa-apa baginya, kayaknya hubungan gue sama nih anak gak bakalan ada sebulan deh, gue harus cari gadis lain supaya Ibu gak kembali jodohin gue sama Rere lagi, batin laki-laki itu berpikir kedepannya akan seperti apa. Sepertiinya gadis ini tiidak akan lama dengannya.

            Clara nampak berpikir kemudian berkata, "hm ... tadi Ibu tanya sama saya bagimana kita bisa ketemu. Saya jawabnya kalau kita ketemu waktu saya ngelamar naskah saya di perusahaan penerbit Pak Juan. Makanya tadi Ibu bilang kalau kita itu cocok karena bekerja di satu bidang pekerjaan yang sama." Clara nampak bersalah karena ia melakukan sesuatu tanpa memberitahu Juan.

            "Maaf ya, Pak. Saya jadi membuat Pak Juan bingung," ucap gadis itu meminta maaf. Dirinya juga terlihat terpaksa mengatakannya. Kalau tidak mengalah dan mengaku bersalah, Juan pasti tidak akan menerbitkan naskahnya yang sudah berada di tangan Editor. Selama naskahnya belum terbit, gadis itu harus bertingkah baik di depan laki-laki tersebut. Atau naskahnya lah yang menjadi taruhannya.

            Juan diam saja, Clara tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran laki-laki itu. Apakah dia marah atau tidak? Atau bahkan laki-laki itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun di depannya, gadis itu sangat bingung harus berbuat apa. Kalaupun memang dirinya salah, kan ia sudah meminta maaf, namun tidak ada respon apa pun dari lak-laki tersebut. Kok gue malah dicuekin begini sih? Batin Clara berada dalam suasana canggung.

            "Pak Juan, bilang sesuatu kek, jangan diemin say begini," kata Clara ingin Juan bicara.

            "Kamu mau saya bilang apa?" tanya laki-laki itu menatap gadis di sebelahnya.

            "Saya kan udah minta maaf sama Pak Juan, masa gak ada tanggapan?"

            "Memangnya kamu mau tanggapan apa dari saya?"

            "Yaaa ... apa kek," ucap Clara mulai gugup ketika Juan mendekatkan wajahnya ke arahnya. Gadis itu malah kebingungan apa yang harus ia lakukan.

            "Saya gak marah sama kamu, setelah kamu menjelaskan ya sudah saya merasa gak harus bicara apa-apa lagi. Jadi, untuk apa saya bicara?" ucap laki-laki itu mengatakan dirinya tidak perlu memberikan tanggapan apa pun karena semuanya sudah kelar.

            Namun itu terasa tidak dil untuk Clara. Setidaknya gadis itu membutuhkan ucapan yang mengatakan laki-laki tersebut sudah merasa baik-baik saja atas permintaan maafnya, kalau begini Clara merasa laki-laki tersebut masih marah dengannya. Ingin sekali gadis itu menghajar wajah menyebalkan Juan, namun niat baik itu harus diurungkan olehnya karena dirinya tidak boleh melakukan kekerasan di rumah ini.

            Alhasil Clara tersenyum dengan terpaksa kemudian melanjutkan memakan makanan yang ada di hadapannya.  Gadis itu terlihat sangat lahap menyantap makanan tersebut, namun sebenarnya itu hanyalah pelampiasan rasa kesal Clara yang sanga kesal dengan apa yang dilakukan laki-laki di sebelahnya ini kepadanya. Aaaargh, nyebelin banget sih nih orang! Serunya dalam hati kesal dengan Juan yang bahkan bersikap biasa saja di saat dirinya setengah mati membenci laki-laki tersebut.