Mo Jintian terus melihat ke arah pintu selagi menunggu Su Xiqin bekerja. Ia sudah menunggu begitu lama, tapi Tang Xixi tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Anak kecil yang periang itu mulai tampak bosan setelah berlama-lama duduk. Akhirnya, ia mengambil bola dari dalam tasnya dan bermain di sekitar kursi tempat ia duduk.
"Tuan, silakan minum teh bunga krisan dinginnya."
Kata-kata yang diucapkan oleh pelayan terdengar hingga ke telinga Mo Jintian. Ia langsung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara. Tak jauh dari tempatnya, ada seorang pelayan yang memberikan minuman kepada seorang pria. Melihat minuman itu membuat Mo Jintian haus. Ia pun bergegas berlari ke arah resepsionis perempuan yang sedang duduk dan mengedipkan matanya sambil berkata, "Nona cantik, aku sangat haus. Apakah Nona bisa memberiku minuman?"
Resepsionis cantik itu melihat ke arah Mo Jintian, lalu menganggukkan kepalanya. Ia menuangkan minuman untuk Mo Jintian dan berkata, "Ini untukmu. Setelah selesai minum, aku akan memberimu lagi jika kamu mau."
Mo Jintian menerima minuman itu dengan tangan kecilnya, lalu mengucapkan terima kasih dengan begitu manis, "Terima kasih, nona cantik."
Setelah itu, Mo Jintian kembali bermain bola di kursinya sambil sesekali melihat ke arah pintu hingga tidak sadar bolanya jatuh. Begitu sadar, ia langsung mengambil minumannya dan berlari mengejar bolanya. Bola itu menggelinding di dekat pria bersepatu kulit hitam dan pria itu berjongkok mengambil bolanya.
Pria itu adalah Bai Yanshen. Begitu ia masuk, ia melihat bola putih hitam yang menggelinding ke arah kakinya dan tiba-tiba berhenti. Tak lama kemudian, ia melihat seorang anak kecil yang imut muncul di hadapannya. Saat melihat mata anak kecil itu, seperti ada yang sesuatu yang terus mengalir di dalam hatinya.
Ketika Mo Jintian menatap Bai Yanshen, ia mendadak menjadi begitu gugup hingga menjatuhkan cangkirnya. Di detik berikutnya, Bai Yanshen merasakan ada sesuatu yang dingin di kakinya. Wajah Bai Yanshen seketika berubah menjadi dingin seperti butiran es dan membuat Mo Jintian semakin ketakutan. Kaki Mo Jintian gemetaran hingga ia tidak bisa bergerak.
"Bukan aku yang melakukannya. Cangkir itu yang jatuh. Jadi, jika ada apa-apa, salahkan cangkirnya," kata Mo Jintian. Karena ia gemetaran, suaranya jadi tidak terlalu jelas.
Tak lama kemudian, Jiang Cunyu datang dan melihat Bai Yanshen bersama seorang anak kecil yang berada di depannya. Ia begitu panik ketika sudut matanya melihat ada cangkir minuman di kaki Bai Yanshen. "Tuan, sepatu Anda kotor," katanya.
Bai Yanshen tidak menjawab kata-kata Jiang Cunyu, tapi malah beralih pada Mo Jintian, "Bukankah seharusnya kamu yang bertanggung jawab atas hal ini?" tanya Bai Yanshen. Sebenarnya, ia juga tidak tahu kenapa ia bertanya seperti ini.
"Cangkir itu sendiri yang jatuh. Jadi minta saja cangkirnya yang tanggung jawab."
Beberapa orang yang ada di situ mulai datang untuk melihat mereka. "Orang tuamu?" tanya Bai Yanshen sambil mengerutkan kening.
Belum sempat Mo Jintian menjawab, seorang staf wanita datang dan berlari ke arah Bai Yanshen, "Tuan Bai, saya benar-benar minta maaf. Anak kecil ini adalah anak dari seorang pelanggan yang dititipkan di sini. Karena sepatu Anda telah kotor, saya akan menyuruh orang membersihkannya."
Mo Jintian melihat resepsionis perempuan yang tadi menuangkan minum untuknya begitu ketakutan saat melihat pria itu. Ia tidak akan membiarkan resepsionis yang tadi sudah memberinya minum jadi begitu. Demi resepsionis itu, Mo Jintian pun mendongakkan kepala jamurnya dan menatap ke arah Bai Yanshen. "Tuan ingin saya bertanggung jawab bagaimana?" tanya Mo Jintian. Suara bagus Mo Jintian membuat Bai Yanshen terdiam sesaat.