Kali ini Loria dan orang-orang yang sekelas dengan Loria di situ hari ini akan mendapatkan pelatihan fisik dari seorang mentor yang bekerja di instansi ODDAM tersebut. Jadwal mereka hari ini tidak seperti kemarin yang senggang dan juga luang. Hal ini akan ada banyak pelatihan fisik yang mereka terima dari para mentor yang menjadi guru di instansi ODDAM tersebut.
Loria tampak sangat bersemangat sebab ini adalah salah satu kegiatan yang mengeluarkan banyak keringat, Loria merasakan tubuhnya sudah terasa kaku. setelah gagal untuk mengikuti kejuaraan taekwondo, Loria mulai jarang berolahraga karena trauma dan kekecewaan yang masih terbekas di dalam hatinya.
Tapi bukan berarti dia membenci keadaannya sekarang atau masa lalunya, masa lalu dianggap Loria sebagai kenangan dan pelajaran agar menjadi seseorang yang lebih kuat lagi di masa depan. Ya, masa depan Loria adalah menjadi lebih kuat di instansi ODDAM tak bisa meraih titik tertinggi dalam hidupnya dengan cara yang jujur.
Sesampainya mereka di lapangan yang luas di dalam gedung olahraga, mereka semua kemudian menunggu kehadiran guru yang tadinya dibicarakan oleh wali kelas mereka. Ini adalah pertama kalinya mereka melakukan latihan fisik bersama orang yang disebutkan oleh wali kelas mereka tersebut. Ada yang merasakan ketakutan dan ada juga yang merasa biasa saja.
Sebagian dari mereka yang merasa ketakutan itu beranggapan kalau guru atau pelatih yang menjabat sebagai pelatih fisik adalah orang yang tidak jauh berbeda dari seorang komandan dalam kesatuan prajurit pertahanan negara yang keras dan sangat kejam.
"Aku takut sekali jangankan untuk mengangkat sebuah beban seberat 10 kg, untuk mengangkat air 1 ember saja aku rasanya ingin mati." Lucy mengeluh dan menggerutu, dia memang gadis paling cerewet di antara seluruh angkatan siswa-siswi yang sekelas dengan Loria.
Loria hanya diam, ya tidak ingin mengatakan apapun karena dia yakin kalau argumen yang dia keluarkan itu tidak terdengar penting bagi teman-temannya di sana. Dan lalu apakah mereka sudah menganggap Loria sebagai bagian dari kehidupan mereka atau teman mereka? ini masih belum mendapatkan jawaban yang pasti bagi gadis itu.
Waktu pelatihan fisik hampir tiba, tinggal beberapa menit lagi dan mereka semua sudah berkumpul di tengah lapangan yang telah disediakan oleh instansi ODDAM tersebut.
Lapangan tempat mereka berada sekarang tidak jauh berbeda dari lapangan yang dibuat oleh orang-orang pada umumnya. Hamparan rumput yang hijau dan luas dan dikelilingi oleh stadium untuk nonton kegiatan olahraga dari tempat duduk yang telah disediakan di sana. halo juga ada gawang dan ring basket serta net untuk bermain voli atau bulutangkis. Semuanya sudah disediakan dengan sangat lengkap oleh para pendiri organisasi ODDAM.
Tidak hanya Loria saja, tapi seluruh rekan-rekan sekelasnya juga terkagum-kagum saat memasuki area yang luas dan sangat memadai fasilitasnya itu. Bagi mereka, ini sudah termasuk lapangan atau fasilitas olahraga yang cukup mewah dan berkelas. Tak ayal jika mereka masih sibuk memikirkan dan mengagumi objek yang ada di sekitar mereka sekarang.
Hamparan rumput yang sangat luas itu berada di dalam ruangan atau bisa disebut istilah nya sebagai rumah kaca. Kenapa disebut dengan rumah kaca, karena di seluruh bagian tempat olah-raga itu dibatas dengan kaca unfuk bagian atas nya.
Loria memperhatikan kalau ada sesuatu yang tidak biasa dari yang biasanya dia lihat. Dia melihat sesuatu yang bergerak lucu di balik rerumputan. Loria pun memperhatikan dengan lebih saksama lagi. Dia penasaran apa yang sebenarnya sedang bergerak mendekati mereka itu.
Setelah diamati lebih dekat, rupanya ada sesosok orang bertubuh pendek yang mendekat ke sana. Loria berpikir kalau itu adalah anak kecil, tapi anak kecil dari mana yang bisa masuk sembarangan ke gedung olahraga ODDAM? itu tidak masuk akal sama sekali menurut Loria, atau bisa jadi anak perempuan itu adalah salah satu anak milik seorang pelatih yang bekerja di instansi ODDAM tersebut.
Tapi Loria sempat bingung, dia melihat kalau wajah dari manusia mungil itu tidak menggemaskan sama sekali. Terhenyak, Loria mencoba mengusir pikiran-pikiran konyol yang membuat dia tidak fokus. Loria tidak mau kalah dari rekan-rekan sekelasnya yang sudah mulai berlatih lebih dulu sebelum pelatihan dari coach mereka benar-benar dimulai.
"Pffftt hahahah, kecil sekali. Apa benar ini seorang guru? menyedihkan sekali. hahaha."
Loria menoleh, ada suara gelak tawa dari seseorang yang berada sekitar lima meter darinya. Loria penasaran dengan apa yang terjadi hingga rekan sekelasnya itu tertawa terbahak-bahak.