webnovel

Lebih dekat dengan Ibu Juan

Gue heran kenapa dia jadi Pengusaha sukses di bidang penerbitan, kalau memang banyak Novel yang diterbitkan di Penerbit miliknya seharusnya laki-laki itu memiliki perasaan. Tapi ini malah terlihat seperti tidak memiliki hati dan mati rasa, pikir Mira menatap Dika dengan tatapan kesal.

Merasa keduanya sudah cukup waktu untuk bicara berdua, Ibu Juan pun kembali masuk ke dalam ruangan. "Kalian sudah selesai bicaranya?" tanya Ibu Juan kembali bergabung.

"Waah, Clara, kamu makanya lahap sekali," ucap Ibu Juan memuji Clara.

Piring gadis itu sudah habis ketika wanita itu kembali ke ruangan.

"Laper kali, Bu." Juan meledeki gadis itu, Mira melayangkan tatapan tidak bersahabat,

"Kamu tambah lagi ya makanannya, saya ambilkan." Ibu Juan mengambil piring Clara kemudian mengambilkan lagi makanan untuk gadis itu.

Baru saja Clara ingin mengatakan makanan yang ia makan sudah cukup untuknya, namun wanita itu tetap melakukannya. Sebenarnya porsi makan gadis itu tidak sebanyak ini, ia juga sudah merasa kenyang dengan makanan tadi. Duuh gimana ini? Tanya gadis itu yang dengan terpaksa harus menghabiskan makanan yang diambil kembali oleh Ibu Juan.

Melihat Clara yang tersiksa dengan makanan yang ada di hadapannya membuat Juan tertawa kecil. Ia sedikit senang melihat gadis itu tersiksa, sepertinya ini akan menjadi hiburan baginya, Clara dengan tingkah konyolnya mampu membuat bibir Juan yang selalu terlihat datar kini melengkung ke atas sehingga senyuman laki-laki terlihat walaupun tipis-tipis.

****

Clara di antar pulang oleh Juan. Selama perjalanan keduanya tidak ada yang bicara satu pun, Clara juga tidak ingin mengganggu Juan yang sedang fokus menyetir.

Pandangan Clara melihat ke luar jendela, berbagai pemandangan ia lihat dari mulai gedung-gedung pencakar langit sampai beberapa ruko yang berjajar di jalanan. Selama itu ia hanya melihat ke luar tanpa menoleh sedikit pun ke arah laki-laki yang duduk di sebelahnya.

Begitu pula dengan Juan, laki-laki itu tidak sedikit pun mengajak Clara bicara. Laki-laki tersebut fokus menyetir dan tidak ingin mengganggu gadis yang duduk di sebelahnya yang sedang menikmati pemandangan. Lagi pula tidak ada yang ingin ia bicarakan dengan gadis itu, jadi tidak mungkin untuk Juan memanggil seseorang yang tidak ingin diajak bicara olehnya.

Meskipun keduanya tidak ingin saling mengganggu, tetap saja suasana canggung ini tidak ingin dirasakan keduanya lebih lama lagi. Apalagi ketika Juan memperlambat laju kendaraan karena tiba-tiba saja kendaraan di depan mereka melambat. Ternyata ada kecelakaan di ruas jalan yang mereka lewati dan kemacetan ini cukup panjang. Juan menghela napas panjang kemudian menghembuskan nya secara perlahan, sepertinya mereka akan bersama dalam waktu yang lebih lama lagi.

Clara pun merasakan hal yang sama, gadis itu bete setelah mengetahui dirinya harus terjebak macet bersama dengan laki-laki itu. Sebelum pulang, ia sudah mengatakan pada Juan untuk tidak perlu mengantarnya pulang dan memilih untuk naik Bus yang biasa ia gunakan dalam melakukan perjalanan. Tapi laki-laki itu memaksa untuk melakukannya dan Juan melakukan hal tersebut karena dirinya berada di hadapan sang Ibu. Ia tidak ingin terlihat seperti laki-laki pengecut yang membiarkan kekasihnya pulang sendirian dengan kendaraan umum. Tapi, inilah yang didapatkan olehnya, ia akan bersama dengan gadis itu dalam waktu yang lebih lama lagi.

Sepertinya bukan hanya Clara, Juan pun menyesal kenapa dirinya memaksa gadis tersebut untuk pulang bersamanya. Kenapa juga gue harus nganterin nih cewek pulang sih? Sesalnya dalam hati. Kalau saja ia tidak memaksa gadis itu untuk pulang bersamanya pasti saat ini dirinya sedang bersantai di rumah. Begitu pula dengan Clara, kalau saja gadis itu naik Bus yang memiliki jalurnya sendiri pasti dirinya bisa pulang tepat waktu.

Clara merasa bosan karena pemandangan di kanan dan kiri hanyalah mobil yang ikut terjebak macet. Mau tidak mau, gadis itu harus melakukan interaksi dengan laki-laki di sebelahnya untuk mengusir rasa bosan.

"Pak Juan," panggil Clara yang akhirnya mengajak bicara lebih dulu.

"Kenapa?" tanya Juan yang juga bosan dengan suasana macet yang membosankan ini.

Tidak ada pilihan lain juga untuk pria tersebut selain menanggapi pembicaraan gadis di sebelahnya.

"Tentang ponsel Pak Juan yang jatuh itu, saya akan menggantinya kalau naskah saya sudah terbit dan saya mendapatkan komisi dari marketing," kata Clara membicarakan tentang ponsel Juan yang terjatuh.

Laki-laki itu mengerutkan alisnya. Ia heran kenapa tiba-tiba gadis ini membicarakan tentang ponselnya, padahal dirinya sudah mengatakan untuk mengganti ponsel tersebut dengan menjadi kekasihnya di depan sang Ibu. Apa dia udah gak mau jadi pacar pura-pura gue ya? tanya pria tersebut di dalam hati.

Tentu saja ada sebuah rencana yang disusun oleh Clara. Mumpung dirinya sedang bersama dengan pemilik penerbit tempat naskahnya akan terbit, dirinya harus membujuk sang pemilik perusahaan untuk mempercepat proses penerbitan bukunya, dengan memberikan alasan tesebut siapa tahu bukunya besok langsung di acc dan siap terbit. Karena kata editornya belum tentu juga naskah tersebut akan terbit, semua tergantung isi dari naskah.

Tentu saja Clara tidak ingin kesempatan emasnya ini terlewatkan. Ia harus bisa membujuk Juan untuk segera menerbitkan naskahnya secepat mungkin dan salah satu caranya adalah ini.Ternyata ada untungnya juga ya gue kenal sama Pak Juan, pokoknya gue mau mendeklarasikan diri gue sebagai seorang penulis secepat mungkin, ucap Clara dalam hati. Dirinya tidak peduli mau menyebut ini cara kotor atau apa pun itu, yang terpenting baginya adalah ada satu karyanya yang diterbitkan kedalam bentuk fisik dan terpajang di toko buku.

Itu adalah impian besarnya, karena banyak sekali orang-orang yang meremehkannya karena impiannya untuk menjadi seorang penulis.

"Maksud kamu bagaimana?" tanya Juan tidak mengerti dengan ucapan Clara.

"Maksudnya ...." Clara menggantung ucapannya agar Juan penasaran dengan ucapan selanjutnya.

"Saya niatnya mau gantiin ponsel Pak Juan, tapi kan saya gak kerja jadi gak ada penghasilan juga."

"Jadi, kalau nanti naskah saya terbit, saya akan mulai mencicil hutang saya untuk mengganti ponsel Pak Juan yang rusak karena saya."

"Yaaa ... saya harap sih naskah saya secepatnya bisa terbit," lanjut gadis itu memberi sebuah kode pada Juan agar proses penerbitan naskahnya dipercepat. Dengan begitu dirinya akan memiliki buku fisik atas karyanya sendiri. Sehingga gadis itu bisa membuktikan pada semua orang bahwa dirinya bisa.

Sedangkan Juan menatap gadis itu dengan tatapan tidak mengerti. Apakah gadis ini menggodanya agar naskah yang dikirimkan ke perusahaannya itu secepatnya di terbitkan? Semua terbaca oleh Juan hanya dengan melihat wajahnya, mengetahui hal itu pun laki-laki tersebut memiliki ide untuk menjahili Clara.